Tang Xiao Tian seorang pemuda berasal dari Desa di puncak gunung Huang yang memiliki keinginan untuk melakukan tugas penting bagi seluruh dunia persilatan dari ketiga orang guru yang membesarkannya selain itu Ia juga ingin mencari tahu identitasnya yang selama 20 tahun di rahasiakan oleh para gurunya. Selamat datang dan membaca novel pertama ku di sini.. Follow, like, rate 5,komentar positif dan share ya😘terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Tapak Berdarah Misterius.
Sekembalinya Xiao Tian ke rumah.Ia segera menenteng keranjang bambu yang berisi rempah-rempah yang Ia perlukan ke dapur. Ia juga mengambil beberapa piring di laci lemari dapur lalu membersihkan rempah-rempah di guci berisi air bersih yang tidak di ambil dari sumur di belakang dapur oleh Ching Erl.
"Bumbunya mana?" tanya saudari seperguruannya yang telah melihat kehadirannya di dekat kompor api unggun.
"Ini aku sudah bawa cabai, garam, gula dan santan dari ku beli di pasar dusun bawah gunung Huang".jawab Xiao Tian memberikan semua bumbu yang telah di taruh di piring kecil kepada gadis kecil cantik manis itu.
Zhao Li Erl tidak berani untuk masuk ke dapur. Ia hanya bisa mengintip dari persembunyiannya di dekat dinding ruang tidur Qizai Panda coklat peliharaan Xiao Tian, dan Ia tak berani untuk mengeluarkan suaranya.
Di saat itulah sekelebatan bayangan hitam melewatinya dan melemparkan sepucuk surat ke arah dapur. Dan, Ia nyaris berteriak untuk memperingati Xiao Tian tetapi Ia melihat ada sosok pria tua berjanggut putih telah ambil surat tersebut dari dinding dapur.
" Hmm.. Setan darimana yang telah berani untuk datang ke rumahku dan mengirim surat seperti ini dengan cara yang memuakkan sekali."dengus guru pertama Xiao Tian yang telah datang ke dapur dengan tepat waktu.
"Kakak, surat apakah itu?" tanya guru kedua tiba-tiba di samping guru pertama sambil menuang air teh dari teko di meja dapur dan meminumnya dengan santai sekali.
Lao Guang membuka dan membaca surat tersebut dan ternyata isinya adalah sebuah tapak kaki yang penuh darah segar sehingga memancing datangnya seekor serigala berbulu emas dari arah lain pintu dapur. Lao Dai menarik ekor serigala berbulu emas dengan sigap sebelum tangan kakek tua usia 98 tahun itu dicaplok moncong serigala berbulu emas yang ganas.
"Tian.. Cepat kau bawa peliharaanmu ke hutan agar dia tak mengamuk di dapur kita." Lao Dai memanggil murid laki-laki tunggal mereka yang segera mematuhinya.Ia pun segera mengikuti kakak seperguruannya kembali ke rumah utama mereka.
Ching Erl pun seorang diri di dapur kebingungan sendiri dan untungnya Qizai Panda coklat menghampiri anak itu dan menemaninya memasak hidangan yang ingin dijual ke pasar dusun bawah gunung Huang oleh Xiao Tian. Ia terbelalak melihat ada gadis kecil lain di sisi kanan dari dapur.
"Kau siapa? Kenapa kau bisa berada di rumah kami?" Ia menghampiri gadis kecil asing itu yang menatap Qizai Panda coklat dengan hati- hati agar hewan buas dan liar itu tak menyerangnya karena gadis kecil itu tak dikenal oleh Panda berbulu coklat itu.
Zhao Li Erl bersusah payah untuk ia tak menelan ludah ketika ia melihat sorot mata kelabu dari Panda coklat itu menatapnya garang. Ia hampir tak mendengar suara sapaan dari saudari seperguruan Dewa gunung Huang teman kecilnya.
"Jangan takut, dia takkan menyerangmu karena aku ada di dekatnya." Ching Erl dengan lembut menenangkannya sehingga ia mengangguk lega sebelum ia menjawab si gadis kecil cantik manis di hadapannya itu.
