Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GALA DINNER
Kai datang bersama Sam. Kedatangan keduanya langsung jadi sorotan..Media banyak mengabadikan kebersamaan mereka. Dari baju yang keduanya kenakan hingga sepatu Kai.
"Gila, itu sepatu dari perancang ternama dan hanya ada lima puluh pasang di dunia!" decak kagum para wartawan melihat benda yang membungkus kaki jenjang Kai.
"Ya, dengar-dengar harus memiliki kotak deposit senilai seribu euro atau memiliki akses kartu emerald, baru bisa memesan sepatu itu. Itu pun harus mengantri. Sepertinya, Tuan Samhadi menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan sepatu fenomenal itu!" jelas salah satu pengamat busana.
"Gaunnya juga bukan gaun sembarang. Memang sangat sederhana tapi terbuat dari sutra terbaik nomor satu dan rancangan salah satu designer ternama di Indonesia. Tas tangan yang dipakai Kai juga bukan tas sembarangan. Tas tangan itu terbuat dari kulit sintetis warna pink selaras dengan kalung berlian yang dikenakan Kai!"
Pujian menyeluruh didapat oleh gadis itu. Semua mata memandangnya kagum. Para gadis konglomerat langsung mencari barang-barang yang dikenakan putri dar Umar Agatha itu.
Sosok Sam juga tak luput dari sasaran komentator pengamat busana. Jas mahal yang membalut tubuh kekar pria itu menambah karisma yang menguar. Pribadi Sam memang sangat kuat. Sepak terjangnya dalam bisnis telah dikenal banyak orang terutama kaum pengusaha.
Sepasang insan muda itu memasuki ballroom hotel yang menyediakan tempat gala dinner berlangsung. Di sana tersebar kaula pebisnis, baik dari pemula hingga tingkatan senior seperti Umar dan Suryo.
Ada yang membuat Kai heran. Ayahnya tak membawa serta ibunya. Ia sangat ingat sekali, kejadian ini pernah dilaluinya. Bahkan sang Ibu selalu menjauhkan Umar dari putrinya saat itu.
"Jangan dekati Ayah. Kau hanya membuat malu!" begitu larang Arin saat itu.
Kai ingat sekali. Baju yang ayahnya pakai pun sama. Matanya mengedar mencari sosok ibunya.
'Apa Ibu di toilet?' tanyanya dalam hati.
Umar tahu, siapa yang putrinya cari. Pria berusia nyaris lima puluh tahun itu mendatangi Kai.
"Ibumu tak Ayah ajak. Ia di rumah menemani Trisya," jelas Umar.
"Kakak sakit? Sakit apa?"
"Entah. Tadi dia ngotot untuk ikut. Ayah melarang. Ibu mengancam tidak ikut jika Trisya dilarang. Jadi Ayah tinggalkan saja dia di rumah," jelas Umar enteng.
Kai melongo. Sejak kapan ayahnya jadi cuek dengan ibunya. Seumur hidup, wanita yang melahirkannya ke dunia itu, sangat Umar hormati dan cintai seumur hidupnya. Bahkan apa kata Arin itulah kata Umar. Begitu menurut pandangan Kai.
Namun, setelah Kai mendapat kesempatan kedua. Semua berubah, bahkan kejadian memalukan yang semestinya terjadi tadi tak terulang.
Kai ingat, bagaimana duku dia harus bersitegang dengan para pelayan yang menghidangkan minuman, karena menumpahkan sirup merah di gaun putihnya.
Bahkan Umar waktu itu sangat malu dengan Kai yang marah besar pada semua pelayan. Hingga pria itu pun menggunakan kekuasaannya untuk memberi pelajaran pada pelayan yang membuat malu putrinya.
Kai menangis sejadi-jadinya saat itu. Kini, berbeda. Ia pun tidak mengenakan gaun putih melainkan gaun dari rancangan terbaik. Bahkan Sam tak pernah bergeser dari sisinya. Tangannya setia menggenggam tangan gadis itu.
"Kalian memang pasangan serasi," puji Suryo pada Sam dan Kai.
Keduanya tersenyum. Bahkan Kai tak mampu menyembunyikan rona merah pada pipinya karena malu.
"So you two are lovers?" tiba-tiba Richard datang dengan raut kecewa.
Kai mengigit bibir bawahnya. Ia sebenarnya ingin melepaskan diri dari pria yang ingin dijauhinya. Mencari pria lain. Tetapi, sepertinya Sam tak mengijinkan gadis itu berjauhan dari sisinya.
"Yes, this girl is my fiancé." aku Sam.
"Eh?" Kai ingin menyangkal, tetapi sebuah rangkulan posesif Sam labuhkan di pinggang ramping Kai.
Richard mengucap selamat. Kai jadi kesal sendiri. Ia melirik sinis terhadap Sam. Pria itu malah merapatkan tubuh gadis itu dalam dekapannya. Musik berjalan.
"Kita berdansa, sayang," ajak Sam.
