Kecelakaan mobil menewaskan kedua orangtua Aleesya saat berusia 5 tahun. Hanya Aleesya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia diasuh oleh tante dan om-nya yang jahat.
Siap-siap banjir airmata yaa Readers !
Bagaimanakah nasib Aleesya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil ?
Alarich membawa istrinya ke kamar. Dia menenangkan istrinya yang menangis. "Jangan di dengar omongan dia. Bukan salah kamu sayang. Semua sudah takdir Tuhan. Kita hanya manusia tidak bisa menentukan kapan hidup atau mati."
Alarich memeluk istrinya erat "Mas ...mungkin yang di bilang tante Mira benar. Aku memang pem-pembawa sial mas. Dan...mas pantas mendapatkan yang lebih baik dari aku hiks hiks...." Aleesya semakin sesegukan. Dadanya terasa sakit mendengar ucapan tantenya.
"STOP IT. Kamu anugerah buat aku jangan buat aku marah Aleesya. Lihat aku!! Aku mencintaimu tidak perduli orang lain bilang apa. Aku yang merasakannya bukan orang lain. Dengar, kamu milikku, kamu enggak bisa lepas dari aku.!"
Alarich mencium bibir istrinya mungkin dengan cara ini istrinya bisa sedikit lebih tenang. Ciuman itu semakin dalam Aleesya juga membalas ciuman itu sambil berlinang air mata. Kedua tangannya mengalung di leher suaminya. Alarich semakin merapatkan pinggangnya.
TOK TOK TOK
"Aden ... Si mbok bawain makanan sama cemilan!" Mbok Inem memanggil.
-
-
Ciuman mereka terlepas ketika mendengar suara ketukan pintu. "Aku bukain dulu, kamu duduk sini." CUP
Alarich mengambil nampan berisi makanan yang ada di tangan mbok Inem. Dia duduk di sofa bersama istrinya. Dia menyuapi Aleesya dengan lembut. Mereka makan di satu sendok yang sama.
"Mas ... Enggak jijik makan bekas aku?" Tanya Aleesya lembut. "Kenapa jijik sayang? Kita bahkan udah_!" Aleesya menutup mulut suaminya. Dia menyebikan bibirnya. "Mas ih jangan di bahas malu."
"Iya iyah hahahaha... Kamu lucu banget sih sayang. Habis makan kita main yah !" Alarich menggoda istrinya dengan mata genitnya. "Mas masih siang malu!" Aleesya meng hentakan kakinya pergi ke balkon. Alarich menyusulnya.
"Kok ngambek? Dosa loh nolak suami!" Ucap Alarich yang memeluk istrinya. "Habis mas kayak enggak ada waktu aja, malem kan bisa." Jawab Aleesya yang masih manyun
"Malem yah bener, 3 ronde yah sayang!"
Mata Aleesya melotot dia memukul manja suaminya. Bahkan tidak terasa sama sekali saking lembutnya. Alarich sangat mencintai wanitanya. Mereka malah bercanda di atas balkon.
-
-
Ternyata di balik kemesraan pasutri itu, ada sepasang mata yang tengah memperhatikannya. Nathan, sepupunya Alarich.
"Seandainya ... Kita lebih dulu kenal, mungkin sekarang kamu jadi istri aku Aleesya." Gumam Nathan di balik celah tembok.
-
-
Seminggu sudah berlalu kehidupan Aleesya berubah 360° dia menjelma menjadi nyonya Alarich. Dia sangat di manjakan oleh suaminya. Sehari harinya di layani oleh para art disana.
Dua hari lagi resepsi akan di gelar. Segala persiapan sudah matang. Hari ini juga terakhi Alarich ke kantor.
HUEEK HUEEKK
Aleesya yang sedang menyiram tanaman tiba tiba mual. Dia berlari ke kamar mandi di ikuti mbok Inem. Aleesya me muntah kan semua isi perutnya. Suaminya sudah berangkat ke kantor dari pagi. "Non Aleesya, kenapa non?" Tanya simbok sembari memijat tengkuk Aleesya.
"Enggak tahu mbok, mual sekali kepala aku pusing." Aleesya lemas sekali, si mbok mengantar nonanya ke kamarnya. Si mbok keluar lagi membuat teh jahe. Si mbok juga langsung menelepon tuan Alarich. Beliau khawatir dengan non Aleesya
-
-
"Kenapa mbok? Saya mau meeting!" Ucap Alarich
"Anu den, non Aleesya muntah muntah, badannya panas. Sekarang ada dikamarnya sedang tidur. Si mbok khawatir den." Jawab si mbok Inem.
