Matilda seorang anak gadis yang di kehidupan nya harus menerima kalau kedua orang tua nya bercerai.
Matilda memilih untuk tinggal bersama ayahnya dan pergi Keluar kota, selama pelarian nya Matilda memupuk rencana dendam ke seseorang yang membuat orang tuanya berpisah.
Saat dia kembali ke kota itu, Matilda mendapatkan kekasih yang dimana orang itu adalah pelaku yang membuat orang tua nya berpisah.
Beberapa polemik hadir hingga membuat Matilda merasakan jatuh cinta kepada nya.
Bagaimana Matilda menjalani hubungan percintaan dengan seseorang yang selama ini dia targetkan dalam rencana dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15.
Di depan gerbang sekolah, lebih tepatnya dekat pos satpam, Matilda seperti biasa dengan kesendirian nya.
Berjalan santai. Setelah meninggalkan sepeda motor nya yang terparkir di sudut pintu belakang kantin sekolah nya.
Sorotan mata dari murid-murid cowok mengarah kepadanya, lebih cantik dari sebelumnya, karena hari ini Matilda sengaja memoles wajahnya pakai makeup.
Perhiasan mewah juga mengalung pada lehernya, pergelangan tangan nya juga dilingkari gelang emas, anting lurus yang sangat menonjol di kedua telinga nya.
Karena Ayah nya membuat permintaan seperti itu, bukan kemauan dari Matilda sendiri, Pak Burhan ingin sekali anak gadisnya cantik dan banyak di kenal teman-teman barunya di sekolah ini.
Karena sang ayah sudah mengenal anak gadisnya kalau berinteraksi dengan orang lain paling sulit untuk dia lakukan, membuatnya menjadi gadis introvert lebih suka dengan keheningan.
Matilda kini semakin menjadi pusat perhatian karena penampilan nya, termasuk para gadis yang sedang heboh men-julid nya dari belakang.
"Lihat murid baru dari kampung itu, sok ngartis banget najis!"
"Berasa sekolah ini miliknya kali, kampungan banget"
"Gaya selangit, tapi dompet menjerit hahaha"
"Jangan keras-keras ngomongnya bego, nanti kedengaran"
Blunder sekali mereka, nyinyiran itu sampai di dengar di telinga mungil nya Matilda.
Matilda memberhentikan langkah kakinya sambil memutarkan badan menghadap ke mereka, melangkah dan menghampiri nya.
"Ada masalah apa kalian?, ngomongin gue dari belakang?" Kata Matilda dengan senyum ramahnya.
Kedua gadis itu menciut, kompak menelan saliva nya sendiri. "Eh enggak, lu cantik banget sumpah, ga boong, iya kan Debby" Gadis itu beralasan panik.
Salah satu teman nya yang bernama Debby langsung mengangguk "I-iya lu cantik banget, lu selebgram ya?"
"AW" Kedua kepala gadis itu kompak mendongak ke belakang sambil mengaduh.
"Gue ulangi perkataan gue, ada masalah apa kalian sama gue?" Kata Matilda dengan tatapan horornya.
"Ga jawab, gua rontokin rambut kalian sekarang juga, lu kira gue takut sama kalian? gak, anjing!" Ketus Matilda.
"Lu sih ah"
"Mana gue tau, kalau dia bad girl anjir"
Mendengar bisikan mereka. Matilda semakin mengeraskan tarikan rambutnya.
"Apa maksut lu bilang gue bad girl?"
"E-enggak ada maksut, gue minta maaf, tolong ampuni kita" Kata Debby.
"Gue juga minta maaf udah julid lu dari belakang" Kata Sindi menyatukan kedua telapak tangan.
"Ini pertanyaan ketiga gue, ada masalah apa kalian sama gue?" Kata Matilda tanpa ampun.
Mereka tidak menjawab, fokus meringis kesakitan karena tarikan rambutnya sangat kencang.
"Sayang, ada apa?" Kata Apit menghampiri
Matilda tanpa menoleh ke arah Apit yang sudah ada di sampingnya, dia terus fokus untuk mendapatkan jawaban dari mereka.
"Gue minta maaf, gue gak suka lihat lu berpenampilan sok cantik di sekolah ini" Jawab Debby.
"Good" Kata Matilda melepas tarikan rambutnya Debby.
"Lu dari keluarga miskin, sok-sokan bergaya seperti model" Confess Sindi.
Matilda tersenyum miring langsung melepas tarikan nya, hanya saja dia masih mengurung sindi dengan merangkul pundak nya sambil berjalan.
"Ikut gue lu" Pinta Matilda ke Sindi
"Buat lu cepat masuk duluan ke gerbang kedua" Perintah Matilda ke Debby.
Debby menurut dia meninggalkan Sindi yang sedang menjadi sandera nya Matilda.
"Debby lu mau kemana" Kata Sindi panik.
"Maaf, gue gamau berurusan lagi sama dia" Pekik Debby sambil berlari panik.
"Lu sekelas gue kan?" Tanya Matilda.
"Iya gue sekelas sama lu" Jawab Sindi.
