Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 18
Setelah perjalanan singkat, Roni selaku asisten pribadi Rafael kini sudah tiba di mansion milik Rafael. Dia berjalan mendekat menuju pintu utama, bersamaan dengan itu muncul Bi Yati dari dalam mansion.
"Selamat Pagi, Bi Yati." Sapa Roni pada Bi Yati.
"Selamat Pagi, Pak Roni." Balas Bi Yati.
"Emm, ngomong-ngomong apa Nyonya Stella ada di dalam Bi? Soalnya saya di suruh Tuan Rafael untuk mengambil Proposal.
"Nyonya Stella lagi di kamarnya. Sebentar ya Bibi panggilkan. Mari silahkan masuk dulu."
"Baik Bi, terima kasih."
Roni melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion dan duduk di ruang tamu, menunggu istri dari bos nya datang. Sedangkan Bi Yati sendiri berjalan menaiki anak tangga berukir menuju kamar Stella.
Tok ... tok ... tok ...
"Permisi Nya, di bawah ada Pak Roni asisten Tuan Rafael." Ucap Bi Yati dari luar pintu.
'Roni ... untuk apa dia kesini? Bukannya Mas Rafael sekarang ada di kantor.'
Selang beberapa menit terdengar suara dari dalam kamar.
"Iya Bi, sebentar." Sahut Stella dari dalam kamar.
Setelah mendengar jawaban dari Nyonya nya, Bi Yati segera turun dari lantai atas, menuruni anak tangga satu persatu menuju dapur. Di sana tampak Bi Yati sedang sibuk membuatkan minuman untuk Roni, dan sebelum akhirnya Bi Yati mengantar minuman untuk Roni di ruang tamu.
"Permisi Pak Roni, ini teh nya. Silahkan di minum." Bi Yati meletakkan secangkir teh di meja tepat di hadapan Roni.
"Terima kasih, Bi."
"Sama-sama Pak Roni."
Tak lama kemudian datanglah seorang wanita cantik yang baru saja turun dari anak tangga, berjalan mendekat menuju ruang tamu. Dimana disana sudah ada Roni yang sedang menunggu dirinya. Wanita itu tak lain adalah Stella.
Tak ... tok ... tak ... tok ...
"Selamat pagi, Nyonya." Roni beranjak dari duduknya kemudian membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormatnya pada istri bos nya.
"Selamat Pagi, Roni. Ada yang bisa saya bantu?” Tanya Stella dengan ramah lalu mendaratkan tubuhnya di sofa bed.
"Saya datang kesini untuk mengambil Proposal, Nyonya. Pak Rafael memintanya." Jawab Roni sopan.
"Oh, jadi begitu. Ya sudah, kamu boleh ambil Proposal nya di ruang kerja Mas Rafael." Ucap Stella lembut, mengizinkan Roni untuk mengambil Proposal tersebut.
"Terima kasih, Nyonya. Saya permisi sebentar." Roni segera beranjak dan berjalan menaiki anak tangga berukir menuju ruang kerja bosnya.
Setelah kepergian Roni, tampak Stella mengingat sesuatu yang sampai detik ini masih membuatnya merasa penasaran, yaitu sebuah cincin yang jatuh dari dalam mobil suaminya.
Walaupun Rafael telah menjelaskan sedetail mungkin perihal cincin Blue Safir tersebut, tetap saja masih ada keraguan yang mendera di benaknya. Seolah hatinya menolak akan semua yang di katakan suaminya. Tanpa menunggu lama Stella bergegas naik ke lantai dua dimana dia menyimpan cincin tersebut di dalam kamarnya.
Di dalam kamar, sontak Stella mengambil cincin itu di dalam nakas kemudian dia melangkahkan kakinya keluar meninggalkan kamarnya. Dan disinilah dia berada di sebuah ruang tamu, dimana dirinya sedang menunggu kedatangan Roni, asisten suaminya.
Di sela dia menunggu, di bukanya kembali kotak kecil tersebut. Tampak sebuah cincin bermata biru yang berkilau, siapapun yang menatapnya ingin sekali untuk memiliknya. Tiba-tiba muncul bayangan yang tidak dia inginkan, kembali menari-nari di dalam kepalanya membuat nya semakin pening memikirkannya.
Melihat cincin itu Stella merasa ada sebuah kebohongan yang di tutupi oleh Rafael dari dirinya. Entah hal apa itu, Stella masih belum tahu kebenaran nya, yang pasti saat ini dirinya sudah bertekad untuk menyelidiki hal ini.
Stella yang sudah capek akan semua kebohongan yang di ciptakan oleh suaminya, serta berbagai macam alasan yang selalu bertele-tele keluar dari bibir tipis Rafael membuat Stella jengah mendengar semua itu. Meskipun dirinya belum tahu akan kebenaranya seperti apa, tapi Stella yakin kalau Rafael diam-diam telah membohonginya.
