Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Malam pun tiba. Andini menunggu Indra di teras rumah. tetapi Indra lama juga datangnya.
"Hmmmm Indra mana sih, katanya sudah jalan, tapi lama banget. Aku telepon dia deh."
Tuuut. Tuuut..
Dan akhirnya Indra pun mengangkat.
"Hallo Dra, Kamu di mana sih?"
"Aku di sini, liat dong kedepan!"
"Ih nyebelin ya kamu."
Ternyata Indra ada di depan baru saja sampai. Andini pun langsung mematikan telfonnya karena malu dan langsung menghampiri Indra.
"Ngeselin ya, aku nungguin kamu lama tahu."
"Iya maaf, tadi aku balik lagi soalnya ada yang ketinggalan."
"Hmmm. Yaudah deh gapapa, kirain kamu bohong."
"Memangnya aku pernah bohong sama kamu? nggak pernah kan hmmm?"
"Enggak pernah sih, yaudah kita berangkat yuk"
"Sini dong nggak mau di pegangin memang tangannya?"
"Mauuuu. Nihh."
"Dasar. Kamu mau makan apa sayang?"
"Hmmm apa ya? pengen yang panas-panas gitu sih, tetapi apa ya bingung?"
"Ya banyak, di depan ada soto, tongseng, pecel ayam, nasi goreng, seafood. Dan lain-lain deh pokoknya."
"Hmm.. Tongseng kayanya boleh sih."
"Yaudah. Ayo kita berangkat, tetapi ngomong-ngomong kamu cantik banget malam ini, padahal cuma mau makan di depan saja."
"Kan biar kamu betah sama aku terus gak ngilang-ngilang lagi'
"hmmm nyindir nih ceritanya?"
"Becanda ah maaf, maaf."
Pada akhirnya mereka berdua pun sampai di tempat makan, dan langsung memesan 2 mangkuk tongseng kambing.
Sambil menunggu makanan datang, Indra pun menggenggam tangan Andini dan memandangnya.
"Apasih liat-liat? ih."
"Cantik sayang, cantiiiiik banget."
"Dipuji-puji terus, jadi malu nih aku."
"Ya, mungkin aku kangen Din jadi seneng banget bertemu sama kamu lagi."
"Lagian kamu sih makanya kalau kangen jangan ilang, so kuat banget sih."
"Iya iya aku salah deh maaf."
"Udah ah jangan dibahas lagi yaa. Dra gimana kalo besok malam kamu makan di rumah aku saja, nanti aku masakin, pasti kamu juga bosan kan makan di luar terus?"
"Iya sih aku bosen makan kaya gini. Tapi makan malam saja kan ga ada yang lain-lain?"
"Curiga saja bawaannya, waktu itu kan, udah lah gausah dibahas lagi ya nanti kita berantem lagi coba."
"Iya iya, besok aku mampir deh buat makan malam sama kamu."
"Bener nih ya, besok aku masakin yang enak spesial buat kamu pokoknya."
"Oke sayang aku bakal datang dengan senang hati deh."
"Yesss aku pasti senang banget Dra kalau kamu kerumah lagi."
"Aku juga senang ko pasti besok."
Sambil mengobrol, mereka pun makan tongseng yang tadi dipesan.
Kadang Indra pun menyuapi Andini sambil bercanda-canda. Rupanya hati Indra sudah luluh lagi kepada Andini seperti biasa. Mereka terlihat bahagia sekali malam ini.
Setelah makan, Indra mengajak Andini pulang..
"Din, kita langsung pulang ya, kamu harus istirahat kan besok kamu kerja."
"Tapi aku masih kangen Dra."
"Besok kan kita bertemu lagi, sabar ya."
"Hmmm iya deh, gamau mampir dulu apa, sebentar saja kerumahku"
"Hmmm yaudah tapi sebentar ya gak lama."
"Hmm kamu ini. Iya sebentar aja."
Akhirnya mereka pun berjalan pulang dan singkat cerita sudah sampai di depan rumahnya Andini.