"Oke good, ayo jalan" Kata Matilda semakin mempererat rangkulan pundaknya.
Kehadiran Apit sepertinya tidak di butuhkan, dia menggeleng kepala melihat pujaan hatinya sebelas dua belas dengan sifatnya.
Dia langsung menyusul Matilda dari belakang, sampai akhirnya tiba di gerbang kedua sekolahnya.
"Tunggu Apit, saku baju mu, bapak liat ada bungkus rokok, sini kamu!"
"Matilda, Sindi tolong masukkan baju kalian!"
Matilda sedikit berbuat konyol "Eh apa?" katanya sambil mendekatkan telinganya ke bibir Sindi.
Sindi tanpa berkata karena heran.
"Oh, maaf pak. Katanya lebih nyaman di keluarkan, kalau gue sih oke-oke aja apa kata bos bilang"
Sindi menggeleng kepala, saat sebelum ke gerbang, Matilda mengeluarkan baju Sindi dari dalam pinggang celana nya, sengaja biar kena hukuman bareng.
Namun niat buruknya itu malah berkebalikan dari fakta, guru lain yang bukan lain itu wali kelasnya langsung menceramahi, memberi arahan baik untuk anak didik nya.
Pandangan Matilda kemudian teralihkan saat Apit diberi hukuman push-up, mengingatkan matilda saat pertama kali masuk sekolah.
"Anjir, Limbad kena hukuman" Matilda bergumam.
"Cepat kalian berdua masuk, ngapain liatin Limbad push-up."
Bahkan gurunya yang mendengar perkataan Matilda ikut-ikutan menyebut Apit Limbad.
"PAK!" Protes Apit sedikit memberhentikan gerakan nya.
"CEPAT LANJUTIN!"
**
Matilda membawa Sindi masuk ke dalam toilet wanita, dia menatap angker sambil mengguyur tubuh Sindi dengan air pel yang ada di sana, membuat seragam nya basah kuyup.
Untungnya, matilda masih punya hati. Dia menaruh tas Sindi beserta ponsel atau barang sensitif lainnya.
"Lu tadi bilang gue keluarga miskin? Sok jadi model kan?" Kata Matilda.
Sindi mengangguk menangis sambil meminta maaf, memohon pengampunan.
"Asal lu tahu, kalau bukan permintaan orang tua, gue ga akan dandan seperti model kaya gini, lu seenak jidat ngomong gue kaya gitu, lu sadar ga sadar sudah nyakitin perasaan gue!"
"Iya sorry gue nyesel banget" Kata Sindi yang terus merengek.
"Cepat, lu masuk kamar mandi" Kata Matilda sambil memberi seragam ganti cadangan yang dia bawa.
"Lu bawa seragam sekolah dua?" Tanya heran Sindi.
"Bacot! Buru ganti, jam sudah mau masuk!!"
Dari kenakalan nya Matilda, terselip hatinya yang tidak enakan, dia emang sengaja membawa banyak seragam, antisipasi kalau dia kumat membully murid-murid disekitar sekolah nya.
Matilda sambil melihat jam pada layar ponsel nya, menunggu Sindi berganti seragam nya yang sudah basah.
"Bra gue basah" Dumam Sindi mengintip sedikit dari balik pintu.
"Gausah pakai, salah lu sendiri, itu hukuman buat lu" Ketus Matilda.
"Dih, gak nyaman gue kalau ga makai" Protes Sindi.
"Gue jaga lu seharian di sekolah, cepat jangan banyak protes, mau gue rontokin rambut lu lagi hah!" Ancam Matilda.
"Engga mau" Jawab Sindi.
"Yaudah cepetan!, kaya punya lu gede aja"
"JANGAN BAHAS UKURAN!!!"
Semua sudah kondusif, Matilda masuk bersama Sindi ke kelas nya.
Apit, Alena dan Diora tampak kompak mengerut kening saat seragam Sindi, tiba-tiba ketat dan dadanya membentuk.
"Eh itu seragam lu kan Til?" Tanya Alena
"Iya baju dia gue basahin pakai air pel" Jawab Matilda.
"Eh buset lu apain Sindi anjir!" Protes Diora.
"Gue gapapa teman-teman, terima kasih atas perhatian nya" Tukas Sindi duduk di bangku dekat Alena.
"Gila lu Til"
Apit sampai sedikit membuka rahang, setelahnya dia langsung mengusir Niko dari tempat duduk nya.
"Met" Sapa Apit
"Met siapa anjing" Protes Niko
"Lu lah, jamet anjing"
"Gue Niko bangsat, bukan jamet"
"Berisik, cepat lu duduk dekat Alena" Titah Apit
"Lah terus, Matilda?"
Apit berdehem untuk Niko pindah secepat mungkin. "Matilda" Sapa Apit. "Lu duduk disamping gue hari ini" Sambungnya.
"Dih, ogah banget gue disamping Narji"
Niko tertawa geli sambil berjalan ke tempat duduk Alena. "Narji, Limbad mampus sebutan lu ada dua" Ejeknya membuat Apit melemparkan pulpen dengan sedikit kemarahan.
JADE ( Who Stole My Virginity )