Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERBUATAN BAIK
Pagi menjelang, semua anak bersemangat sekolah. Terutama bagi Harun dan seluruh saudaranya. Dewo pengawal yang sudah ikut semenjak kelahiran Arraya diberi tugas untuk menjalankan misi kebaikan itu.
Delapan pengawal diikutkan untuk menjaga Harun, Azha, Bariana, Arraya, Arion, Benua, Sky, Bomesh, Arfhan, Ditya dan Radit. Semua sekolah di sekolah yang sama.
"Babies hebat loh. udah bisa nolong orang," puji Benua pada adik-adiknya.
"Kebetulan Kak. Pas nemu orang yang butuh. Lagian bukan kita nolong langsung, tapi Mama yang nolong," sanggah Harun sangat bijak.
Benua kelas enam SD sama dengan Domesh, sedang Ditya kelas lima, Radit kelas empat bersama Sky, Bomesh dan Arfhan hanya beda kelas saja.
"Boleh ikut nemenin mereka nggak sih?" tanya Sky.
"Kita pulang cepet loh!' lanjutnya.
Bomesh antusias, Arfah apalagi. Sedang Radit hanya bisa diam begitu juga Ditya.
"Tapi kata Mama tadi yang boleh cuma Papa Dewo," sahut Ditya mengingatkan.
"Bener tuh. Jangan bikin repot orang tua lah!" peringat Benua.
Bahu Sky turun, padahal sudah lama ia tak berpetualang. Setelah kejar-kejaran dengan almarhum paman dari Arfhan dan kejadian waktu ke mini market atau serangkaian petualangan lainnya.
"Ah ... pantesan kita dibanyakin pengawal!" kekeh Sky geli sendiri.
Akhirnya semua tak ribut ingin ikut membeli perlengkapan laundry. Semua masuk kelas hingga kelas satu istirahat.
Ternyata benar, kelas Sky sudah keluar karena memang pelajaran usai dan akan memasuki ujian nasional.
Mereka mendatangi Harun dan semuanya. Radit dan Ditya juga keluar kelas mereka.
"Kamu sudah kelar kelas Dit?' tanya Domesh.
"Sudah Kak," jawab Ditya.
"Radit juga?" Radit mengangguk.
'Kalau gitu nunggu adik-adik pulang ya!' Ditya dan Radit juga Sky, Bomesh serta Arfhan mengangguk setuju.
"Ini Titis yang kemarin kita ceritain Kak!' ujar Harun memperkenalkan dirinya.
Bau badan Titis memang sedikit berkurang. Tadi ia mandi dengan benar karena ibunya menampung air banyak-banyak dan menyimpannya.
"Titis, perkenalkan ini kakak-kaka aku!" ujar Harun memperkenalkan semua kakaknya.
Titis menyalin semua anak yang lebih tua usia darinya. Bocah perempuan itu menggaruk terus kepalanya.
"Jadi kamu bisa bilang ke ibu kamu kalo bisa kerja di laundry kemarin!" ujar Harun lagi.
"Bener begitu?" tanya Titis lagi semangat.
"Iya, besok atau nanti pas pulang, kamu bisa bawa orang tua kamu untuk langsung tinggal di sana!" ujar Azha kini.
"Kamu kok garuk-garuk kepala aja sih?" tanya Bariana tampak risih melihat Titis yang berulang kali menggaruk kepalanya.
"Eh ... itu jilbabnya ada noda darah ... kepalamu nggak luka kan?" tanya Arraya.
"Nggak aku nggak apa-apa kok!' ujar Titis malu.
"Titis ... kamu nggak akan konsen belajar kalo gini!' ujar Bomesh mengingatkan.
"Beneran kak ...."
Titis menggaruk hebat kepalanya. Ia benar-benar ingin menangis, karena kepalanya sangat gatal.
"Ada hewan tinggal di kepala saya!" ujarnya lirih.
"Hah ... apa?!" tanya Bariana setengah berteriak.
"Ssshhhh! Pelan kan suaramu Baby!" peringat Domesh pada sang adik.
"Ada hewan tinggal di kepala Titis kak," ujar Titis sangat pelan.
"Kamu emang piara apa di kepala? Meong?" tanya Harun polos.
Bariana sudah membayangkan sebesar apa kucing yang tinggal di kepala temannya itu.
"Bukan meong baby," jawab Benua, "tapi kutu kepala."
"Kutu kepala?" Harun dan lainnya tentu tak tau apa itu.
"Kutu kepala adalah sejenis parasit berbentuk hewan yang menghisap darah di kepala manusia," jawab Bomesh.
