Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Revisi.
POV Leo.
Ini sebelum Leo bertemu dengan papa Wili ya.
Aku tertegun menatap pemandangan di depanku. Wanita yang selama ini ku jadikan prioritas dalam hidupku tega mengkhianati ku.
Sesak dan sakit saat ini yang ku rasakan, aku menggebrak meja di depan ranjang yang berada di kamar hotel ini dimana Amanda sedang tertidur pulas di dalam dekapan pria yang sangat aku kenal. Dengan keadaan tubuh yang mungkin sama-sama polos di balik selimut, karena aku bisa melihat bahu mereka yang tak tertutup sehelai benang pun.
Brak!
Gebrakanku langsung mengagetkan 2 pasangan selingkuh yang sedang berada di alam mimpi.
"Mas Le-o." kata Amanda dengan wajah terkejut karena gebrakanku.
"Le,, ini salah paham. Aku dan Amanda tidak,,"
"Diam!" bentakku dengan suara lantang. Lalu menatap mereka berdua dengan tatapan tajam. Kedua tanganku mengepal siap untuk menghajarnya, dadaku naik turun karena amarah yang tidak bisa lagi aku tahan.
Penghianatan. Oh, sial. Aku sama sekali tidak membayangkan istriku dan kakak ku melakukan hal rendah seperti ini. Kak Vano adalah pria matang yang memiliki prinsip, selama ini aku bahkan tidak mempermasalahkan perasaannya pada istriku. Karena aku tau, mereka sama-sama manusia mahal.
Tapi kenyataan ini membuatku menelan pil pahit. Di depan mataku, mereka tidur bersama dengan saling memeluk, dalam keadaan tubuh yang sama-sama polos. Benar-benar murahan sekali mereka.
Amanda menoleh ke samping tempat dimana pria itu berada.
"Kamu! Apa yang kamu lakukan. Kenapa bisa aku berada bersamamu disini." kata Amanda, mendengar perkataan Amanda membuatku muak.
Aku tersenyum dengan sudut bibir terangkat, aku tau jika Amanda sedang berpura-pura terkejut. Ia memakai kembali pakaiannya yang terserak di lantai.
Ku hampiri pria yang sedang memakai kemejanya dengan cepat-cepat. Aku tau pria itu sudah lama menyukai istriku, tapi aku tidak menyangka jika mereka tega melakukan hal ini padaku.
Ku tarik kerah kemeja yang belum sempurna terpakai milik pria itu. Lalu menariknya hingga ia jatuh tersungkur diatas lantai. Aku menduduki tubuhnya.
Bugh.
Bugh.
Bugh.
Melayangkan tinjuan beberapa kali pada wajah tampannya. Ketampanan yang sama sepertiku karena kami sedarah. Kak Vano sama sekali tidak menahanku, ia membiarkanku membuat wajahnya babak belur. Dengan diamnya kak Vano, aku bisa mengartikan nya sendiri, jika memang semalam terjadi sesuatu pada mereka berdua.
"Dasar bajingan! Bisa-bisanya kau meniduri istri adikmu sendiri!!." umpatku dengan suara menggelegar.
"Le, ini jebakan!" katanya berusaha membela diri dengan keadaan wajah yang sudah babak belur.
"Omong kosong! Kalian ini memang sama-sama gatal." umpatku. Lalu bangkit dari atas tubuhnya dan menendang perutnya dengan sepatu pantofel yang ku pakai.
Argh!
Pekik kak Vano kesakitan, karena aku memutar injakanku pada perutnya.
Aku berjalan mendekati Amanda yang sedang meringkuk ketakutan di sudut ruangan. Ia sudah memakai kembali pakaiannya dan duduk dengan memeluk kedua kakinya. Wajahnya sudah basah dengan airmata. Airmata yang selalu aku jaga selama ia menjadi istriku, aku tidak ingin Amanda menangis selama bersamaku. Tapi kali ini berbeda, aku benar-benar muak melihatnya.
"Mulai saat ini, Kau bukan lagi istriku." kataku dengan suara rendah. Aku memejamkan mataku, menahan rasa sesak di dada yang hampir membunuhku, aku menahan airmataku agar tidak terjatuh. Mereka tidak pantas melihat penderitaanku. Mereka yang harusnya menderita karena sudah menghianatiku.
"Mas! Aku mohon dengarkan dulu penjelasan ku mas! Aku tidak,,,"
"Diam! Keputusanku sudah bulat. Aku ceraikan kamu, mulai detik ini kau bukan istriku lagi. Aku tidak sudi membersamai wanita yang sudah dengan rela membiarkan laki-laki lain menggarap lahanku." ucapku yakin dan mata menatap jijik kearahnya. Lalu berlalu meninggalkan mereka keluar kamar hotel.