Mereka pun berdansa. Kai tak berkutik dalam genggaman pria itu. Dua pasang mata tengah menatap mereka dengan binaran kebahagiaan. Umar dan Suryo.
Acara besar itu disiarkan oleh sebuah stasiun televisi. Trisya menjerit kalap ketika semua pujian tersemat pada Kai. Terlebih sepatu yang Kai kenakan. Ia ingin menjadi model produk itu, tetapi. Pihak perancang menolak semua model mengenakan rancangan limited edition mereka.
"Maaf, sepatu ini spesial jadi tidak ada satu model pun yang boleh memakainya!" begitu ungkap kepala pengawas produk mereka.
Sepatu itu di taruh dalam box kaca. Bahkan yang memegangnya harus menggunakan sarung tangan. Benda itu di foto tanpa kaki yang memakainya.
"Kenapa Sam malah beliin sepatu itu untuk Kai, Bu!" bentak Trisya.
"Ibu tidak tahu, Nak!" sahut Arin juga kesal.
"Bahkan gaunnya dari sutra terbaik yang dirancang oleh desainer ternama!" teriak Trisya lagi.
"Ini sudah keterlaluan! Aku nggak terima!" teriaknya lagi.
Trisya melempar semua koleksi sepatunya. Sepatu-Sepatu mahal itu jadi sepatu biasa dibanding sepatu yang dikenakan Kai saat ini.
"Trisya hentikan! Jangan kau lukai dirimu, gara-gara sepatu!" bentak Arin.
"Tau apa Ibu. Hah! Sepatu itu hanya ada lima puluh pasang di dunia, Bu! Mestinya sepatu itu aku lah yang memakainya bukan Kai!" sentak Trisya tak terima.
"Sudah Nak. Jangan begini," rayu Arin menenangkan putri kesayangannya.
"Lagian kenapa sih, Ibu pake ngancam nggak mau ikut segala! Mestinya ibu di sana, merusak sepatu atau gaunnya!"
"Bagaimana ibu bisa melakukannya! Lihat, dari tadi Sam tak lepas dari Kai!" bentak Arin lagi.
"Aarrghh! Kai berengsek!" maki Trisya..
"Bu, kenapa jadi begini Bu. Kenapa sekarang Sam malah dekat dengan Kai. Dan Ayah tidak lagi sayang padaku. Kenapa!"
Trisya pun meraung seperti anak kecil yang tidak dapat mainan. Gadis itu menangis sejadi-jadinya. Arin menenangkan putrinya itu.
Tiba-tiba Trisya menghapus kasar air matanya. Gadis itu pun kembali menyusun rencana.
"Aku tidak boleh kalah. Kai harus disingkirkan, dia harus dibenci semua orang. Gadis bodoh yang arogan dan sombong harus melekat dari sosoknya," ujarnya bermonolog.
Trisya mengambil ponselnya. Ia pun menghubungi seseorang.
"Halo, kau masih di sana?" tanyanya pada orang itu.
".....!"
"Cepat lakukan apa yang aku suruh. Bayaranmu akan kukirim ketika aku melihat tayangannya di televisi!" titahnya lalu menutup ponselnya.
Seringai sinis tercetak di wajah cantiknya. Ia menatap layar, menanti sebuah momen di mana Kai dibuat malu di depan umum.
Matanya masih belum lepas dari layar segi empat 32". Kejadian yang ia tunggu belum didapatkannya.
Sedang di ruang pesta. Sepasang mata mengawasi gerakan Kai. Gadis itu selalu di sisi Sam, atau ayahnya.
"Hei, apa yang kau lakukan. Jangan melamun!" tegur salah seorang rekannya.
"Ah, iya. Maaf," ujarnya lalu beringsut menjauh.
Pelayan itu memutar otak. Sebuah bayaran tinggi membutakan matanya. Ia lupa akan berhadapan dengan siapa jika berbuat ulah pada Kaina Syarifah Agatha.
Satu gelas sirup ia bawa dalam satu nampan. Sengaja mendekati Kai. Bermaksud menawarkan minuman yang telah ia campur dengan obat keluar dahak.
"Hei kemarikan minuman itu!" titah salah seorang pebisnis.
Wajahnya pucat pasi. Ia pun mendekati orang yang memanggilnya dengan langkah gemetar. Hingga.
Bruk! Prank! Gelas jatuh dan pecah. Semua menatapnya. Manager hotel memandangnya horor.
"Ma-maafkan saya, Tuan," ujarnya buru-buru membersihkan pecahan kaca.
Pria itu pun mengambil minuman lain. Usai membersihkan kaca, pelayan itu dipanggil manager hotel.
"Kau ke bagian cuci piring saja!" titah manager dengan tatapan garang.
Pelayan itu pun bersyukur. Ia tak dipecat karena kesalahan memecahkan kaca. Tetapi, ia yakin jika gajinya akan habis dipotong untuk mengganti gelas kristal itu.
bersambung.
ah ... next?