"Sereumnya!" pekik Bariana kaget.
"Ah ... kakak, bisa disembuhin nggak?!" rengek Bariana merasa iba pada Titis.
"Bisa kok, selain potong rambut ada obat pembasmi kutu pada kepala," jawab Bomesh lagi.
"Ntar pulang kita obatin ya!" Titis mengangguk sambil menggaruk kepalanya lagi.
Tak lama mereka pulang. Semua mau ikut ke rumah Titis.
"Papa sembuhin kepala Titis dulu pa, itu darahnya udah memenuhi jilbab!" pinta Bariana.
Arraya mengenakan jilbab karena dia muslim sedang Bariana tidak. Terkadang Bariana suka nekat pakai penutup kepala itu.
"Kita ke salon yuk!" ajak Dewo.
Semua pengawal mengikut anak-anak itu. Mereka menggunakan tiga mobil golf. Ke sebuah salon kecil.
"Tolong obati kepala anak ini. Banyak kutunya!" pinta Dewo pada laki-laki yang menatapnya penuh hasrat.
"Astaga ... kok bawain eke anak ke gini ... emak lu kemane non!"
"Sudah jangan banyak omong!" sentak Dewo kesal.
"Bisa obatin nggak?" tanyanya sambil melotot.
"Iya ... iya ... galak amat jadi laki!" ujar pria gemulai itu takut.
Titis membuka jilbab. Bau menyengat menyeruak, hampir semua menutup hidung akibat sangat bau.
Satu botol obat pembasmi kutu dituang ke kepala bocah malang itu.
"Jangan digaruk!" larang pria ngondek itu kesal.
"Gatel mas!" rengek Titis.
"Ih ... makanya jangan jorok!" umpatnya sebal.
Titis menahan rasa gatalnya. Setengah jam berlalu, pria gemulai itu mulai menyerit rambut gadis kecil malang itu. Banyak hewan kecil berjatuhan dan ikut pada sisir bergerigi rapat itu.
"Kutu kek gimana sih?" tanya Arion penasaran.
"Jangan deket-deket! nanti kutunya terbang malah hinggap di kepala kamu!" larang pria gemulai itu.
Arion takut, ia pun urung mendekat. Dewo memperlihatkan seperti apa kutu yang ada di kepala Titis.
"Oh jadi itu kutu?" tanya Arion dan lainnya mengerti.
Satu jam berkutat pada rambut Titis. Dewo membelikan makanan untuk semua agar tak lapar. Para orang tua membiarkan anak-anak mereka kembali berpetualang asal dijaga ketat oleh pengawal.
"Nah ... udah beres!" ujar pria perias itu bangga.
Tiga ratus ribu upah untuk membersihkan kepala Titis dari parasit yang mengganggu itu.
"Alhamdulillah ... makasih Om!" ujar Titis senang.
"Sama-sama!" ujar Dewo ikut tersenyum.
Mereka kembali ke rumah di mana orang tua Titis tinggal. Setelah sampai Dewo memberitahu jika mereka bisa tinggal besok.
"Ingat ya Pak. Hanya bapak, ibu dan Titis saja yang bisa tinggal. Ini amanah dari boss saya!' peringat Dewo tegas.
"Iya Pak, saya tau!' ujar Wawan ayah dari Titis.
Sore itu mereka langsung pindah, setelah mengantar anak-anak pulang ke rumah. Dewo yang mengajari ayah dan ibu Titis mengelola laundry.
"Jadi kalian boleh tinggal selama kalian mau. Tapi semua harus memiliki target. Setelah punya modal usaha sendiri. Kalian wajib pergi tanpa membawa apapun dari tempat ini!" jelas Dewo lagi.
"Apa kalian mengerti?!" lanjutnya.
"Mengerti Pak!' makasih tolong ucapkan pada pemilik usaha ini!" ujar Wawan bahagia.
Sebuah banner dipasang "Titis Laundry, cuci, strika kiloan". Wawan menatap nama usahanya. Di sana Titis disuapi ibunya makan ayam goreng kesukaannya. Dewo membelikan mereka untuk makan sampai malam.
"Bismillahirrahmanirrahim!" ucap Wawan sebelum memulai semuanya.
"Ayo masuk Pak, kita makan!" ajak Suti sang istri.
"Ya Bu ...."
Sementara itu di hunian besar. Bart menatap bangga semua keturunannya yang tengah merusuh di ruang keluarga.
"Kalian memang luar biasa!"
Bersambung.
Ah ... bahagianya.
Next?
semoga berjalan lancar ya baby cal...