Nura sangat membenci Viona seorang gadis sholehah, cantik dan berprestasi di sekolahnya. Di hari ulang tahunnya, Nura merencanakan sesuatu yang jahat kepada Viona.
Dan akhirnya karena perbuatan Nura, Viona menyerahkan kesuciannya kepada pemuda asing.
Viona terpaksa menikah dengan pemuda lumpuh. Setelah hamil, Viona memutuskan lari meninggalkan suaminya dan mencari ayah dari anaknya.
Berhasilkah Viona menemukan ayah dari anaknya?
Ikut ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Viona Melahirkan
Raka dan Alvaro mendarat di bandara Kota Pangi. Mereka memesan taxi bandara menuju rumah sakit Kota Pangi. Perjalanan hanya memakan waktu lima belas menit.
Tibalah mereka di rumah sakit. Raka menuju meja pendaftaran, Raka mencari pasien yang bernama Viona Aisyah. Bagian pendaftaran mencek komputer dan mengatakan saat ini Viona Aisyah berada di dalam ruangan IGD.
Raka dan Alvaro ke ruang IGD. Dokter mempertemukan Viona dengan Alvaro dan Raka.
"Sayang," Alvaro memeluk Viona.
"Sebentar, apa benar ini Kak Alva? Benar-benar Kak Alva?" Viona memperhatikan Alvaro.
"Sayang, lihat aku. Aku suamimu. Aku memakai cincin," Viona melihat cincin kawin yang melingkar di jari Alvaro.
"Kak Alva," Viona menarik lengan Alvaro dan memeluknya.
Viona dengan singkat dan padat memberitahu tentang Arya yang merubah wajahnya menyerupai Alvaro. Penglihatan Viona selama ini tertutup. Viona selama ini menganggap Arya adalah Alvaro suaminya.
Viona tidak pernah tahu selama ini dia tinggal bersama Arya. Viona menganggap Arya adalah suaminya. Viona meminta maaf kepada Alvaro. Viona telah bersama pria lain. Dan Viona berkali-kali meyakinkan Alvaro, tidak ada niat sedikit pun untuk menduakan Alvaro.
"Baik sayang, aku mengerti. Kamu tidak salah."
"Bos, Nyonya harus di operasi malam ini juga," Raka menunjukkan berkas yang harus ditandatangani oleh Alvaro.
Setelah membacanya, Alvaro keluar menemui dokter. Setelah mendiskusikan sesuatu Alvaro masuk kembali ke ruangan IGD.
"Kak Alva, aku takut," Viona memegang jemari Alvaro.
"Jangan takut sayang, aku akan menemanimu. Pikirkan anak kita. Sebentar lagi dia akan lahir ke dunia," Alvaro mengecup kening Viona.
Alvaro menenangkan Viona yang terlihat gugup. Keringat di dahinya mulai bermunculan. Alvaro memegang tangan Viona yang gemetar dan mulai dingin.
Alvaro meninggalkan Viona ketika para perawat masuk dan menutup tirai yang ada di samping brankar Viona.
Viona berganti pakaian khas Caesar dibantu para perawat. Viona juga dipasangi infus dan dipasangi kateter untuk mengalirkan urine. Brankar Viona didorong menuju ruangan operasi.
Viona berbaring di atas meja operasi dengan kedua tangan dibentangkan. Viona menatap ruangan operasi yang dingin. Para perawat mulai menyiapkan berbagai macam alat-alat medis.
Viona merasa gugup ketika melihat pisau, gunting dan tidak sanggup membayangkan jika alat-alat itu menyayat perutnya. Para perawat meletakkan tirai penghalang di atas perut pasien.
Viona tidak bisa lagi melihat aktivitas Dokter dan perawat karena terhalang tirai. Viona hanya bisa mendengar suara Dokter yang memeriksa apakah obat anestesi sudah bekerja. Viona sudah tidak bisa lagi merasakan bagian tubuhnya bagian perut sampai ke bawah.
"Sayang, aku di sini," Alvaro tiba-tiba muncul duduk di sebelah Viona menggunakan pakaian seperti para perawat.
"Kak, aku takut," bisik Viona.
"Sebentar lagi anak kita akan lahir. Coba bayangkan jika dia perempuan, pasti putih, cantik seperti dirimu," kata Alvaro.
Viona tersenyum, malu mendengar suaminya yang memuji.
"Dan jika dia laki-laki, dia akan memiliki hidung mancung, putih, seperti dirimu," Alvaro mentoel hidung Viona.
"Lho, kok mirip aku semua?" Viona mengernyitkan keningnya.
"Gak papa, kan benihnya dari aku," bisik Alvaro
"Ihhhhh," Viona menutup matanya menahan geli.
Perhatian Viona teralihkan, Viona tidak tegang lagi. Dokter dan perawat mulai melakukan tugas mereka. Alvaro sangat bisa diandalkan. Viona begitu rileks. Tidak berapa lama, terdengar tangisan bayi.
"OOOOEEEEE, OOOOEEEEE!"
"Sayang, itu anak kita, anak kita," kata Alvaro.
Viona tidak henti-hentinya mengucap syukur dan memanjatkan doa. Viona tidak henti-hentinya meneteskan air mata. Viona akhirnya menjadi seorang ibu.
"Bayinya laki-laki, selamat Bapak, Ibu," kata Dokter.
