Kisah tentang seorang bad boy bernaman Zachary Allen Maxwell, yang selalu bermain wanita dipaksa menikah oleh kedua orang tuanya. Cara hidupnya yang tidak baiklah yang menjadi pemicu.
Ayahnya sendiri bukan dari orang-orang baik pula. Maxwell Bennedict mantan ketua gangster Red Tiger, menikah dengan seorang gadis desa hingga merubah hidupnya. Dia pun bertobat ingin lepas dari hidup kelamnya.
Karena itu, dia ingin merubah anak sulungnya yang bisa dibilang duplikatnya saat masih muda. Masalah masa lalu dia pun tidak ada yang tahu. Kemudian dia menjodohkan anaknya dengan anak teman istrinya yang bisa di bilang sangat polos tapi tomboy.
Pernikahan pun terjadi, dengan sangat terpaksa karena jika tidak menurut, Maxwell mengancam akan mencoret Zach dari Silsilah keluarga.
Julia, gadis yang dijodohkan pada Zach. Gadis penurut karena dinasehati oleh seorang guru ngaji untuk menghindari zina, disaat sudah waktunya diharuskan untuk menikah dan juga ingin melaksanakan keinginan kedua orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Kawai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siasat Intan
Saat Zach sekeluarga sedang bersenang-senang di pulau Bali, Tiffany berusaha menghubungi kekasihnya lewat ponsel.
“Kenapa tidak diangkat, sih? Ini sudah berapa kali aku coba, Zach tidak kunjung mengangkatnya. Apa dia sedang meeting?” gumam Tiffany kesal.
Sekarang dia mencoba menghubungi dengan panggilan video untuk mengetahui di mana kekasihnya itu berada.
“Sama saja tidak diangkat! Tidak biasanya dia begini. Kalaupun terlewat, tidak lama dia pasti menghubungi aku, apa-apaan ini?”
Lagi-lagi Tiffany mengomel tak jelas karena sikap Zach yang semakin lama semakin nyata menjauhinya. Tiffany tak tahu jika ponsel Zach tertinggal di mobil saat itu.
Intan yang sedang sibuk selfie dan berfoto bersama Nia di pinggir pantai sangat bahagia merasakan kehangatan keluarga mereka.
“Lihat itu Zach sama Julia udah makin akrab saja sekarang. Senang sekali melihat mereka sekarang, sudah tidak jaim-jaiman seperti saat bertemu pertama kali.”
“Betul, Julia itu belum pernah pacaran, loh. Jadi Zach ini pria pertama yang bersamanya sedekat
itu. Selama ini dia hanya kuliah trus pulang. Kalau tidak ke kampus ya hutan, tempat favorit dia. Pas sudah wisuda, Julia kerja part time. Tapi, tetap sama, tidak ada satu pria pun yang menarik perhatiannya. Makanya kalau sekarang dia sedekat itu dengan Zach, aku bahagia sekali Intan. Makasih, ya sudah begitu baik menyambut Julia, dan juga menjamu kami di Bali ini.” Nia merangkul Intan, mereka berpelukan sesaat.
“Lah ini kok lowbat ponselku. Tunggu aku ambil power bank di mobil dulu,” pamit Intan sebentar. Sejak tadi memang ia dan Nia sengaja memberi ruang untuk Zach dan Julia saling mendekatkan diri, jadi mereka berdua memilih view dengan rute
berbeda. Sesampainya di dalam mobil, Intan segera membuka dashboard dan menemukan powerbank di dalam sana.
Bersamaan dengan itu ponsel Zach berbunyi lagi, ada panggilan video dari Tiffany.
“Huh, perempuan ini benar-benar tidak punya malu, ya! Sudah diperingatkan Max supaya menjauh dari Zach, masih saja menelpon.”
Intan mengambil ponsel Zach, lalu membukanya. Ada beberapa pesan WhatsApp dari Tiffany yang belum dibaca Zach. Dahi Intan berkerut melihat chat mesra anaknya dengan Tiffany.
“Jadi, mereka masih berhubungan di belakangku selama ini. Tidak bisa dibiarkan, cewek itu harus
diusir sejauh-jauhnya dari hidup Zach,” geram Intan. Segera ia mengetikkan sesuatu di ponsel Zach.
[Kita ketemu di Barlon Kafe nanti malam jam sembilan. Jangan balas pesan ini, jangan chat aku dulu. Aku sedang sangat sibuk. Pokoknya aku tunggu nanti malam.]
Intan segera mengirimkan pesan itu kepada Tiffany. Setelah memastikan dua centang biru pertanda pesannya dibaca Tiffany, perempuan itu segera menghapus pesan-pesan dari Tiffany, untuk memastikan pesan itu tidak akan dibaca oleh Zach lagi.
Intan segera kembali menemui Nia yang telah menunggunya.
“Nia, aku sepertinya harus ke kamar sekarang, deh. Kepalaku pusing, kamu tidak apa-apa kalau aku tinggal sendirian? Aku perlu tiduran sebentar.” Intan menunjukkan wajah memelas
bercampur sedih.
