Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
Arga yang berniat membawa mobil sendiri, tidak jadi. Sang istri tersayangnya merajuk dengan menghentak hentakkan kakinya macam anak kecil.
Amira ngotot untuk satu mobil dengan Zahwa. Sedangkan mobil yang membawa sang keponakan sudah lebih dulu pergi beberapa menit yang lalu.
Al hasil, Arga menelpon Adik iparnya itu untuk memutar balik mobil kembali ke kediamannya.
.
.
Di perjalanan putar balik, Dina sudah mewanti wanti sang suami agar menjaga mimik muka dengan tidak memasang wajah sebal ataupun masam. Dina menyuruh suaminya untuk menebar senyum jika di depan mbak Amira nanti.
"Sudahlah sayang...berhenti menangisnya, sebentar lagi juga sampai mereka!" Arga mencoba untuk sabar menghadapi mood istrinya yang sering berubah ubah.
"Jangan berbicara padaku!" kesal Amira sambil menatap sebal suaminya.
Sudah capek capek dirinya mandi dan berdandan sedemikian cantik. tapi, malah di tinggal oleh Dina dan suaminya.
Meskipun sang suami mengatakan jika mereka memang menggunakan mobil masing masing, tetap tidak mau dirinya!.
Karena yang menjadikan dirinya bersemangat adalah bisa satu mobil dengan bayi cantik Zahwa.
.
.
Tidak ada drama saat Amira memasuki mobil Rendra, semuanya aman terkendali. sebab, Dina sudah mewanti wanti sang suami untuk tetap tersenyum ramah kepada kakak iparnya yang sedang tidak bisa di tebak suasana hatinya, kadang cerah namun bisa saja tiba tiba berubah mendung.
Amira tidak ada bosannya sepanjang perjalanan bercanda dengan Zahwa. Berceloteh macam anak kecil, mendusel duselkan wajahnya ke perut bayi kecil itu. Dan masih banyak lagi tingkah Amira yang selalu membuat Zahwa tertawa.
Sampai pada keduanya kelelahan dan tertidur dengan Zahwa berada di dada Amira.
Arga menoleh ke belakang, huuh...! ternyata sudah tidur mereka.
"Din, ambilah Zahwa dari Amira, badan Zahwa itu gemuk, nanti kalau Terjadi sesuatu dengan bayi aku bagaimana?" peringat Arga kepada adiknya yang malah asyik dengan ponsel di tangannya.
"Astaghfirullah mas...belum juga ketemu hamil tidaknya sudah se posesif itu!" Heran Dina sambil mengambil pelan Zahwa dari pelukan Amira.
"Kan kamu yang mengatakan sendiri tadi malam!"
Dina menghela nafas pelan "Kan aku bilangnya siapa tahu hamil lho mas! Gitu kan aku kata semalam. kita juga ke kota memang tujuannya untuk periksa mbak Amira toh!" jelas Dina.
.
.
Arga menggendong tubuh istrinya yang masih tertidur. Membawanya ke kamar yang sudah Dina siapkan.
Setelah membaringkan Amira di atas ranjang, Arga menghidupkan AC dengan tingkat kedinginan sedang.
"Sebentar lagi dokternya sampai mas!" Arga menoleh
"Tidak usah ke rumah sakit kah kita?" Dina tersenyum dan menggeleng.
"Mas Rendra mengatakan tidak perlu mas, dokternya yang akan kemari, dokter Gita ini juga dokter yang rutin memeriksa kehamilan aku dulu mas!" Arga hanya mengangguk mengerti dengan penjelasan adiknya.
mumpung istrinya tidur, Arga berniat akan mandi karena di rasa tubuhnya lengket.
Setelah keluar dari kamar mandi, Arga melihat istrinya sudah bangun.
"Mau makan sayang?" Amira menggeleng sambil tersenyum.
"Terus?" Tetap tersenyum.
Arga mengangkat sebelah alisnya. Sambil mengeringkan rambutnya, Arga membuka lemari yang memang sudah terisi beberapa bajunya juga milik Amira, siapa lagi yang mengisinya kalau bukan pelayan Rendra.
"Maass....!" Aiihhss...kenapa sekarang suaranya bisa mendayu dayu seperti itu.
"Kenapa sayang?" tanpa mengalihkan tatapannya tetap memilih celana untuk setelan kaosnya.
"Pengen lho mas...!" Arga mendelik, kesambet setan apa istrinya ini.
Sebab, setelah Arga rasa istrinya mengalami keanehan dengan nafsu makannya. mereka tidak pernah lagi melakukan kegiatan ranjang.
bagaimana mau melakukan. Amira saja setelah makan banyak pasti langsung mengantuk dan tertidur, mau di bangunkan pun rasanya tidak tega Arga. Selepas tidur pun juga begitu langsung nyemil lagi, makan lagi sampai seterusnya seperti itu.
Maka dari itu, saat istrinya mengatakan jika sedang ingin, Arga tidak akan menyia nyiakan kesempatan ini.