Alvaro menciumi Viona. Tidak henti-hentinya Alvaro berterima kasih kepada Viona. Viona sudah melewati berbagai macam cobaan. Dan kini Viona melahirkan anaknya ke dunia dengan selamat.
Setelah bayi dibersihkan, Dokter memberikannya kepada Alvaro untuk di adzankan. Dengan lembut dan haru Alvaro mengadzankan bayinya. Kemudian bayi itu segera dibawa ke ruangan bayi.
Viona kemudian dimasukkan ke dalam ruangan perawatan. Alvaro berganti pakaian. Raka dengan tergesa-gesa menghampiri Alvaro.
"Bos, lapor, bos kecil diculik," kata Raka.
"Apa maksudmu!" Alvaro melotot ke arah Raka.
"Maaf Bos, anak buah kita kecolongan. Bos kecil ada yang menculik. Terjadi kegaduhan di ruang anak. Suster yang menjaga Bos kecil terluka," Raka menunduk.
"Astaghfirullah, cobaan apa lagi," Alvaro terduduk.
Dokter meminta maaf atas ketidaknyamanan ini. Mereka tidak berdaya, karena penculik memakai senjata. Perawat mereka juga terluka dan sekarang masuk ruang operasi.
Raka dan beberapa pengawal mencoba mengejar penculik bayi. Penculik bayi itu terlihat mengendarai mobil box. Raka dan para pengawal kehilangan jejak. Mobil box itu tiba-tiba menjadi banyak.
Dokter menyarankan Alvaro mengadopsi seorang bayi untuk mereka. Alvaro sebelumnya ingin mengikuti saran Dokter, tapi setelah Alvaro pikirkan masak-masak, Alvaro memilih jujur kepada Viona.
Alvaro dengan lesu masuk ke dalam ruangan Viona. Viona masih terbaring lemah di atas tempat tidur. Viona menangis.
"Kak Alva, anak kita diculik, anak kita diculik," Viona menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.
"Maaf sayang, aku tidak bisa menyembunyikannya. Saat ini Raka dan pengawal sedang mencarinya," Alvaro memeluk Viona.
Seorang perawat yang sedang mengintip dari balik pintu ruangan Viona tersenyum. Dia mengirim rekaman video Viona dan Alvaro yang sedang menangis. Terlihat Alvaro dan Viona begitu sedih kehilangan buah hati mereka.
Perawat itu meninggalkan ruangan Viona. Viona mengintip dari pelukan Alvaro, perawat itu tidak ada lagi di depan pintu. Viona membisikkan sesuatu ke telinga Alvaro.
"APAAAAAA!"
Alvaro menatap tak percaya ke arah Viona. Viona meletakkan telunjuk ke atas bibirnya. Viona menyuruh Alvaro menghubungi mama Warda. Dan waktu itu yang menjawab telepon adalah Bima, karena mama Warda sedang sibuk bersama bunda Ena.
"Apa? Kok bisa?" Alvaro mengalihkan panggilan telepon ke panggilan Video.
"Alva, Viona, coba lihat," terdengar suara Bima.
Alvaro dan Viona menatap seseorang yang saat ini jauh dari mereka. Alvaro dan Viona tidak henti-hentinya menangis. Alvaro menutup panggilan.
Viona kembali membisikkan sesuatu dan Alvaro mengangguk tanda mengerti. Tidak berapa lama Raka masuk ke dalam ruangan Viona dengan wajah pucat dan penuh penyesalan.
"Bos, maaf karena keadaan, kami belum sempat menyelidiki. Ternyata rumah sakit ini punya keluarga Syakira."
"APAAAAA!" Alvaro dan Viona saling berpandangan.
...----------------...
Di tempat lain, beberapa orang berpakaian preman memarkirkan beberapa buah mobil box di sebuah gudang. Di dalam gudang Arya dan Syakira bertengkar hebat.
Beberapa jam sebelumnya, Syakira ditugaskan Ayahnya memeriksa rumah sakit milik keluarganya di Kota Pangi. Dan saat itu Syakira melihat sebuah bus parkir di depan rumah sakitnya. Dan ternyata di dalam bus itu ada pasien yang ingin melahirkan.
Syakira berlari ke ruang IGD ternyata pasien itu adalah Viona. Syakira membayar seorang preman yang ada di luar rumah sakit untuk menculik bayi Viona.
"Mau kamu apakan bayi tidak berdosa itu Syakira!" Arya marah menatap Syakira.
"Dia anak Viona. Setidaknya aku pisahkan mereka," jawab Syakira.
Preman itu masuk ke dalam gudang. Preman itu menggendong bayi dan menyerahkannya kepada Syakira.
"Ini Bos bayinya."
Syakira mengambil bayi yang terbungkus selimut dari tangan preman. Syakira membuka selimut yang menutupi bayi
"AAAAAAAAAA!" Syakira melempar bayi itu ke udara.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Eling woy, istighfar...
kamu masih jadi manusia kan??
mbok yah jangan terlalu jahat,
apalagi kamu itu perempuan.
ga selayaknya kamu melampiaskan kekesalan kamu pada seorang bayi.
jangan jadikan kamu bagian dari setan, karna suatu saat pun nanti kamu bakal jadi seorang ibu.
bayangkan kalau kamu nanti dipisahkan dengan anakmu,
ingat Syakira setiap perbuatan akan ada balasan nya