Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Kalau berada di tangan para medis yang tepat, tidak akan mencabut pisau dengan cara seperti itu. Sebab, akan menambah luka semakin lebar dan pendarahan semakin banyak.
Meskipun Wisra berniat menolong dengan menekan luka agar tidak pendarahan, tapi pada akhirnya, korban tetap tewas setelah berada di rumah sakit dua hari. Bukan karena kesalahan Wisra yang tidak tahu apa-apa, melainkan karena tusukan pisau itu tepat pada jantung membuat Gani Arta kehilangan nyawanya.
Walaupun Wisra punya kesalahan tetapi, dia bukanlah pembunuhnya. Inilah yang menjadi salah paham di tempat kejadian perkara, dan dinilai salah oleh pihak keluarga.
Pada saat itu, hanya Daril yang datang bolak balik ke kantor polisi dan rumah sakit demi kakaknya. Tidak ada pihak lain dari keluarganya yang tahu tentang kebenarannya. Kedua orang tua Deril larut dalam kesedihan dan jatuh sakit secara bersamaan. Tak heran kalau Deril yang menjadi andalan.
Polisi sudah menjelaskan semuanya secara detil kepada Deril, tapi pria itu tetap saja menyalahkan Wisra.
Berdasarkan bukti-bukti dan kesaksian yang ada, tentu saja Wisra tidak ditahan karena dia adalah pahlawan, yang telah berusaha semampunya. Dia bukan pelaku yang lenyapkan nyawa Gani Arta. Dia sama sekali tidak bersalah dan bisa kembali ke negaranya sepekan kemudia, setelah semua penyelidikan dinyatakan selesai. Kematian Gani Arta dinyatakan sebagai kecelakaan.
Namun, setelah satu bulan kemudian, polisi setempat berhasil menemukan pelaku pembunuhan yang sebenarnya dan memenjarakannya.
“Kalau untuk menyelidiki siapa orang yang berada di balik pemotretan itu, tentu saja lebih sulit, soalnya di sana banyak sekali gedung-gedung kaca, bisa saja orang-orang yang ada di dalamnya terlibat!” kata Elbara.
“Hmm! Bisa, tapi butuh waktu,” gumam Harya sambil mengangguk.
“Ayah, bangunan kaca di sana, bukan cuman satu atau dua tetapi ada banyak ... mungkin banyak juga orang yang ada di dalamnya, ada restoran dan juga cafe dan rumah lain yang buka!”
“Kita bisa lihat perkiraan sudut di mana orang itu mengambil fotonya, lalu melihat rekaman SCTV pada hari itu, selidiki kemungkinan, siapa saja yang ada di sana saat kejadian perkara!”
“Sayangnya, kita gak punya foto yang dimaksud Kak Shima, Ayah!” ujar Elbara sedikit menyesal.
“Bagiku, penyelidikan di luar negeri itu sudah cukup, toh aku hanya ingin mengetahui apakah ayahku bersalah atau tidak, bagaimana kejadian itu sebenarnya ... karena selama ini aku gak pernah tahu! Deril gak pernah menceritakannya padaku.”
Saat berkata seperti itu Shima tersenyum miris, dia mengetahui jika kematian kakak dari mantan suaminya, adalah, hal yang menyakitkan. Jadi wajar kalau Deril tidak mau menceritakannya kepada siapa pun.
Sekarang Dia mengerti kemungkinan Deril sering ke luar negeri waktu itu bukan hanya untuk mengurusi Karina saja. Akan tetapi, untuk mengatasi atau mencari pelaku sebenarnya.
Namun, mengingat ada kesalahan yang dilakukan Wisra, saat melakukan penanganan, membuat Deril sakit hati dan salah paham. Dia berpikir kalau saja Wisra tidak campur tangan, maka kakaknya masih bisa diselamatkan.
“Aku pikir ada orang yang sengaja melakukannya ... ingin membuat kamu salah paham pada suamimu!” kata Harya.
“Ya, Om! Aku juga berpikir begitu!”
“Shima, jangan mudah terbawa emosi ... itu hanya salah paham sesaat ... kamu bisa menjelaskan padanya nanti!”
Saat Harya berkata begitu, Elbara melihat Shima dengan mata yang menyipit. Dia memperhatikan Shima dengan saksama.
“Ya, kalau dia masih menyayangimu maka tetaplah menyayanginya karena, salah paham seperti itu bisa saja terjadi apa pun penyebabnya!” Harya berkata lagi.
“Ayah benar, tapi beda kalau orang sudah terlanjur membenci, apa pun yang kamu jelaskan dia tidak akan bisa mengerti!” ujar Elbara.
“Aku pikir kalau kamu berpisah dengan suamimu, justru orang yang ada di balik foto itu senang! Dia bergembira karena usahanya untuk memisahkan kalian berhasil!” kata Harya, sambil mengelap mulutnya dengan tisu.
Shima terdiam, pikiran yang ada dalam hatinya pun menyetujui hal itu, maka dia ingin bekerja di samping Deril. Bukan untuk mencari uang, tapi hanya untuk memancing orang yang melakukan pecah belah di keluarganya keluar.
Apakah itu Karina? Apa mungkin wanita itu bisa melakukan hal seperti itu kepadanya?
Pikiran di hati Shima tidak dia katakan kepada Elbara dan Harya.
Semua hanya opininya sendiri saja, kalaupun memang yang berbuat itu adalah Karina, bukankah itu artinya dia telah membunuh suaminya sendiri?
Di mana Karina saat kejadian perkara?
Kalau memang dia yang mengambil fotonya, bukankah lebih baik dia menolong suaminya daripada membiarkannya mati di tangan orang lain.
Jika menuduh Karina seperti itu, sangat tidak beralasan.
Shima hanya bisa mengucapkan terima kasih dan memberi beberapa hadiah untuk Harya. Setelah itu dia pulang dan berjanji akan mengunjunginya kapan-kapan.
Shima berangkat ke kantor Grup Pratama setelah mendapatkan pesan dari Candra, keesokan harinya. Dia langsung melakukan wawancara bersama beberapa calon pegawai yang melamar kerja bersamanya.
Saat itu di ruang tunggu wawancara.
“Hai! Kenapa kamu gak dandan? Apa kamu sudah percaya diri dengan penampilanmu sekarang?” kata salah satu peserta yang duduk di sebelah Shima. Dia pikir pakaian yang digunakan Shima terlalu tertutup dan sederhana.
Shima menoleh padanya heran, dia merasa tidak ada yang salah dengan penampilannya. Dia memakai setelan blazer warna khaki dipadu kerudung putih dan tas yang senada. Wajahnya terlihat ceria dengan sedikit riasan ringan untuk menutupi area hitam disekitar mata.
Sementara pekerjaan sebagai pegawai biasa, tidak membutuhkan penampilan menarik atau mencolok mata.
“Kamu melamar pekerjaan sebagai apa?” tanya Shima datar. Dia melihat wanita itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Penampilannya menor dan seksi.
“Sekertaris pribadi direktur Pratama!”
“Apa?”
Jadi, Deril masih membutuhkan sekertaris pribadi seperti ini?
Pikir Shima jijik.
semoga mendapatkan lelaki sederhana walaupun tidak kayak raya tapi hidup bahagia
aku cuma bisa 1 bab sehari😭