"Dewa Penghancur"
Kisah ini bermula dari seorang pemuda bernama Zhi Hao, yang sepanjang hidupnya selalu menjadi korban penghinaan dan pelecehan. Hidup di pinggiran masyarakat, Zhi Hao dianggap rendah—baik oleh keluarganya sendiri, lingkungan, maupun rekan-rekan sejawat. Setiap harinya, ia menanggung perlakuan kasar dan direndahkan hingga tubuh dan jiwanya lelah. Semua impian dan harga dirinya hancur, meninggalkan kehampaan mendalam.
Namun, dalam keputusasaan itu, lahir tekad baru. Bukan lagi untuk bertahan atau mencari penerimaan, melainkan untuk membalas dendam dan menghancurkan siapa saja yang pernah merendahkannya. Zhi Hao bertekad meninggalkan semua ketidakberdayaannya dan bersumpah: ia tak akan lagi menjadi orang terhina. Dalam pencarian kekuatan ini, ia menemukan cara untuk mengubah dirinya—tidak hanya dalam penampilan, tetapi juga dalam jiwa dan sikap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Kedatangan Patriark Wi
Rentetan suara senjata terdengar begitu menakutkan dengan disertai teriakan kesakitan, kematian dan kepedihan akan luka yang diderita.
Orang-orang Klan Wi sudah sangat lemah sekarang, mereka mundur perlahan, bahkan Wi Dung yang menjadi pemimpin kehilangan satu tangan, sedang Harimau Hitam menggeram, ada beberapa luka tusuk di tubuhnya. namun pihak musuh juga banyak yang terluka. apalagi setelah kedatangan Zhi Hao yang membantu dengan panah dari belakang. kini Zhi Hao berada digaris depan, ia tidak bisa membiarkan Klan Fu merajalela.
"Anak Muda, apakah kamu yang membunuh Adikku?" Fu Tao bertanya, menatap Zhi Hao yang tak tergoyahkan.
"Apakah orang yang kamu maksud, adalah orang yang hanya memiliki satu mata itu?" tanya Zhi Hao. Ia sebenarnya tidak ingin menjawab, tapi demi mengulur waktu agar Patriark Klan Wi datang, ia harus berbicara. dengan kekuatannya sekarang, ia tidak yakin bisa mengalahkan mereka semua yang notabene berada ditingkat Bumi rata-rata.
Zhi Hao diberitahu oleh Wi Dung bahwa Patriark Klan Wi akan datang.
"Ya, dia adikku. Dan kaulah yang telah merenggut nyawanya!" Fu Tao menunjuk Zhi Hao dengan jari gemetar, amarah membara di matanya. "Kau akan membayarnya! Kau akan merasakan pedihnya kehilangan seperti yang kurasakan!"
Zhi Hao mengerutkan kening. Ia memahami kemarahan Fu Tao, tapi ia tak bisa membiarkan rasa bersalah menggerogoti dirinya. "Aku tak ingin membunuh siapa pun, Orang Tua. Tapi dia menyerangku lebih dulu. Aku hanya membela diri."
"Pembelaan diri? Kau berbohong! Kau membunuh adikku dengan sengaja! Kau akan merasakan murka Klan Fu!" Fu Tao berteriak, tangannya mengepal erat.
Zhi Hao menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan tenang, "Jika kau ingin membalas dendam, hadapilah aku. Tapi jangan melibatkan orang lain dalam dendam pribadimu."
Fu Tao menatap Zhi Hao dengan mata penuh kebencian, lalu berteriak kepada anak buahnya, "Serang! Bunuh dia! Balas dendam atas kematian adikku!"
Para anggota Klan Fu menerjang Zhi Hao dengan amarah membara. Zhi Hao bersiap menghadapi serangan mereka, pedang di tangannya berdengung siap menebas.
Di tengah hiruk pikuk pertempuran, Zhi Hao merasakan kehadiran yang familiar. Sebuah aura kuat terpancar dari arah belakang, mengiringi suara kaki yang melangkah tegap dan pasti.
Zhi Hao melirik ke belakang, matanya membesar saat melihat sosok orang kuat yang merupakan Patriark Klan Wi, wajahnya dingin dan penuh tekad.
"Anak muda, mundur! Aku akan menangani mereka." Suara Patriark Klan Wi bergema di tengah kekacauan pertempuran.
Zhi Hao mengangguk, lalu mundur dengan cepat, memberikan ruang bagi Patriark Klan Wi untuk menghadapi para anggota Klan Fu.
Suara besi yang saling beradu menggema di udara, menambah ketegangan di medan perang. Setiap serangan dan blok yang dilakukan keduanya menciptakan kilatan cahaya seolah-olah mengisyaratkan kekuatan dan tekad yang ada di dalam diri mereka.
