Pesona Pria Seratus Juta

Sebuah mobil mewah berhenti di depan pelantaran gedung yang cukup tinggi. Gibson Group adalah sebuah perusahaan yang mencakup semua bidang dan sudah memiliki singgasana sendiri di dunia bisnis.

Kemudian seorang pria tampan turun dari mobil tersebut, dengan setelannya yang memakai kemeja berwarna putih dan jas berwarna hitam, tak lupa dilengkapi dengan dasi membuat penampilannya terlihat sangat profesional dan rapi.

Kaca mata hitam yang dipakai oleh Farrel membuat penampilan pria itu semakin terlihat sangat keren dan mempesona.

"CEO baru datang!" teriak beberapa karyawan yang ada disana.

Semua karyawan yang ada disana segera berlarian berbondong-bondong berjajar membentuk sebuah jalan, tepat di depan pintu masuk perusahaan.

Farrel pun segera berjalan melewati para karyawan yang berjajar dengan rapi, mereka semua sedikit menundukan kepalanya sebagai pertanda hormat. Sedangkan Renata, sebagai asistennya Farrel, dia mengikuti Farrel dari belakang.

Jika disuruh memilih, sebenernya Renata ingin sekali keluar dari pekerjaannya, agar dia tidak berurusan dengan Farrel. Dia takut semakin lama jika dia terus bertemu dengan pria itu, hatinya akan goyah. Tapi dia tidak ingin melukai perasaan ayah mertuanya, karena Tuan Heru yang meminta sendiri agar Renata menjadi asistennya Tuan Aldi. Dan sekarang dia harus menjadi asistennya Farrel sebagai pengganti Tuan Aldi, dan dia masih diberikan tugas untuk mengawasi pekerjaan Farrel, karena Farrel masih membutuhkan bimbingan.

Penampilan sang CEO baru membuat para karyawan wanita yang ada disana menjadi terpesona dibuatnya. Sehingga setelah Farrel telah memasuki lift bersama dengan Renata, semua karyawan wanita yang ada disana saling berbisik.

"Wah CEO baru kita sangat tampan sekali."

"Kayaknya kita semakin bersemangat kerjanya kalau dipimpin oleh CEO seganteng itu."

"Aku rasa dia terlalu tampan dan sangat mempesona."

Suara deheman Edho membuat semua karyawan wanita yang ada disana mendadak diam.

"Ehm!" Edho merasa tidak suka jika para karyawan wanita yang ada disana terlalu berlebihan memuji pesona saudara sepupunya itu.

"Cepat kalian kembali ke tempat kalian masing-masing!" titah Edho kepada semua karyawan yang ada disana.

"Baik, Pak." Semua karyawan yang ada disana pun segera pergi untuk melanjutkan pekerjaan mereka.

Kemudian Edho pun menghela nafas dengan panjang, dia sangat merasa yakin bahwa pekerjaan Farrel tidak akan becus menjadi CEO, Farrel masih terlalu muda untuk memimpin perusahaan.

...****************...

Disebuah meeting room, terlihat Farrel yang sedang memperkenalkan dirinya kepada semua petinggi perusahaan yang ada disana, Farrel harus meyakinkan mereka semua bahwa dia akan bekerja keras untuk menjadi CEO yang mempuni memimpin perusahaan.

Waktu adalah uang, tidak peduli CEO di perusahaan itu baru atau tidak, mereka tetap harus melakukan sebuah meeting penting, atas usulan dari Edho. Mungkin karena Edho ingin membuat citra saudara sepupunya itu buruk di depan semua orang yang ada disana.

"Saya tahu anda masih baru menjadi pemimpin disini, Tuan Farrel. Tapi ketika anda sudah resmi menjabat menjadi CEO, itu artinya anda harus siap bekerja keras hari itu juga," ucap Edho kepada Farrel. Di tempat kerja dia memang memanggil Farrel dengan sebutan tuan.

Sebenarnya Edho sudah mendapatkan banyak dukungan dari beberapa petinggi perusahaan yang ada disana untuk menggantikan posisi Tuan Aldi. Tapi sayangnya Tuan Aldi lebih memilih Farrel untuk menggantikan posisinya.

Farrel pun menanggapi perkataan Edho, "Tentu saja, saya sudah siap bekerja keras membuat perusahaan Gibson semakin sukses dan semakin..."

Edho memotong perkataan Farrel, "Kalau begitu, apakah anda bisa menyelesaikan masalah ini?"

Edho menunjukkan layar monitor yang ada disana, terlihat ada sebuah proyek besar yang terbengkalai di sebuah hamparan lahan yang kosong. "Anda bilang anda siap membuat perusahaan ini lebih maju. Tuan Aldi memiliki sebuah proyek yang terbengkalai disana, itu karena ada perselisihan paham dengan pemilik lahan dari perusahaan Agraria. Apa anda sanggup mengatasinya? Proyek disana cukup menjanjikan, sementara ayah anda pun tidak sanggup mengatasinya."

Renata menghela nafas memandangi Edho, seharusnya Edho tidak terlalu menekan Farrel di hari pertama dia bekerja. "Aku rasa ini terlalu dini jika kita harus membahas proyek di kota M di hari Tuan Farrel pertama bekerja."

Edho terlihat kesal karena Renata malah membela Farrel, walaupun dia tahu mungkin karena Renata adalah asistennya pria itu, sehingga harus berada di pihak Farrel. "Karena itulah salah satu syarat menjadi seorang pemimpin adalah sudah memiliki jam terbang yang tinggi di bidang pekerjaannya."

Farrel pun tersenyum smrik, itu adalah salah satu alasan mengapa dia dan Edho tidak begitu akur, karena Edho selalu merasa lebih pintar dan lebih hebat darinya. Kemudian Farrel pun berkata, "Aku siap melanjutkan proyek itu."

Renata tercekat mendengarnya, dia segera berbisik kepada Farrel yang sedang duduk tak jauh darinya, "Jangan gegabah, pemilik perusahaan Agraria itu sangat arrogant, bahkan sangat sulit untuk bertemu dengannya."

Farrel pun tersenyum tipis, "Aku dengar pemimpin perusahaan Agraria itu adalah seorang wanita. Apa kamu tidak tahu kelebihan aku?" ucapnya dengan pelan sambil mengedipkan matanya kepada Renata.

Renata pun menghela nafas, kemudian dia berbisik kembali kepada Farrel. "Tolong jangan samakan masalah pekerjaan dengan tebar pesona, itu sangat berbeda."

"Justru tebar pesona pun bisa di manfaatkan dalam pekerjaan. Percayalah kepadaku, aku bisa membuat pemimpin perusahaan Agraria itu bekerjasama lagi dengan Gibson Group." jawab Farrel dengan tenang.

Sebenarnya yang membuat Renata menjadi cemas bukan masalah perusahaan Agraria. Tapi jika Farrel menyanggupi tantangan dari Edho, itu artinya dia sebagai asistennya Farrel harus siap menemani Farrel ke kota M. Sementara jarak dari kota Jakarta ke kota M sangat jauh.

Apakah dia akan aman jika berduaan dengan Farrel di luar kota?

...****************...