“Aduh, kamu mendadak pucat gitu, Intan. Ya sudah kamu masuk aja ke kamar. Yuk, aku antar!” Nia bangkit dari pasir tapi Intan melarangnya.
“Tidak usah, Nia. Aku sama Max saja, kamu lanjut dulu sama Kang Hendi. Puas-puasin honeymoon keduanya, maafin aku tidak bisa menemani kalian.”
Intan segera melambaikan tangan ke arah Max yang sedang ngobrol bersama Rohendi.
“Yes, Honey. Kenapa?” tanya Max setelah mendekat.
“Anterin aku ke kamar, yuk! Pusing neh.”
Max segera mengikuti langkah Intan. Dia merasa aneh karena sebelumnya Intan terlihat happy selfie dan baik-baik saja.
“You, oke?” tanya Max meraba dahi istrinya setelah mereka tiba di dalam kamar.
“Sayang, kita harus secepatnya pulang ke Jakarta.”
Max menyatukan alis, lagi-lagi heran dengan sikap Intan yang tiba-tiba berubah.
“Ternyata di belakang kita, Zach masih berhubungan dengan Tiffany. Aku tidak sengaja lihat chat mereka saat ponsel Zach tertinggal di mobil.”
Intan kemudian menceritakan semua kejadian di dalam mobil, termasuk ia telah membuat janji untuk bertemu Tiffany secepatnya.
“Rupanya perempuan itu belum jera juga, padahal aku sudah warning dia dengan keras.”
“Itulah, sepertinya memang kita harus turun tangan. Zach tidak akan tega meninggalkan perempuan parasit seperti Tiffany itu.” Intan memang sejak awal tidak suka dengan Tiffany yang dianggapnya sebagai parasit.
Dia ingat suatu malam, saat Zach pergi ke luar, Intan masuk ke kamar anaknya. Kamar Zach memang jarang dikunci. Alangkah terkejutnya Intan saat melihat sebuah kotak berisi tas bermerk, juga sebuah gelang berlian.
Di dalam box juga ada kata-kata berisi ucapan
ulang tahun dari Zach untuk kekasihnya itu. Saat itu Intan memilih diam karena tidak ingin membuat Zach sakit hati. Toh uang itu juga dari hasil dia bekerja. Masalahnya, Intan merasa Zach menjadi orang yang sangat tidak realistis saking
bucinnya pada Tiffany.
Kalau puluhan juta masih wajar, tapi memberikan hadiah ratusan juta kepada wanita yang belum tentu menjadi istri--dan memang mustahil juga dia merestui hubungan mereka-- itu adalah sebuah pemborosan.
“Oke, jadi kita harus ke Jakarta sekarang? Nia sama Rohendi gimana? Apa mereka tidak berpikir
macam-macam kalau kita pulang duluan?” tanya Max kemudian.
“Aku tadi bilang pusing. Kita pergi duluan karena mendadak penyakitku kumat, dan harus segera kontrol, bertemu dokter pribadi, bagaimana menurutmu?”
“Good. Alasan yang oke, aku yang akan bicara juga pada Zach nanti. Ya sudah, kita bersiap sekarang.” Mereka berdua segera packing lagi dan bersiap kembali ke Jakarta.
***
Saat Intan pamit, Zach tersentak kaget. Dia sangat khawatir dengan keadaan Mamanya yang akhir-akhir ini sering kumat. “Mama yakin pergi hanya ditemani Papa? Zach mau mengantar juga, agar bisa ikut pantau kondisi Mama,” usul Zach yang tidak tenang melihat kondisi Mamanya.
“Kamu tetap di sini, Sayang. Temani keluarga Tante Nia. Mama hanya mau konsul aja dengan dokter di rumah sakit terdekat, semoga tidak sampai opname, cukup rawat jalan aja. Jangan kecewakan keluarga Julia. Mama sebenarnya juga tidak enak sama mereka. Tapi, apa boleh buat? Ya ‘kan, Pa?” Intan menoleh ke arah Max
yang segera mengangguk.
“Kita konsul dokter pribadi via phone, nanti dikasih tahu harus ke rumah sakit mana. Pokoknya papa nanti kabarin kamu, Zach.” Max menepuk pundak putranya. Mereka segera keluar dari kamar di mana di lobby hotel sudah menunggu keluarga Intan.
“Tante beneran tidak apa-apa?” tanya Julia yang ikut mengkhawatirkan kondisi Intan.
“Tidak apa-apa, Sayang. Titip Zach, Julia. Kalau nakal jewer saja.” Julia tertawa, Intan memang selalu membuat suasana ramai. Bahkan di saat ia sedang sakit seperti sekarang.
“Kabari secepatnya! Kalau butuh bantuan kami, bilang aja jangan sungkan ya, Intan. Semoga keadaanmu segera membaik.” Nia memeluk Intan. Max juga berpamitan kepada Rohendi
“Kalian lanjutin have fun, jangan ada yang bersedih. Liburan ini udah dibayar tiga hari full, jangan mau rugi, dong!” teriak Max bersemangat.
Rohendi juga melambaikan tangannya melepas kepergian Max bersama Intan.
aya2 wae nya nu mna w atuh neng ga ujung2 na mh dikunyah jg😫😁