Amanda berusaha mengejar ku dan terus memanggilku dengan suara terisak, namun tak ku hiraukan. Aku lebih memilih untuk menikmati rasa sakit yang saat ini sedang menggerogoti hatiku.
Aku memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah, dan memberitahukan kejadian ini pada kedua orang tuaku.
Mereka sangat syok karena tidak menyangka jika anak pertama mereka bisa berbuat demikian.
Sebulan setelah perceraianku dan Amanda. Aku mendengar kabar jika Amanda tengah mengandung. Aku yakin jika anak di dalam kandungannya adalah anak kak Vano.
Aku memilih untuk meninggalkan kota ini. Dan atas rekomendasi papa, aku akhirnya bisa bekerja di perusahaan om Willi Anggara, untuk menjadi asisten pribadi putranya.
Papa dan om Willi berteman baik, sama-sama pengusaha dengan perusahaan yang sama besar.
Di perusahaan papa Kak Vano menduduki kursi Presdir, sementara aku sebagai wakilnya, papa memilih pensiun karena ingin beristirahat. Aku dan kak Vano bekerja dengan penuh dedikasi meskipun itu perusahaan milik papa. Karena kami tau, puluhan ribuan karyawan menggantungkan hidup mereka dari perusahaan yang kami pimpin.
Aku sama sekali tidak mempermasalahkan kedudukan. Karena aku sadar, kak Vano lebih berkompeten daripada aku.
Sejak peristiwa memergoki kak Vano dan Amanda di kamar hotel, aku memilih untuk menutup hatiku rapat-rapat untuk semua wanita.
Rasanya terlalu sakit, aku enggan merasakan kembali jatuh cinta. Karena trauma dengan rasa sakit yang pernah ku dapatkan.
Malam itu kak Vano mendatangi apartemenku, sejak aku pergi meninggalkan kota tempat tinggal kami, kak Vano memang masih sering mengunjungiku. Sebulan sekali kak Vano datang ke apartemenku, meskipun aku tidak pernah meladeninya. Tapi dia tetap tidak menyerah dan terus mendatangiku.
Beberapa kali aku berpindah-pindah apartemen demi menghindarinya. Tetap saja percuma, dengan kekuasaan yang ia miliki, aku seperti nya tidak akan pernah bisa menghindar dari kakakku satu-satunya itu.
Seperti malam ini. Ia kembali datang ke apartemenku. Aku yang baru pulang dari luar kota terkejut melihatnya sudah duduk di sofa dengan dasi hampir terlepas dan kemeja yang sudah tidak rapih lagi. Aku sudah tidak heran jika kak Vano selalu bisa masuk ke dalam apartemenku. Lagi-lagi karena kekuasaannya, dia selalu bisa melakukan semua hal yang ia inginkan.
Aku meninggalkannya begitu saja menuju kamar untuk membersihkan tubuh.
"Le! Baru pulang."
Aku tak menanggapi panggilannya, dan langsung masuk ke dalam kamar.
Setelah membersihkan tubuhku, aku keluar untuk makan malam. Aku sempat membeli makanan saat di jalan pulang, karena aku sangat lelah. Rasanya tak akan sanggup jika harus memasak terlebih dahulu.
"Le, Abang mau mengatakan sesuatu." ucap nya, setelah aku keluar dari dalam kamar.
Aku menulikan telingaku. Dan menyambar paperbag berisi makananku. Aku membawanya ke meja makan dan mulai menyantapnya setelah mencuci tangan dan mengambil minum.
Ku dengar kak Vano menghela nafas kasar, lalu bangkit dari sofa mendekatiku.
"Le, sudah berapa kali Abang katakan. Jika Abang dan Amanda di fitnah. Abang dan Amanda sama sekali tidak melakukan apapun malam itu.
"Kau lihat sendiri bukan, jika Abang masih memakai celana panjang waktu kau menyeret Abang dari atas kasur.
" Begitupun dengan Amanda, hanya pakaiannya saja yang terlepas. Selebihnya masih menempel di tubuhnya."
Mendengar penjelasannya aku sempat meragukan diriku sendiri. Apa benar yang kak Vano katakan.
Tapi video itu, aah sial. Aku mengingat kembali video yang menunjukan Amanda mendesah dibawah tubuh kak Vano.
ada ada aj kau dim
good job Leo,.maklum lah Dimas kan CEO amatir..
Leo dikerjain bos yang lagi nyidam...