Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Kandas Karena Gelar
Kami pun menikmati makanan dimeja makan dan tiba-tiba mami berbicara dan menanyakan nama lengkap Arina
Degghh...tiba-tiba aku merasa makanan yang akan kutelan tiba-tiba tinggal ditenggorokanku.
Ini yang aku khawatirkan selama ini tentang hubungan ku dengan Arina.
Hal yang sepele keliatannya, karena harus mesti keturunan yang sesama punya gelar nama yang depannya ada kata ANDI, yang mana didepan kami gelar seperti itu adalah keturunan bangsawan, namun selalu yang menjadi hal yang mendasar bagi kedua orang tuaku tentang bibit,bebet,dan bobot dalam berkeluarga.
"Namaku ARINA KHUMAIRA PUTRI tante" jawab Arina tenang dan sopan.
"Kamu tau kan kalo Fai itu di depan namanya ada nama ANDi nya Arina?" tanya mami ku lagi dan ku melihat ada tatapan tak suka dari mami kepada Arina.
"Iya tante Arina tau itu...mohon maaf tante kalo boleh tahu apa maksudnya tante menanyakan itu, karena Arina sendiri kurang mengerti maksud dari pertanyaan tante" jawab Arina sambil menanyakan maksud nya secara rinci.
"Memang kamu tidak tau ya Arina kalo nama yang ada nama ANDI depannya itu keturunan bangsawan ya?"jelas mami kepada Arina yang jadinya bingung dengan penjelasan mami.
"Ya Allah mami kenapa harus ada penjelasan seperti itu, seolah-olah menjelaskan tentang perbedaan antara aku dan Arina, hal ini yang jadi beban pikiran aku selama ini, karena orang tuaku terlalu menjunjung tinggi gelar yang ada dinama kami sekeluarga....huffftt"
"Mami kok bicara nya begitu sih, semua orang dimata Allah itu sama, bukan karena gelar atau apa yg jadi penentu kita baik atau tidak tapi amal perbuatan kita" tegasku ke mami.
"Sudah-sudah...kok malah ribut dimeja makan tidak malu apa ada tamu disini" tegur papi ke mami dan aku yang berdebat dimeja makan.
Aku melihat Arina hanya diam menunduk, dan aku merasa Arina sangat tersinggung dengan perkataan mami tadi.
"Sudah pada selesai makan kan....ayo kita ke ruang tamu lagi ada yang ingin mami sampaikan ke kalian berdua" perintah mami ke aku dan Arina.
Arina berdiri sambil mau membereskan semua piring bekas makan kami dimeja makan, namun dilarang oleh papi lalu papi memanggil art untuk membereskannya.
Akhirnya Arina mengikut saja apa kata papi dan aku bersama Arina berjalan beriringan ke ruang tamu seperti perintah mami tadi.
Disana sudah ada papi juga duduk disamping mami sambil memainkan hp nya.
Aku pun dan Arina duduk disofa yang sama, dan aku berusaha menenangkan nya dengan menggenggam tangannya, namun tangan Arina dia tarik perlahan karena dia takut sama mami dan papi.
"Begini nak Arina...bukan om atau tante tidak mau menyetujui hubungan kalian berdua, namun ada adat atau semacam silsilah dalam keluarga kami, yang memang masih kuat memegang aturan itu, dimana jika anak-anak kami kelak akan menikah harus dengan sesama keturunan dari yang namanya memiliki gelar didepannya seperti Faizal" kali ini papi yang menjelaskan secara rinci ke Arina, dan hal ini sontak membuat aku menjadi sangat marah sambil menggepalkan kedua tanganku.
"Papi itu bukan ukuran untuk mencari pendamping atau kebahagiaan buatku, karena itu semua hanya gelar dan bukan ukuran buat aku...itu semua aturan tidak berdasar, sekarang jaman moderen papi bukan jaman dulu lagi" tegasku kepapi sambil menatap papi dan mami yaang menurutku sudah keterlaluan kepada Arina.