"Ayo sayang masuk, kamu tunggu di sofa ya, aku ambil minum dulu."
"Nggak usah, kan aku cuma sebentar udah ah sini kamunya."
"Hmmm iya deh."
Andini pun duduk di samping Indra.
"Din, Kamu memang biasa tidur jam berapa sih?"
"Dulu sih aku suka tengah malam kalau tidur, tetapi semenjak di sini, ya mungkin karena aku sendiri juga sekarang di rumah ini jadi cepet ngantuk nya, paling malem juga jam sembilan."
"Kasian, pasti kesepian sekali ya kamu sendirian di sini."
"Iya makanya aku ingin ada kamu terus di sini."
"Sabar ya, sebulan lagi kan kita bakal saling kenal sama orang tua kita, terus kita nikah dan tiap hari pasti bakal aku temenin."
"Iyaa sayang emmmmmm."
Andini pun memeluk Indra dengan erat.
"Kenceng banget Din meluknya, engap nih aku."
"Aku tuh kangen banget tau, lagian kamu kan gak lama katanya malam ini."
"Iya aku jugak kangen ko."
Indra pun memandang dan mengusap pipinya Andini dengan sangat lembut. Tetapi Andini malah mendekatkan mukanya dan mencium bibir Indra.
"Emmmmmhhhh"
Indra hanya bisa terdiam dan menikmati ciumannya Andini. Malah tangannya Andini di taruh di atas pundaknya Indra. Sampai akhirnya pun Indra sadar dan melepaskan ciumannya.
"Mengapa Dra?.Kita kan hanya ciuman."
"Aku takut ah, waktu itu juga kita awalnya dari sini kan?"
"Hmm.. Yaudah deh, maafin aku ya Dra."
"Iya nggak apa-apa ko."
"Kalau kamu itu lelaki lain mungkin aku sudah digimanain Dra sekarang."
"Ini juga aku nahan-nahan Din, mana ada sih lelaki yang kuat kalau udah digituin, apalagi sama perempuan secantik kamu."
"Tapi kalau memang gak tahan boleh ko Dra, lagian nanti juga aku jadi milik kamu seutuhnya."
"Enggak ah Din, aku masih kuat ko."
"Hmmmm dasar si paling so kuat."
"Yaudah ah aku pulang ya, kan janjinya gak lama-lama."
"Hmmm kalau sama janji saja tepat banget. Yaudah tetapi besok ke sini ya beneran.. Awas kalau enggak, aku nggak mau kenal lagi sama kamu."
"Ngancem nya sadis banget. Iya aku pasti datang ko, sini peluk dulu sebelum pulang"
"Iya sayang emmmmmmm"
"Makasih ya Din, rasa kangen aku sudah terobati sekarang."
"Hmm jadi ciuman tadi itu obat ya ternyata"
"Ya begitu deh." Sambil tersenyum malu
"Huh dasar cowok aneh"
"Hehe"
Indra pun pamit pulang dengan wajah yang sangat ceria. Andini juga langsung masuk dan mengunci pintu bergegas ke kamar untuk istirahat tidur.
Sebelum tidur, Andini selalu membayangkan Indra ada di sini. Tetapi dia hanya bisa memeluk guling yang ada di tempat tidurnya. Andini baru lagi merasakan cinta yang begitu besar. Andini juga yakin kalau Indra bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menggantikan Sandy mantan suaminya.
Andini juga menyempatkan melihat histori mobilnya Sandy, tetapi nampaknya hanya pergi ke tempat biasa dan tidak ada yang mencurigakan.
Andini sempat berpikir dengan keuangannya. Sepertinya uang Andini tidak cukup untuk terus melanjutkan misinya ini. Hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari.
"Bagaimana caranya ya aku bisa mendapatkan uang lebih?. Hmm besok deh aku pikirkan lagi."
Andini belum ambil pusing, dia langsung tidur karena besok harus bangun pagi.