"Jangan biarkan mereka mendekat!" teriak seorang anggota Klan Wi, memerintahkan rekan-rekannya untuk menyerang dari sisi kanan. Mereka bergerak cepat, berusaha mengepung para anggota Klan Fu yang tersisa.
Wi Kang, pemimpin kedua Klan Wi, berdiri tegap dengan pedangnya terangkat tinggi, memberikan semangat kepada para prajuritnya. "Tutup gerbang! Kita kepung mereka! Jangan biarkan satu pun lolos!" Suaranya tegas dan penuh komando, memotivasi anggotanya untuk bergerak lebih agresif.
Fu Meng menggertakkan giginya, merasakan frustrasi yang mendalam. Meski banyak anggota Klan Wi yang menyerang, ia tidak gentar. "Maju terus! Kita tidak akan mundur!" teriaknya, mengayunkan pedangnya dengan ferocity ke arah lawannya.
Bentrokan antara keduanya menghasilkan suara.
Treng!
Gema keras, menciptakan percikan bunga api yang melesat ke udara. Setiap bentrokan menggambarkan ketangkasan dan kekuatan masing-masing pihak.
Fu Tao, dengan keahlian bertarungnya, berusaha untuk mengalahkan Wi Lung, sedangkan Wi Lung, dengan semangat juangnya, berusaha untuk membalikkan keadaan demi Klan Wi.
Saat pertarungan berlangsung, anggota Klan Wi mulai menguasai medan. Mereka bergerak dengan terorganisir, mengepung para anggota Klan Fu dari berbagai arah. Keberanian dan kerjasama tim mereka membuat Fu Tao merasa terdesak. Ia tahu bahwa jika tidak segera mengambil tindakan, Klan Fu akan kehilangan kendali.
Dengan satu serangan yang berani, Fu Tao berhasil mendorong Wi Lung mundur sejenak. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk berteriak kepada anggota Klan Fu lainnya. "Berkumpul! Kita perlu melawan mereka bersama-sama!"
Klan Fu, yang sebelumnya tertekan, mulai bersatu, membalas serangan Klan Wi dengan semangat yang baru. Suasana semakin panas, dan pertarungan berlangsung dengan intensitas yang semakin meningkat.
Kedua belah pihak bertarung dengan gigih, setiap gerakan dipenuhi dengan kebencian dan tekad.
Untuk Fu Tao, ini bukan hanya sekadar pertempuran; ini adalah pertarungan untuk kehormatan dan balas dendam. Sedangkan bagi Wi Lung, ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa Klan Wi dapat mengatasi Klan Fu yang telah lama menjadi ancaman.
Di tengah kekacauan, Zhi Hao, yang sebelumnya mundur, menyaksikan pertarungan dari kejauhan. Ia merasakan beban di dadanya. "Aku tidak bisa hanya menonton," pikirnya. "Aku harus membantu."
*
Fu Tao tampak mengambil sesuatu di kantong penyimpanan miliknya dan melemparkan itu ke arah Wi Lung. memanfaatkan angin yang berhembus. racun yang ia tebar mengenai orang-orang Klan Wi termasuk juga orang-orang Klan Fu.
Namun, orang-orang Klan Fu tidak ada yang terdampak, karena memang mereka sudah merencanakan ini sebagai Opsi kalau gagal, jadi mereka telah menelan lebih dulu penawar racun.
Wi Lung terkena di mata dan kini ia harus mundur. sedang lawannya Fu Tao tersenyum di bawah gelapnya malam.
Fu Tao melakukan serangan, "Teknik Pedang Ganda - Tebasan menyilang!"
Swoosh!
Energi kuat itu melaju, pada jarak yang cukup dekat itu, Wi Lung tidak dapat melihat lintasan serangan, ia hanya mengandalkan Insting untuk menghindarinya. tapi tampaknya semua itu akan sia-sia.
Zhi Hao, yang melihat temannya dalam bahaya, segera mengeluarkan jurusnya.
"Teknik Pedang Kilat Tingkat Pertama - Sambaran Maut!" teriak Zhi Hao, mengeluarkan energi pedangnya yang bersinar terang, menciptakan gelombang kilat yang melesat menuju Fu Tao. Dalam sekejap, dia berharap dapat membebaskan Wi Lung dari serangan yang hampir mematikan itu.
Fu Tao, yang tidak menyangka akan ada serangan balasan, berusaha mengalihkan serangannya ke arah Zhi Hao. Namun, dengan kecepatan luar biasa, sambaran Zhi Hao hampir mengenai Fu Tao. Dengan cekatan, Fu Tao mengangkat pedangnya untuk menangkis serangan tersebut.
Dua energi bertabrakan, menciptakan ledakan yang mengguncang malam. Debu dan angin berputar, menyelimuti area pertempuran.
Serang dong jangan d serang