BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Gluk!
"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."
Gluk!
Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.
Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 10
Dengan air mata berlinang Kirana menyeret peralatan kebersihannya masuk ke dalam lift. Suara sesenggukan terdengar jelas dari mulut dan hidungnya. Saat tiba di bawah dirinya sudah disambut oleh Mei yang ternyata sudah menunggunya sejak tadi. Melihat itu Mei segera menghampiri sahabatnya itu. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat mata Kirana yang memerah dan masih ada sisa sesenggukan.
"Loe kenapa nangis? Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Berondongan pertanyaan dari Mei hanya Kirana jawab dengan gelengan kepala saja.
Kirana langsung mengembalikan alat-alat kebersihan ke tempat penyimpanan kemudian segera mengganti pakaiannya. Mei yang sejak tadi mengekori sahabatnya itu merasa diabaikan.
"Loe itu sebenarnya ada apa sih Ran?" Tanya Mei lagi. "Apa terjadi sesuatu tadi di atas? Aku lihat tadi ada wanita seksi yang keluar dari lift kayak lagi kesel. Apa kamu habis dimarahin sama wanita itu?" Lagi-lagi pertanyaan Mei hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Kirana.
"Ah ya sudah kalau nggak mau ngomong." Mei menyerah. Nanti kalau sahabatnya itu butuh teman curhat pasti juga akan mencari dirinya. "Ayo kita pulang. Ini sudah malam, pasti susah nyari angkot. Malah motor masih di bengkel lagi." Gerutu Mei seraya berjalan beriringan bersama Kirana keluar dari kantor. Keduanya langsung menunggu angkot yang biasanya lewat di depan kantor.
Tin.. Tin..
Sekretaris Niko membunyikan klakson saat melewati keduanya. Seandainya saja sekretaris Niko saat ini tidak sedang bersama bosnya, sudah pasti sekretaris Niko akan memberikan tumpangan kepada kedua gadis itu. Sekretaris Niko tentu saja kasihan melihat keduanya, apalagi Kirana.
Hari sudah malam karena saat ini waktu hampir menunjukkan pukul tujuh. Tentu saja mereka akan kesulitan mendapatkan angkot. Namun sayangnya kasihan hanya tinggal kasihan. Tidak mungkin dirinya meminta bosnya untuk memberikan tumpangan kepada kedua gadis itu. Yang ada dirinya nanti yang bakalan ditendang dari dalam mobil oleh bosnya. Jadi dengan terpaksa dan perasaan sedikit tak rela, sekretaris Niko melajukan mobilnya melewati kedua gadis yang masih berdiri di tepi jalan.
*****
"Ini kenapa coba nggak ada angkot yang lewat." Gerutu Mei karena kakinya terasa pegal. Dan lagi banyak nyamuk yang sejak tadi menggigiti tubuhnya. Sudah hampir setengah jam Mereka berdiri di tepi jalan, namun belum juga ada angkot yang lewat.
"Ayo kita duduk di halte saja biar nggak capek berdiri." Ajak Kirana.
"Sama aja! Di halte pasti juga banyak nyamuk." Sahut Mei.
"Tapi setidaknya kita nggak pegel berdiri terus sejak tadi."
Mei akhirnya menurut. Keduanya melangkah menuju ke halte yang tidak jauh dari tempatnya tadi berdiri. Saat ini waktu hampir menunjukkan pukul setengah delapan malam. Untung saja Kirana tadi sudah mengabari ayahnya kalau dirinya akan lembur. Jadi dirinya tidak perlu khawatir kalau ayahnya saat ini sedang mengkhawatirkan dirinya. Ya walaupun tetap saja ayahnya pasti akan mengkhawatirkan dirinya.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya ada mobil yang berhenti tepat di depan mereka. Namun sayangnya mobil itu bukan mobil angkot seperti yang mereka harapkan. Perlahan kaca mobil itu diturunkan oleh si pengemudi. Dan nampaklah sekretaris Niko yang berada di balik kemudi.
"Masuklah, aku antar kalian pulang." Ujar sekretaris Niko dari dalam mobil. Ia sengaja tidak turun agar kedua gadis itu segera masuk ke dalam mobil. Namun sayangnya kedua gadis itu bukannya langsung masuk ke dalam mobil malah saling pandang seolah merasa keheranan karena tidak biasanya sekretaris Niko memberikan tumpangan kepada mereka. Bagaimana mau memberikan tumpangan, toh ini juga pertama kalinya mereka pulang selarut ini tanpa membawa kendaraan sendiri.
"Ayo cepetan masuk." Ujar sekretaris Niko sekali lagi.
Kirana dan Mei akhirnya mengangguk kemudian menghampiri mobil itu. Namun saat keduanya tiba di samping mobil, mereka malah berebut ingin membuka pintu mobil bagian belakang. Membuat sekretaris Niko menghela nafasnya pelan.
"Kalau kalian berdua ingin duduk di belakang tak apa, masuklah." Biarlah sekretaris Niko kali ini menjadi sopir untuk kedua gadis itu. Bukankah selama ini dirinya juga merangkap menjadi sopir bosnya?
"Kamu depan aja Ran. Masa iya kita berdua di belakang, mau jadiin sekretaris Niko sopir? Nggak sopan banget kesannya." Ujar Mei.
Kirana pun akhirnya mengalah dan langsung membuka pintu mobil bagian depan lalu duduk di samping sekretaris Niko. Begitu pulang Mei yang langsung membuka pintu bagian belakang dan langsung mendudukkan tubuhnya.
Sekretaris Niko perlahan mulai melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang masih nampak ramai. Namun sayangnya tidak ada satupun angkot yang melintas. Hanya ada mobil-mobil pribadi yang memadati jalanan dan juga mobil taksi. Tidak mungkin mereka menaiki taksi sedangkan uang yang ada di dalam dompet mereka pas-pasan.
"Nanti turun di bengkel depan sana aja Pak. Motor saya ada di bengkel." Tutur Mei. "Tadi saya sudah janjian dengan karyawan bengkel kalau akan mengambil motor setelah pulang dari kantor." Lanjut Mei.
Sekretaris Niko memilih mengangguk. Yang penting keduanya bisa segera pulang. Namun sayangnya saat tiba di depan bengkel, ternyata bengkel itu sudah tutup. Kirana dan Mei pun mend3$@h pelan.
"Tak apa, biar aku antar saja kalian sampai ke rumah." Ucap sekretaris Niko. "Motornya kan bisa diambil besok." Sambil menyelam minum air. Ini adalah kesempatan sekretaris Niko untuk mencari tahu latar belakang Kirana sesuai dengan permintaan bosnya tadi.
Kirana dan Mei pun hanya bisa pasrah. Masih Untung ada yang memberikan mereka tumpangan. Kalau tidak mungkin mereka saat ini masih berada di pinggir jalan menunggu angkot yang tak kunjung lewat. Dan juga menjadi santapan nyamuk-nyamuk yang kurang belaian.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏
ntah lah karna jawaban ny hny othor saja yg tau😅😅