Kini tekadnya sudah bulat, dirinya akan pergi mencari tahu semuanya perihal suaminya. Stella ingin secepatnya bisa mengungkap kebohongan itu semua, dan setelah mengetahui semuanya dia akan kembali memikirkan langkah selanjutnya yang akan dia ambil.
Entah hal apa itu, hanya Stella lah yang tahu akan niat dan keputusan yang akan dia tentukan. Tapi, untuk saat ini dirinya hanya ingin membuktikan kecurigaan nya yang terus menerus mengganjal di hatinya.
Selang beberapa menit kemudian, datanglah Roni yang baru saja turun dari anak tangga dengan membawa sebuah Proposal yang di minta oleh Rafael, selaku bosnya.
"Bagaimana, Ron? Apa kamu sudah menemukan Proposalnya." Tanya Stella menatap Roni yang sudah duduk di hadapannya.
"Sudah, Nyonya. Kalau begitu saya permisi mau kembali ke kantor dulu." Pamit Roni yang baru saja akan beranjak dari tempatnya, akan tetapi Stella menahannya untuk tetap kembali di tempatnya.
"Tunggu! Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan pada kamu, Roni. Dan saya harap kamu menjawab nya dengan jujur, tanpa ada sedikitpun yang kamu tutupi dari saya."
Stella mengutarakan semua unek-uneknya yang memang sudah tidak bisa dia tahan lagi. Sementara Roni hanya mengerutkan dahinya, menatap heran pada istri bosnya.
'Mati aku, kira-kira Nyonya Stella mau tanya apa ya ... kok jantungku gak sinkron gini, gak kayak biasanya.'
Roni menghela nafas lalu mengeluarkannya secara perlahan. "Maaf, Nyonya! Memangnya ada hal apa yang ingin Nyonya tanyakan pada saya,?"
Akhirnya kalimat itu lolos juga dari bibir Roni, yang sedari tadi bibirnya merasa keluh tak sanggup mengeluarkannya. Dan tak lama kemudian sebuah pertanyaan yang berhasil membuatnya tersentak kaget dengan apa yang dia dengar barusan.
"Roni, apa benar barang ini milik kamu?"
Stella mengeluarkan kotak kecil berwarna biru, tepat di hadapan Roni. Melihat itu Roni tampak bingung harus menjawab apa karena dia takut salah untuk menjawab nya.
Stella yang sedari tadi menelisik wajah Roni, terlihat jelas bahwa pria yang ada di hadapannya kini merasa terkejut dengan pertanyaan yang baru saja dia lontarkan.
Beberapa detik kemudian, akhirnya Roni menjawab pertanyaan Stella yang selama ini ingin Stella ketahui kebenarannya.
"Maaf Nyonya, barang itu bukan milik saya!" Jawab Roni dengan tegas, yang memang barang itu bukan miliknya.
Roni yang memang tidak tahu menahu perihal kotak itu, dia spontan menjawab nya. Jawaban Roni berhasil membuat Stella tersentak kaget saat mengetahui fakta yang keluar dari bibir Roni. Stella yang masih belum percaya dengan fakta yang ada, lalu dia coba kembali bertanya lagi pada Roni membuat pria itu tampak bingung dengan segala macam pertanyaan istri dari bosnya.
"Coba kamu buka!" Titah Stella menatap datar wajah Roni dengan segala macam perasaan yang menyelimuti dirinya.
Tak butuh waktu lama, akhirnya Roni membuka kotak kecil itu. Kedua netranya terbelalak menatap benda yang ada di hadapannya kini.
"Apakah cincin itu milik kamu?"
Stella kembali melayangkan pertanyaan pada Roni yang berhasil membuat pria itu semakin di landa kebingungan dengan apa yang di katakan oleh wanita yang ada di hadapannya ini.
Mendengar hal itu sontak Roni tersentak kaget dan menggelengkan kepala dengan cepat. "Oh, ini bukan cincin saya, Nyonya."
DEG
'Sudah ku duga bahwa apa yang di katakan Mas Rafael itu tidak lah benar. Kalau cincin itu bukan milik Roni lalu itu milik siapa? Atau jangan-jangan cincin itu milik Mas Rafael yang akan di berikan pada selingkuhannya.'
Stella bergeming dengan segala macam pikiran yang menggelitik hatinya. Seketika ada rasa sesak seakan ada batu besar yang menghimpit di dadanya. Meskipun dia pernah coba untuk sekeras mungkin menepisnya, akan tetapi tetap saja setelah mengetahui faktanya rasanya begitu sakit yang tak bisa tergambarkan oleh kata-kata. Jantungnya kian berpacu sekencang mungkin, seolah ingin keluar dari sarangnya.
