“Ah. Jangan tuan. Lepaskan saya. Ahhh.”
“Aku akan membuatmu mendesah semalaman.”
Jasmine Putri gadis kampung yang berkerja di rumah milyarder untuk membiayai kuliahnya.
Naas, ia ternoda, terjebak satu malam panas bersama anak majikannya. Hingga berakhir dengan pernikahan bersama Devan anak majikan tampannya.
Ini gila. Niat kuliah di kota malah terikat dengan milyarder tampan. Apakah Jasmine harus bahagia?
“Aku tidak akan pernah menerima pernikahan ini,” tekan Devan frustasi menikah dengan pelayan.
“Aku harus menemukan dia.” Kenang Devan tentang gadis misterius yang menyelamatkan tiga tahun lalu membuatnya merasa berhutang nyawa.
Bagaimana pernikahan Jasmine dengan Devan anak majikannya yang dingin dan jutek namun super tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Wawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Jasmine
Malam telah menjelang. Di ruang rumah sakit.
“Raline sebaiknya kau pulang. Kau pasti lelah. Dan kurang tidur. Pulang dan istirahatlah,” kata Devan.
“Tidak, aku ingin menjagamu.”
"Tidak perlu, ada bibi Anna di sini ada banyak pelayan dan penjaga. Pulang dan istirahatlah aku tidak mau karena menjagaku kau menjadi sakit,” ujar Devan.
“Iya. Nona Raline biar saya yang menemani tuan Devan. Lagi pula banyak pelayan dan penjaga di sini untuk menjaga tuan Devan,” sahut bibi Anna yang berada di antara mereka.
“Ya. Bibi Anna akan menemaniku,” tambah Devan.
Karena mendapat desakan, Raline akhirnya setuju.
“Baiklah. Tapi besok aku akan kembali,” tutur Raline.
Devan mengangguk.
“Jaga dirimu. Aku pulang dulu,” pamit Raline.
“Bibi Anna titip Devan,” ujar Raline.
“Nona tenang saja.”
Raline pun keluar dari ruangan. Devan menatap bayangan perempuan itu telah hilang di balik pintu.
Setelah memastikan Raline telah pergi. Devan mengarahkan pandangannya pada bibi Anna yang duduk sigap di sofa.
“Bagaimana keadaannya?” tanya Devan.
“Siapa tuan?” tanya bibi Anna tak mengerti.
“Pelayan bernama Mimin,” jelas Devan singkat.
Ya, sejak tadi ia ingin bertanya seperti itu pada bibi Anna namun niat itu terhalang karena ada Raline. Dia tidak ingin menanyakan kabar pelayan dihadapan Raline.
“Oh. Dia baik-baik saja tuan. Dia telah ke kampus,” jelas bibi Anna.
“Ke kampus,” decak Devan tak menyangkah.
“Dia tidak menjengukku. Dia malah ke kampus. Dasar! Dia tidak mencemaskan keadaanku.” batin Devan mengerucutkan bibirnya.
“Kenapa dia malah ke kampus kenapa dia tidak beristirahat," ujar Devan.
“Istirahat. Tidak ada kata itu di hidupnya tuan. Mimin tidak bisa melakukannya. Dia gadis pekerja keras. Dia tidak bisa tinggal diam. Mimin tak mengenal kata istirahat," jelas bibi Anna.
Devan terdiam mendengar penjelasan bibi Anna.
“Setiap hari dia bangun pagi buta mengerjakan pekerjaannya sebelum ke kampus. Setelah dari kampus dia akan mengantarkan pesanan orang yang memesan online padanya, sepulangnya dia kembali menjadi pelayan. Malamnya saat seharusnya istirahat dia malah akan melakukan live streaming menjual online. Lumayan untuk menambah penghasilannya,” jelas bibi Anna.
Devan terdiam memikirkan betapa sibuknya perempuan itu. Di tambah di tindas olehnya maka bertambah semakin sibuk saja dia.
“Malam ini dia pasti melakukan live streaming,” jelas bibi Anna.
“Live streaming,”
“Iya tuan. Dia menjual online melalui media sosial.”
“Dia punya akun fb, setiap malam dia akan melakukan live streaming untuk menjual perabotan rumah tangga,” jelas Bibi Anna.
“Bibi Anna tolong ambilkan ponselku,” pinta Devan.
Bibi Anna pun menuruti permintaan tuannya mengambilkan ponsel di laci lemari kecil.
Devan mengutak-katik ponselnya. Butuh beberapa menit melakukan konfirmasi tak lama.
“Apa nama akunnya?” tanya Devan cepat.
Bibi Anna mengernyit bingung apa maksud pertanyaan tuannya.
"Akun apa tuan?"
“Nama akun pelayan Jasmine?” tanyanya lagi dengan penekanan.
“Nama akun Mimin. Adalah Mimin imut,” sebut bibi Anna. Semakin saja bingung untuk apa tuannya menanyakan akun pelayan.
“Mimin imut,” Devan tergelak tak percaya sembari mengutak-atik ponselnya. “Imut apanya,” batin Devan berdecak tersenyum remeh.
“Ketemu,” gumam Devan menarik kedua sudut bibirnya.
Dan ternyata benar perempuan itu sedang melakukan live.
Tatapan Devan mengamati wajah Jasmine dari layar ponselnya. Sudah beberapa waktu terlewat dia tidak melihat pelayan itu.
“Mimin punya produk baru lagi nih. Kecantikan lagi. Bukan cream wajah tapi ini obat pelangsing dari Korea,” jelas Jasmine yang menuruti keinginan Luna.
“Obat ini bagus banget. Banget. yah emak-emak. Mengecilkan bagian tubuh emak-emak yang kaya pahala bulan puasa ramadhan. Berlipat-lipat,” ujar Jasmine.
Devan yang mendengar live Jasmine mendengus tersenyum miring mendengar ucapan perempuan itu. Begitu kah cara berjualan yang baik.
“Emak-emak yang berat badannya udah gawat banget. Hati-hati ya mak. Jangan sampai kalau ke kondangan kursi kondangan di tumpuk tiga biar ngak patah. Minum obat pelangsing ini. Pokoknya Bagus banget emak.”
“Berapa Min?”
“Untuk harga emak. 120 aja.”
“Mahal Min.” Seperti biasa.
“Ya elah, mak timbang beli ke Korea. Mahal. Kalau mau ada yang murah emak. Tiap hari dengar kabar suami selingkuh. Nah itu gratis di jamin berat badan juga turun cepat. Makan hati mulu,”
“Pokoknya ini bagus emak. Cuss pesan deh. Dari pada kalau duduk bikin ambles sofa. Yang minat naikkan alamatnya. Cuzzzz.”
Devan tergelak mendengar ucapan nyeleneh Jasmine.
“Dasar. Apa akan laku,” gumam Devan dengan kedua sudut bibir tertarik, tersenyum lucu.
“Bibi Anna,” panggil Devan tanpa menatap bibi Anna netranya masih menatap ke arah ponsel
“Ya tuan.”
“Aku ingin pulang,” ucap Devan singkat.
Yang membuat bibi Anna mendengar keinginan Devan tercengang.
“Pulang tuan.”
Tuh kan udah minta pulang kan...
Cie ... Cie kangen ...
pelabuhan terakhir cinta Nathan Wang