Tiga tahun menjalin hubungan pernikahan, Gempita mengetahui kalau suaminya telah berselingkuh dengan wanita yang lebih muda.
Dalam situasi seperti ini, ia menghadapi kebingungan. Satu alasan yang tidak bisa diungkap. Apakah bercerai atau mendiamkan perbuatan Melvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syarat Gempita
Melvin tersentak mendengar kalimat pilihan yang Gempi ajukan. Memilih antara wanita lama dan baru.
"Sayang, kita bicarakan ini dulu." Melvin hendak meraih kedua tangan istrinya, tetapi Gempi menolak.
"Aku hanya ingin kamu memilih!" Gempi berkata dengan nada tegas. "Kalau kamu pilih dia, ceraikan aku saat ini juga."
Satu kata yang membuat Melvin kaget. Ia menggeleng. "Sayang, aku enggak mau."
"Kamu pikir kebohonganmu itu selamanya bisa kamu tutupi? Apa kalian pikir aku ini bodoh, hah? Kamu, keluarga, teman-temanmu. Kamu pikir aku enggak tahu? Aku tahu, Melvin! Aku juga udah kasih kamu kesempatan. Tapi apa, kamu tetap nekat nikahin perempuan murahan ini, kan?"
"Aku salah, Gempi. Aku salah!" Melvin masih memohon.
"Itu karena kamu enggak becus jadi istri!" kata Nindi, yang berjalan mendekat. "Harusnya kamu nyadar kalau Melvin itu cintanya sama aku."
Satu tamparan melayang di pipi Nindi. Bukan sekali, tetapi dua kali, kiri dan kanan. Nindi yang mendapat perlakuan itu menjadi marah dan hendak membalas.
Nindi berteriak. "Aku enggak terima!"
Gempita yang tersulut emosi, menarik kerudung kasa yang tersemat di rambut Nindi. Perkelahian antar dua wanita ini tidak terelakkan.
"Sudah, hentikan!" Melvin mencoba melerai kedua aksi para wanita di sisinya ini.
Bukan ini yang Gempi harapkan setelah berhasil memergoki Melvin. Ia ingin bersikap tenang, tetapi melihat Nindi dan mendengar kata-katanya itu, emosi dalam diri menjadi tidak terkendali.
"Sabar, Gempi." Sifa menjauhkan sahabatnya itu dari Nindi. Jangan sampai malah Gempita yang dinilai bersikap buruk.
"Padahal kamu tahu Melvin itu beristri. Bisa-bisanya kamu mendekati dia. Enggak laku kamu sebagai perempuan?" kata Gempi.
"Aku mencintai Melvin dan dia mencintaiku." Nindi berlindung atas nama cinta.
"Diam, Nindi!" bentak Melvin. Ia harus membuat masalah ini selesai.
"Kita harus nikah. Aku udah kasih kamu segalanya." Nindi menangis.
"Benar! Kamu harus menikah dengan putri kami. Melvin, kamu sudah meniduri Nindi." Seoang pria paruh baya mengatakan itu. Dia adalah ayah dari Nindi.
"Diam kalian semua! Aku ingin bicara dengan istriku." Melvin menarik tangan Gempi, membawanya keluar dari area pernikahan.
Sifa ingin menyusul, tetapi sebelum itu, ia berkata hal yang menyakiti Nindi. "Perempuan enggak laku. Bisanya cuma ambil suami orang. Cocok banget sama calon mertua."
Bukan cuma Nindi, tetapi Deswita juga marah. Ia ingin melabrak Sifa, tetapi suaminya melarang. Jangan sampai suasana yang keruh ini diperparah dengan kejadian di masa lalu.
Melvin membawa Gempi ke kamar hotel yang ia tempati agar bisa bicara dari hati ke hati. Ia meminta maaf, meski Gempi tidak akan pernah memaafkannya.
"Aku enggak mau pisah dari kamu. Aku salah, Sayang. Aku mohon maaf." Melvin memandang istrinya itu. "Aku sudah keterlaluan. Aku bawa Nindi ke rumah, dihadapan kamu. Aku memang laki-laki buruk. Tapi, aku mau kasih penjelasan kenapa aku sampai ngelakuin ini. Aku enggak puas sama kamu. Izinin aku, Gempi. Izinin aku nikah lagi sama Nindi."
"Laki-laki berengsek!" Gempi memukul Melvin dan tidak ada balasan dari pria itu. Gempi meluapkan segala kekesalannya.
"Maaf, Sayang."
"Aku bakal izinin kamu nikah lagi, tapi ada syaratnya."