Seketika, Stella sadar jika saat ini masih ada sosok Roni yang ada di hadapannya, buliran bening yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata sontak dia mengerjapkan kedua netranya agar tidak jatuh karena dia tidak ingin jika sang asisten pribadi suaminya mengetahui hal ini.
Stella dengan niat dan tujuan awalnya dia terpaksa menutupi itu semua dari Roni sang asisten pribadinya. Kembali jadi orang bodoh yang akan mengungkap segala kebohongan yang di lakukan Rafael di belakang punggungnya.
"Roni, saya minta tolong kamu jangan bilang Pak Rafael kalau saya ada bertanya perihal cincin ini pada kamu." pinta Stella pada Roni.
"Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi dulu."
"Silahkan Roni."
Setelah kepergian Roni, 10 menit kemudian datanglah seorang wanita parubaya yang masih terlihat cantik dan elegan, meskipun umurnya sudah menginjak kepala 5 tapi kecantikannya tidak di ragukan lagi karena wanita itu selalu melakukan berbagai macam perawatan untuk menjaga penampilannya, wanita itu tak lain adalah Nyonya Elena ibu dari Stella.
"Stella ...." Panggil Nyonya Elena berjalan menghampiri putrinya yang sedang duduk di ruang tamu.
"Mama ...!" Stella terkejut melihat kehadiran Mamanya, buru-buru dia mengambil kotak kecil itu lalu dia simpan di saku dress nya.
"Kamu kenapa, Sayang? Apa Rafael telah menyakiti kamu." Tanya Mama Elena, menatap lekat wajah Stella yang nampak terlihat muram.
"Aah tidak Ma, hanya saja Stella habis melihat drama yang kebetulan ceritanya mellow sampai terbawa suasana." Stella terpaksa berbohong pada Mamanya karena dia tidak ingin memberitahu dulu perihal suaminya yang telah membohongi dirinya.
Stella akan menceritakan semuanya setelah dia bisa mengungkap dan memiliki bukti konkret atas apa yang di lakukan suaminya.
"Sayang, kalau ada hal yang ingin kamu ceritakan sama mama lebih baik ceritakan saja, jangan kamu pendam sendiri nak. Dan itu akan menyiksa diri kamu." Mama Elena memegang jemari tangan dan menatap dalam manik coklat putrinya.
Terlihat jelas ada suatu hal yang di sembunyikan putrinya, tapi sang mama tidak tahu hal apa yang telah membuat putrinya tampak seperti itu. Meski Stella berusaha sekeras mungkin untuk menutupi hal itu, tapi tetap saja naluri seorang ibu tidak bisa di bohongi kalau sang anak sedang tidak baik-baik saja.
Satu jam lamanya Stella dan sang mama berbincang, tiba-tiba terdengar bunyi gawai Stella yang dia simpan di atas meja di hadapannya.
Secepat mungkin Stella mengambil gawainya dan di tekannya tombol hijau di layar pintarnya.
"Hallo, Sayang ... maaf nanti siang Mas ada meeting dengan client, jadi tidak bisa makan siang bersama kamu di restoran."
"Iya, Mas. Gak apa-apa, aku mengerti kok." Jawab Stella santai berusaha menyembunyikan perasaannya yang begitu hancur saat mengingat kebohongan yang di lakukan oleh suaminya.
"Kamu gak marah kan, Sayang?" Rafael memastikan kembali kalau istrinya tidak keberatan dengan apa yang baru saja dia sampaikan.
"Enggak kok, Mas. Aku gak marah, Mas lanjut aja meeting sama client. Lagi pula disini juga ada Mama kok, aku bisa makan siang sama Mama." Sahut Stella santai dari seberang telpon.
"Terima kasih, Sayang. Aku kerja dulu ya, I love you."
"I love you too."
Sambungan telpon pun terputus.
"Kenapa, Sayang?"
"Tidak ada apa-apa Ma. Oh, iya Ma ... Stella pergi dulu sebentar ya." Stella beranjak dari tempatnya, namun langkahnya tiba-tiba terhenti mendengar apa yang di katakan oleh sang Mama.
"Kamu kemana, Stella? Kenapa buru-buru begitu."
"Tidak apa-apa Ma, aku ada urusan sebentar. Mama tunggu disini ya, sebentar lagi Rafella pulang."
Stella melangkahkan kakinya menuju pintu utama sembari menggenggam kontak mobil yang baru saja dia ambil di nakas.
'Aku harus membuktikan semuanya, ini kesempatanku untuk tahu siapa selingkuhan Mas Rafael.'
*
"Angel ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