Cerita ini mengikuti kehidupan Keisha, seorang remaja Gen Z yang sedang menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Ia terjebak di antara cinta, persahabatan, dan harapan keluarganya untuk masa depan yang lebih baik. Dengan karakter yang relatable dan situasi yang sering dihadapi oleh generasi muda saat ini, kisah ini menggambarkan perjalanan Keisha dalam menemukan jati diri dan pilihan hidup yang akan membentuk masa depannya. Ditemani sahabatnya, Naya, dan dua cowok yang terlibat dalam hidupnya, Bimo dan Dimas, Keisha harus berjuang untuk menemukan kebahagiaan sejati di tengah kebisingan dunia modern yang dipenuhi tekanan dari berbagai sisi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasyaaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama Persahabatan
Di sebuah kafe yang ramai, tempat nongkrong anak-anak SMA, Keisha duduk menunggu sahabatnya, Naya. Kafe itu dipenuhi suara tawaan dan obrolan remaja, tetapi Keisha merasa sendiri. Dia adalah tipe orang yang blak-blakan, sementara Naya lebih tenang dan cenderung menjadi penengah dalam setiap situasi.
Keisha: “Nay, cepetan deh! Gue udah kayak patung di sini!”
Naya: (datang terburu-buru) “Sorry, sorry! Jalanan macet banget, sumpah! Lo tau kan, kota ini kayak apa?”
Keisha: (menggeleng) “Alasan mulu, lo. Yaudah, duduk sini. Gue butuh lo buat dengerin curhatan gue.”
Naya: (mengangkat alis) “Aduh, pasti ada drama baru nih. Apa lagi sekarang?”
Keisha menatap Naya dengan ekspresi serius, membuat Naya sedikit khawatir.
Keisha: “Gue pusing, Nay. Bimo kayaknya deket sama cewek lain, dan gue nggak ngerti perasaan gue lagi.”
Naya: (mengernyit) “Sama Bimo? Lo udah ngomong sama dia?”
Keisha: “Belum. Tapi lihat dia di Instagram story, dia jalan sama cewek itu terus. Sumpah, bikin hati gue sakit!”
Naya menggigit bibir, merasa cemas untuk sahabatnya.
Naya: “Coba deh, bicarakan sama dia. Jangan sampai lo salah paham.”
Keesokan harinya, Keisha berusaha keras untuk fokus di sekolah, tetapi pikirannya terus melayang kepada Bimo. Mereka sering chatting, tapi ketika melihat Bimo mengunggah foto bersama cewek itu, rasa cemas dan bingung semakin menggerogoti dirinya.
Di kelas, Naya mencoba menghibur Keisha.
Naya: “Gimana kalau kita nonton bareng? Lupakan Bimo sebentar. Kalo perlu, kita undang Dimas juga.”
Keisha: “Dimas? Kenapa?”
Naya: “Dia kan temen lo yang selalu ada. Dan dia juga suka sama lo, kan?”
Keisha: (merah) “Suka apaan? Kita cuma teman.”
Naya: “Lo bisa aja, Keisha. Tapi kalo lo terus begini, Bimo malah bakal makin menjauh.”
Keisha mendengus dan menatap papan tulis, berusaha menahan emosinya.
Keisha: “Gue nggak mau terjebak di drama cinta yang nggak jelas. Kenapa semuanya harus rumit sih?”
Di akhir pekan, Keisha, Naya, Dimas, dan Riko, memutuskan untuk pergi ke pantai. Mereka ingin healing dari semua drama sekolah dan kehidupan. Dalam perjalanan, suasana ceria menyelimuti mereka, meskipun Keisha masih merasa tertekan dengan pikirannya.
Riko: “Gue udah bawa tenda! Kalian jangan lupa bawa makanan ya. Kita harus bakar-bakaran!”
Dimas: “Siap! Gue udah siapin barbeque, jadi kita bisa makan enak malam ini.”
Naya: “Wah, seru nih! Tapi please, jangan ada yang baper soal game lagi ya.”
Keisha: “Tenang aja, malam ini kita cuma mau ketawa dan nyantai. Nggak mau ada drama!”
Mereka tertawa dan bercanda sepanjang perjalanan. Keisha merasa sedikit lebih ringan, tetapi saat melihat Dimas dan Naya tertawa bersama, rasa cemburunya kembali muncul.