Urung dirinya mengambil baju ganti, beralih dengan membuka handuk yang melilit pinggangnya dan tersenyum mesum menghampiri istrinya.
Amira tersenyum geli dengan permintaanya ini, baru kali ini dirinya meminta duluan.
Mungkin karena mereka memang sudah lama tidak berhubungan ranjang.
Dan kegiatan ranjang mereka pun tidak dapat terelakkan.
.
.
"Kenapa Git?" Rendra menaikkan sebelah alisnya, kenapa temannya ini malah putar balik. Bukankah dirinya sudah menyuruh untuk memeriksa istri kakak iparnya.
"Kau itu bagaiman Rend, mereka sedang mendesah mengerang di dalam, dan aku kau suruh memeriksa salah satu dari mereka begitu?" Rendra menepuk dahinya.
Astaga...sempat sempatnya saja mereka itu!.
"Ya sudah, kau tunggu di kamar Dina saja. Nanti kalau mereka sudah selesai dengan kegiatannya akan aku beri tahu!"
Gita hanya menghela nafas pelan sambil menggeleng, ada ada saja temannya ini. Menyuruhnya memeriksa seseorang yang sedang dalam mode mengolah pabrik pembuatan bayi.
Dirinya segera menuju kamar Dina, membuka pintu yang memang tidak tertutup rapat. Dirinya tersenyum mendapati istri temannya itu sedang bermain dengan Zahwa.
"Sudah selesai?" Gita hanya mengedikkan bahu.
"Mereka sedang olahraga ranjang saat ini!
"Apaaa!!" jawab Dina spontan.
bisa bisanya mereka itu....!
.
.
Arga keluar dengan rambut setengah basahnya. Menuju ruang tengah di mana di sana terdapat adik iparnya yang sedang duduk memangku iPad.
"Mana dokternya?" tanya Arga.
Rendra menoleh kepada kakak iparnya dan tatapannya tertuju di rambut basah kakak istrinya itu. Dirinya menghela nafas pelan.
"Dokternya sudah sedari tadi mas...! Mas saja yang masih asyik dengan olah raga ranjang tadi!"
"benarkah?" Rendra hanya mengangguk.
"sebentar mas, aku panggilkan dulu dokternya" Arga mengangguk.
"Oh ya mas, mbak Amira tidak sedang telanjang kan?"
"Kau mau aku pisahkan dengan istrimu!" Arga menatap tajam Rendra.
"Ha ha ha...aku kan hanya bertanya saja mas!" Arga melengos.
"Pertanyaanmu tidak di terima! Sekarang, cepat panggilkan dokter itu!" usirnya kepada Rendra.
Rendra hanya mengangguk dan berjalan sambil tersenyum jail, suka sekali dirinya melihat ekspresi kakanya kalau sedang dalam mode garang begitu.
Segala macam pemeriksaan sudah di jalani Amira.
Alhamdulillah, istrinya tidak banyak tanya dan banyak drama.
Mungkin karena kelelahan setelah dirinya gempur. jadi, sang istri hanya diam menurut.
"Setelah saya periksa, ternyata pasien memang positif hamil, hal itu juga di kuatkan dengan tes urine yang kita lakukan tadi!"
"Namun, untuk mengetahui lebih detailnya, sebaiknya Mbak Amira di bawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan USG!" terang Gita.
Arga senang bukan main, ternyata benar dugaannya selama ini.
Amira tidak mandul, Amira perempuan sehat. Buktinya, benihnya saat ini ada di dalam rahim wanita yang di cintainya itu.
"Terima kasih sayang...terima kasih.." tidak henti hentinya Arga menciumi wajah Amira.
"Benarkah kalau aku hamil mas!" Amira masih syok dengan kabar kehamilannya ini.
Arga mengangguk, dan mengiyakan ucapan istrinya.
Amira meneteskan air mata terharu, Arga menghapusnya. dirinya menggenggam dan menciumi tangan istri yang sedang mengandung anaknya itu.
Momen haru itu tidak hanya di rasakan oleh Arga dan Amira. Namun, Dina dan juga sang suami ikut terharu dengan kehamilan Amira. kehamilan yang memang selalu di harapkan oleh ibu Latifah.
.
.
***
"Katakan!" ucap Rega yang pandangannya masih fokus pada layar komputer di hadapannya.
"Namanya Silvi pak nama lengkap Silvi Aulia, dia berkuliah di universitas yang menjadi penerima dana terbesar dari perusahaan kita. Dan Jika di lihat secara keseluruhan, gadis ini memang benar benar bersih pak. Tidak pernah terlibat asmara ataupun pergaulan luar seperti apapun!"
Rega mengangguk dan tersenyum.
"Bagus...Gadis manisku itu memang perempuan baik baik bukan!" Sandi mengangguk mantap. Membenarkan ucapan atasannya.
DEG...
Jadi, sudah sampai sejauh itu Dia menyelidiki gadis ingusan tidak jelas itu!.
ucap seseorang yang memang sengaja menguping di balik pintu yang tidak tertutup rapat itu.
Jangan lupa like dan komennya ya...!!!