"Saya pulang sekarang ." Alarich menutup ponselnya. "Bas, kamu gantiin saya meeting. Aleesya sakit." Alarich segera menyambar kunci mobilnya dia bergegas pulang.
Bastian bahkan belum bicara. Dia melongo melihat tuannya. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Kebiasaan si boss huft ."
-
-
Alarich mengemudikan mobilnya cukup kencang. Dia sampai dirumah lebih cepat dari biasanya, lalu naik keatas dengan langkah panjang. Dia membuka pintu kamarnya. "Sayang...!" Alarich melangkah ke kasur, istrinya tengah meringkuk.
"Mas kok udah pulang?" Ucap Aleesya lembut dengan mata berair. "Iya sayang kita ke_!" Belum selesai suaminya ngomong tiba tiba Aleesya sudah berlari ke kamar mandi.
HUEEEK HUEEEKKK HUEKKK
Bahkan Aleesya melompat dari kasur ke kamar mandi. Suaminya langsung menyusulnya. Dia memijat leher istrinya. Mata Aleesya sampai berair. Badannya bergetar. "Mas aku pusing banget." Aleesya berpegangan pada suaminya lalu dia pingsan.
"Astaga sayang!" Alarich kaget istrinya pingsan di tangannya. Alarich langsung menggendong istrinya ke bawah. Si mbok yang membawa nampan berisi makanan untuk non Aleesya terkejut melihat nonanya di pingsan. "Non Aleesya, kenapa den?" Tanya si mbok
"Suruh pak Agus siapin mobil sekarang!" Titah Alarich. Simbok keluar menemui pak Agus. Alarich dan pak Agus bergegas kerumah sakit. Si mbok juga ikut duduk didepan bersama pak Agus.
"Sayang bangun sayang... Jangan bikin aku khawatir." Alarich menepuk nepuk pipi istrinya yang sangat keringat dingin.
"Pak Agus cepetan toh, kasihan Non Aleesya!" Si mbok juga sama khawatirnya. Pak Agus mengemudikan mobilnya cukup kencang. "Mbok, hubungin mamah sama papah."
Mbok Inem langsung menghubungi tuan dan nyonya besarnya. Mereka juga akan menyusul ke rumah sakit
-
-
Aleesya dibawa oleh dokter dan perawat. Alarich, si mbok dan pak Agus menunggu di luar. Cukup lama dokter itu di dalam memeriksa Aleesya.
Orang tua Alarich juga berlari menghampiri anaknya. "Aleesya kenapa Al?" Tanya mamah Winda panik. "Belum tahu mah, dokter masih di dalam." Jawab Alarich.
Dokter Kayla pun keluar dari ruangan itu. Semua yang menunggunya menghampiri dokter itu. "Gimana dok istri saya?" Tanya Alarich.
"Selamat ya tuan Alarich, isteri anda hamil. Untuk pemeriksaan lebih lanjut bisa ke bagian spesialis kandungan. Nanti sore bisa langsung kesana."
Alarich membeku dia mematung mendapat kabar istrinya sedang hamil. Orang tua Alarich juga ikut senang mendengar kabar bahagia itu. Mamah Winda memeluk anaknya. Alarich berlinang air mata. "Al akan menjadi ayah, mah."
"Terima kasih ya Allah"
Alarich dan keluarganya masuk ke dalam ruangan itu. Papah Arya tengah mengurus administrasi perpindahan kamar perawatan menantunya.
Aleesya sudah siuman dia melihat suami dan mamah mertuanya. "Mas...aku mau pulang." Ucap Aleesya dengan suara lemahnya.
"Sayang... Terimakasih. Sebentar lagi kita akan punya anak. Kamu hamil sayang." Alarich dengan mata yang berkaca kaca memberitahukan pada istrinya tentang kehamilannya.
"Aa-aku hamil mas?"
"Iya nak. Alahmdulillah mamah dan papah akan punya cucu." mamah Winda memeluk menantu kesayangannya itu. Aleesya juga menangis di pelukan mamah mertuanya.
Papah Arya baru masuk ke ruangan itu. Mbok inem dan pak Agus juga setelah membeli makanan untuk Aleesya. "sayang selamat ya, kamu hamil penerus Dewantara." Ucap papah Arya bangga sekali.
Papah Arya bilang Aleesya akan segera dipindahkan ke kamar VVIP tentunya. Menantunya harus mendapatkan fasilitas terbaik. Terlebih Aleesya tengah mengandung cucu pertama dari keluarga Dewantara.