Malam itu, di tepi pantai, suasana menjadi lebih hangat saat mereka berkumpul di sekitar api unggun. Sambil mengobrol dan menikmati makanan, Keisha tidak bisa menahan untuk berbagi beban pikirannya.
Dimas: “Eh, Keisha, kenapa sih lo nggak ngomong langsung aja ke Bimo? Kenapa lo harus pusing gitu?”
Keisha: “Gampang ngomongnya, Dim. Tapi gue nggak mau keliatan desperate. Apa lo nggak ngerti?”
Riko: “Desperate apaan? Lo tuh berani! Coba aja, kalau emang nggak ada kepastian, ya tinggalin.”
Naya: “Kadang kita harus berani ambil langkah, Keisha. Jangan sampai kita dipermainkan.”
Keisha terdiam, merasa terjebak antara dua pilihan. Di satu sisi, Bimo yang membuatnya bingung, dan di sisi lain, Dimas yang selalu ada untuknya.
Keisha: “Gue cuma pengen tahu apa yang dia rasakan. Tapi setiap kali mau nanya, rasanya kayak susah banget.”
Dimas: “Coba deh, lo tanya langsung. Kadang, jujur itu yang terbaik.”
Hari Senin datang, dan Keisha merasa lebih bingung dari sebelumnya. Setelah mendengarkan nasihat Dimas, dia memberanikan diri untuk mengajak Bimo bicara. Namun, saat mereka bertemu, semuanya tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Bimo: “Eh, Keisha! Sorry banget, ya. Aku lagi sibuk banget. Ntar kita ngobrolnya nyusul aja, ya?”
Keisha: (dalam hati) “Sibuk apaan sih? Ini penting buat kita.”
Di dalam chat, Keisha mencoba berkomunikasi.
Keisha: “Gue cuma butuh waktu sebentar, Bi. Ada yang pengen gue klarifikasi.”
Bimo: “Yah, besok aja ya. Beneran sibuk banget nih.”
Keisha merasa terjebak dalam kebingungan. Apakah Bimo benar-benar peduli padanya? Dia tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Suatu hari, Dimas mengajak Keisha untuk pergi ke kafe yang biasa mereka nongkrong. Dimas tampak lebih serius dari biasanya. Keisha merasakan ketegangan.
Dimas: “Keis, ada yang mau gue omongin sama lo. Ini mungkin agak random, tapi...”
Keisha: “Eh, apa sih? Jangan bikin gue deg-degan, Dim.”
Dimas: “Gue udah lama suka sama lo. Tapi gue nggak berani ngomong karena tahu lo deket sama Bimo.”
Keisha terkejut. Dia tidak pernah menyangka Dimas menyimpan perasaan seperti itu.
Keisha: “Serius, Dim? Kenapa nggak ngomong dari dulu?”
Dimas: “Gue takut lo jadi menjauh. Tapi melihat lo pusing karena Bimo, rasanya kayak...”
Keisha: “Gue bingung! Ini semua terlalu rumit!”
Setelah berbincang dengan Naya, Keisha mulai merenung. Dia merasa harus menentukan pilihan antara dua pria yang memiliki cara berbeda untuk menunjukkan perhatian.
Naya: “Kadang kita terlalu fokus pada yang jauh, padahal yang dekat lebih tulus.”
Keisha: “Tapi, Nay, apa salahnya kalau gue masih mau berjuang buat Bimo?”
Naya: “Kalau dia bikin lo bingung terus, itu pertanda. Dimas itu baik dan perhatian, lo harus pertimbangkan!”
Keisha merasa bingung, tetapi ada suara dalam hatinya yang mengatakan bahwa mungkin sudah saatnya untuk berhenti mengabaikan Dimas.
Hari demi hari berlalu, dan ketegangan antara Keisha dan Bimo semakin terasa. Suatu malam, Keisha menerima pesan dari Bimo yang membuatnya semakin bingung.
Bimo: “Hey, Keisha. Mau ketemu? Aku ada yang mau dibicarakan.”
Keisha merasakan jantungnya berdebar. Dia tahu ini saatnya untuk mengungkapkan semuanya.
Keisha: “Baiklah. Kita bisa ketemu di kafe jam 7?”
Keesokan harinya, Keisha berusaha tenang meskipun hatinya berdebar. Dia tahu pertemuan ini akan mengubah segalanya. Di kafe, Bimo terlihat serius.
Bimo: “Keisha, aku tahu kita udah lama nggak ngobrol dengan baik. Aku minta maaf kalau aku bikin kamu merasa nggak nyaman.”
**