"ANDI FAIZAL RAHMAN....papi dan mami itu orang tua kamu, kenapa kamu mengeraskan suaramu dihadapan kami" marah mami kepadaku namun aku tetap menatap tajam kearah mereka.
"Papi sama mami yang keterlaluan, selalu saja memaksakan kehendak hanya berdasarkan aturan kuno yang tidak berdasar seperti itu...emang dengan sesama yang punya gelar yang sama bisa menjamin kita akan hidup bahagia? Itu kak Indra buktinya papi sama mami paksakan juga menikah dengan wanita pilihan kalian, yang menurut kalian sesama gelar nama tapi ujung-ujungnya bercerai juga kan" sahutku lagi ke mami sama papi
"Diam kamu Fai"bentak papi ke aku
Tiba-tiba Arina bersuara dengan suara serak, yang mana aku tahu sedari tadi kesayanganku ini menangis melihat aku dan kedua orang tuaku bertengkar
"Kak Fai sudah kak, tidak usah diperpanjang lagi perdebatan ini....benar kata om dan tante kak, kita tidak selevel secara garis keturunan juga kakak orang berada, sedangkan aku hanya orang biasa kak, dan yang penting dalam suatu hubungan itu adalah restu kedua orang tua kak Fai, jadi kalo om dan tante tidak ridho sama hubungan kita percuma saja kak" panjang lebar Arina menjelaskan sambil menangis.
"Tidak Arina aku tak mau dijodohkan seperti kakak aku....aku mau dengan pilihan aku sendiri, karena yang tau aku bahagia atau tidak akunya sendiri" protesku ke perkataan Arina barusan.
"Kak aku pamit pulang duluan ya, karena aku lupa kalo jam 5 nanti aku ada janji sama anak- anak kompleks, untuk les privat matematika karena mereka mau ujian"
"Om...tante...Arina mohon pamit ya, mohon maaf kalo kedatangan Arina kesini membuat kegaduhan sehingga om dan tante jadi bertengkar dengan kak Fai...makasih atas jamuan makan siangnya om...tante" sahut Arina dengan sangat sopan sambil dia mencium tangan kedua orang tuaku, Arina melangkah kan kakinya keluar dari rumah dinas papi namun sebelum sampe kedepan pintu aku berteriak memanggilnya.
"Tunggu Arina kita pulang sama-sama....kita datang bersama jadi kita pulang juga bersama, karena kamu tanggung jawabku kepada ibumu karena aku sudah diberi ijin oleh beliau" aku berdiri dan mengejar Arina keluar.
"Tidak usah kak....aku bisa naik travel kok, jadi kakak masih bisa disini bersama om dan tante kan masih bisa pulang sore juga nanti" Arina menahanku agar aku tidak usah menggantarnya namun aku tetap ngotot kalo kita akan pulang sama-sama.
Kuambil jaket dan kunci motorku, dan pamit kepada mami dan papi walau ku tau jika mami sangat tidak suka, dengan sikapku yang juga tiba-tiba ikut pamit pulang padahal kami baru beberapa jam dirumah dinas papi, tapi karena ada perdebatan yang menurutku tidak bisa aku terima keputusan dari mami sama papi, sehingga aku memilih pulang saja kembali ke kota tempat aku berdinas.
Jujur aku kecewa dengan keputusan Arina tadi, namun aku tidak mau membicarakan nya dulu sekarang, nanti setelah sampai ditempat kami dan hati kami berdua sudah tenang, baru aku akan bicarakan lagi masalah ini ke Arina agar mau bertahan, dan menemani aku sampe mendapatkan restu kedua orang tuaku , bukannya mundur dan menyerah begitu saja tapi aku mau memperjuangkan ini semua dengan arina, mau tetap berada disisiku dan bersama melewati semua ini.
Kisah masa lalu Yudha pilu juga
Sekarang kamu yg harus mantapkan hati Rin, gk usah ngasih pilihan ke Yudha
belum tentu juga Yudha nya mau sama Astrid.
mau nya Yudha cuma kamu Rin, kalo kamu tolak pasti Yudha akan mundur dan gk akan pilih Astrid.