"Asal kamu bersedia, aku bakal turuti semua keinginan kamu."
"Tanda tanganni surat ini." Gempi mengambil berkas dari dalam tasnya. "Tanda tangan di sana."
"Apa ini?"
"Kamu enggak boleh nikahin Nindi secara hukum. Rumah yang kita tempati itu bakal jadi milikku termasuk GMP Entertaiment. Kamu bukan lagi pemegang saham di sana."
"Apa?" Melvin cukup kaget.
"Kamu enggak terima?"
"Aku bakal tanda tangan."
"Termasuk dua mobil yang ada di rumah. Itu semua milikku. Satu lagi, aku enggak mau Nindi masuk ke rumahku itu." Gempi menatap tajam Melvin.
"Aku bakal tepati syarat-syarat ini." Melvin menandatangani berkas yang telah Gempi siapkan. Ia tidak peduli seberapa banyak Gempi mengambil properti, asal istrinya itu tidak meminta cerai dan ia bisa menikahi Nindi.
Gempita mengambil berkas yang telah Melvin tanda tangani. "Selamat atas pernikahanmu."
Setelah mengatakan itu, Gempi keluar dari kamar. Ia tidak lagi ingin menyaksikan pernikahan kedua suaminya. Cukup sudah membuat kekacauan hari ini."
"Gimana?" tanya Sifa, setelah mereka keluar dari hotel.
"Melvin tetap memilih Nindi."
"Biarkan saja. Selagi kamu bisa menahannya, terusin. Keenakan banget Nindi bisa dapetin Melvin yang kaya dan mapan. Kalau kamu cerai, itu bodoh namanya, kecuali kamu udah bosan sama Melvin dan dapat yang lebih," kata Sifa.
"Tetap aja aku enggak rela berbagi suami."
"Lihat Nyonya Deswita. Dia berhasil menyingkirkan istri pertama Tuan Herman. Kehidupannya malah makmur, sedangkan istri pertama malah hidup sederhana. Kamu pikir cinta bisa buat bahagia? Hidup ini perlu uang dan kuasa. Jika kita punya uang, kebahagian bisa dibeli."
"Kamu enggak ngerti."
"Aku ngerti. Itu sebabnya, jadiin hatimu batu. Bila saatnya tiba, kamu bisa balas semua perbuatan Melvin. Biarin dia senang dulu. Nindi itu, mau dia melahirkan anak sepuluh juga, harta Melvin enggak bisa buat anaknya. Jika Melvin ingkar, kamu bisa perkarakan suamimu itu."
Gempita tersenyum. "Yang dimadu aku, apa kamu, sih?"
"Aku turut kesal. Biarin Nindi yang urus Melvin. Mending kamu santai aja. Nikmati uang, liburan, percantik diri."
"Iya, aku bakal lakuin itu."
"Jadi, kamu bakal tetap lanjutin liburan ke Italia?"
"Tentu saja. Kamu bilang sendiri, saatnya menikmati hidup."
Sifa memeluk Gempi. "Kamu yang sabar. Aku tahu kamu menderita."
"Makasih selalu ada buat aku."
"Biar aku antar ke bandara."
Melvin merasa bangga karena ia berhasil menyakinkan Gempita dan mendapat izin menikahi Nindi.
Ya, meski Nindi harus rela menghadapi pernikahan yang kacau ini. Rambut dan riasannya segera diperbaiki dan pernikahan pun berlangsung.
"Hebat kamu, Melvin. Kok, bisa Gempi kasih izin?" tanya Ridwan.
"Gempita aslinya baik. Itu sebabnya, aku enggak mau lepasin dia. Gempi cuma minta beberapa syarat dan aku setuju. Ini demi Nindi juga."
"Makasih, Sayang." Nindi memeluk lengan Melvin. "Kita resmi juga jadi pasangan suami istri."
Melvin tersenyum. "Iya, dong. Aku enggak bakal lepasin kamu."
Sementara Melvin berbahagia atas pernikahan keduanya, Gempi pun terbang menuju tujuan awal. Takdir tidak ada yang tahu. Entah apa yang akan menunggu Gempi di sana.
Ada seorang pria yang tengah menuju ke negara Italia. Berlibur setelah sibuk dengan pekerjaan.
"Anda butuh sesuatu, Tuan Cal?"
"Berikan aku cola." Cal mengatakan itu seraya tersenyum pada pramugari.
Rencana liburan ini sudah Cal jadwalkan jauh hari. Setelah konser, ia memang ingin menikmati indahnya wisata di negeri romantis ini. Selama dua minggu, ia tidak akan diganggu oleh yang namanya pekerjaan.