"Namaku Zhao Li Erl, aku teman kecil dari kakakmu di dusun bawah gunung Huang yang diundang ke rumah kalian untuk merayakan hari raya imlek pertama".jawab Zhao Li Erl ramah sehingga Ching Erl mempercayainya dengan cepat.
" Oh, kalau begitu, mari kau duduk dulu di kursi itu dan lihat aku memasak hidangan makan malam imlek disini sambil menemani sahabat baik kami ini, Qizai namanya dan ia adalah seorang anak yang baik".Ching Erl telah membelai bulu telinga Qizai agar Panda coklat itu duduk tenang di dekatnya. Ia kembali sibuk dengan pekerjaan di depan tungku api unggun.
Sementara itu, Xiao Tian melepaskan serigala berbulu emas untuk bermain di hutan sebelum ia kembali ke rumah untuk menemui guru- gurunya karena anak itu merasa penasaran dengan surat Tapak berdarah di tangan guru pertamanya. Dan, setibanya anak kecil itu di sana. Guru pertamanya memuntahkan darah segar di pinggir tempat tidur.
"Guru.." panggil Xiao Tian kaget melihat darah segar yang keluar dari mulut guru pertamanya. Ia melihat juga guru keduanya membakar habis surat tersebut dengan wajah geram seperti menahan amarah.
"Tian, bisakah kau merahasiakan kejadian ini dari siapa pun di dunia ini termasuk kepada Ching Erl agar anak itu tak mencemaskan kakeknya yang menjadi guru pertama darimu?" Lao Dai memberikan perintah kepada Xiao Tian dengan wajah geram dan tatapannya tegas.
"Iya, Guru. " jawab Xiao Tian dengan tegas pula.
"Tian, aku ingin kau melakukan perjalanan ke puncak gunung Wudang di Guilin untuk mewakili guru pertama dalam menghadiri ulang tahun ke 100 Ketua sekte Bu Tong Pai yang akan di adakan pada awal musim panas tahun ini namun sebelum itu, aku ingin kau mencarikan obat yang gambarnya di lukis oleh ku di saputangan ini di lembah danau merah muda di kota kecil perbatasan antara desa dusun bawah gunung Huang dengan kota Huang pusat untuk mengobati luka dalam guru pertama kau ini." Lao Dai menunjukkan saputangan kepada Xiao Tian yang menganggukan kepalanya dengan patuh.
"Kemarilah.. " panggil Lao Guang dari tempat tidurnya. " Aku ingin bicara soal buku lapuk ini denganmu." usai ia dapat merangkul bahu muridnya. Ia memberikan buku itu kepada Xiao Tian yang segera menyimpannya di dalam pakaian anak itu.
"Dan, sekarang kau kembali ke kamarmu dan berkemas lalu pergilah secepatnya dan kau harus kembali ke sini setelah perayaan ulang tahun ke 100 Ketua sekte Bu Tong Pai dengan selamat dan sehat kepada kami disini," Kakek tua berjanggut putih dengan suara serak bicara kepada Xiao Tian di sisi tempat tidurnya sebelum kakek tua itu tertidur pulas di tempat tidurnya dengan napas yang harus dibantu oleh ilmu tenaga dalam tata surya milik Lao Dai adik seperguruan kakek tua itu sendiri.
Xiao Tian memberikan hormat sebanyak tiga kali di bawah tempat tidur guru pertama dan guru keduanya sebelum ia melesat meninggalkan kamar tidur kakek tua berjanggut putih. Anak kecil yang cerdas dan luar biasa tangkas itu memenuhi keinginan kedua gurunya dengan secepat kilat.
"Aku harus membawa Zhao Li Erl juga, bukankah anak itu meminta aku untuk mengantarkannya ke orangtua anak itu di kota Huang pusat?, jadi aku tak perlu minta izin untuk pergi ke sana dari kedua guruku." senyum di bibirnya begitu cerah sekali. Ia segera menemui Zhao Li Erl yang telah duduk di depan dapur bersama Qizai dan Ching Erl yang keheranan melihatnya telah kembali ke dapur dengan membawa tas buntalan kepergiannya di belakang punggungnya.
Bersambung!!