NovelToon NovelToon
Regulus

Regulus

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Barat
Popularitas:603
Nilai: 5
Nama Author: Sugito Koganei

Rojak adalah pemuda culun yang selalu menjadi bulan-bulanan akibat dirinya yang begitu lemah, miskin, dan tidak menarik untuk dipandang. Rojak selalu dipermalukan banyak orang.

Suatu hari, ia menemukan sebuah berlian yang menelan diri ke dalam tubuh Rojak. Karena itu, dirinya menjadi manusia berkepala singa berwarna putih karena sebuah penglihatan di masa lalu. Apa hubungannya dengan Rojak? Saksikan ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sugito Koganei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 26 - Terima kasih, Regulus.

Melanjutkan kisah sebelumnya, dimana Nochtharion merasuki seorang suster yang bertugas memeriksa Rojak. Noctharion memberi tahu jika setelah Rojak sembuh, Rojak harus berhadapan dengan Noctharion satu melawan satu. Rojak pun menerima tantangan dari Raja Iblis itu.

Setelah pulih dari luka-lukanya, Rojak segera menghubungi Kuni. Ia ingin mencari tahu lebih lanjut tentang helm yang selama ini menjadi bagian dari petualangannya. Beruntung bagi Rojak, Kuni memiliki waktu senggang esok harinya, sehingga mereka bisa bertemu. Rojak tidak ingin menunda-nunda lagi. Ia ingin lebih siap menghadapi musuh-musuhnya.

Keesokan harinya, Rojak tiba di rumah Kuni. Kuni menyambutnya dengan senyum hangat, meskipun sorot matanya tetap serius. Setelah mereka duduk, Kuni menatap Rojak dengan penuh perhatian.

"Bagaimana luka-lukamu?" tanya Kuni.

Rojak tersenyum dan mengangguk.

"Aku sudah sembuh."

Kuni menghela napas lega, lalu berkata.

"Gila, gue beneran kasihan sama lo. Dua kali dihajar Nochtharion, terus digebukin Malgrion... Pasti sakit banget, kan?"

Rojak mengangkat tangan dan menggeleng.

"Udahlah, nggak usah diomongin lagi. Gue ke sini bukan buat nostalgia, tapi buat maju terus. Jadi, lo ngajak gue ke sini buat apa, Kuni?"

Kuni tersenyum tipis dan berdiri.

"Gue mau latih lo buat lawan Nochtharion. Terus, ada beberapa fitur di helm ini yang belum sempat gue jelasin. Waktu itu lo keburu pingsan sebelum gue selesai ngomong."

Rojak mengangguk.

"Baik. Gw siap."

Kuni menekan sebuah tombol di pergelangan tangannya, dan seketika ruang di sekitar mereka berubah. Sosok Nochtharion dan antek-anteknya muncul di depan mereka. Rojak terkejut, tapi Kuni segera menenangkannya.

"Santai aja. Ini hanya hologram." jelas Kuni.

"Tapi coba bayangin aja kalau mereka beneran nyata. Biar insting lo makin terasah."

Antek-antek Nochtharion mulai bergerak, menyerang Rojak tanpa ragu. Rojak segera bertindak. Ia menghindar, memukul, dan menebas mereka satu per satu. Namun, setiap kali ia mengalahkan satu, yang lain muncul menggantikannya.

Tak lama, Nochtharion sendiri maju menyerang. Dengan satu hantaman, tubuh Rojak terhempas ke belakang. Kuni menggelengkan kepala.

"Lo lengah lagi, Rojak. Jangan kebawa emosi terus dong."

Rojak bangkit perlahan. Kali ini, ia menghela napas dalam dan fokus. Jika ini adalah Nochtharion sungguhan, ia tidak bisa membiarkan dirinya kalah. Dengan tekad yang baru, Rojak kembali melawan. Kali ini, ia membaca gerakan Nochtharion lebih baik. Serangan demi serangan ia tepis, hingga akhirnya ia berhasil menjatuhkan hologram Raja Iblis tersebut.

Kuni bertepuk tangan.

"Mantap, Rojak! Lo nggak nyerah. Itu yang paling penting."

Rojak tersenyum, tapi ia tahu, ini baru awal dari tantangan yang sesungguhnya. Setelah itu, mereka pun makan di Restoran Steak ditraktir oleh Kuni.

“Wah, first time gue makan steak nih. Thank you ya, traktirannya.”Kata Rojak.

“Hahaha... Santai saja kawan.”Kata Kuni.

“Btw, gue denger-denger bahasa Indo lu sudah mulai lancar.”Kata Rojak.

“Indo? India?”tanya Kuni.

“Indonesia. Memang suka singkat-singkatin kata. Makanya kalau dibawa ke luar negeri jadi beda kan katanya?”tanya Rojak.

Kuni mengangguk.

“Iya. Memang Indo itu artinya India.”Jelas Kuni.

“Omong-omong, kapan si Nochtharion ajak lo gelud?”tanya Kuni.

“Malam satu suro.”Kata Rojak.

“Hah? Malam satu suro? Setahu gue itu malam terkutuk ya?”tanya Kuni yang ingin tahu tentang malam satu suro.

“Dari perspektif Islam, malam pertama Muharram memang masuk dalam bulan yang mulia. Tapi dalam jawa, malam itu disebut sebagai malam mistis dan sakral. Banyak warga yang mengurung diri di Rumah karena malam itu merupakan malam dimana para makhluk halus keluar Rumah.”Jelas Rojak.

Kuni mengangguk. Setelah selesai makan, mereka pun berpisah untuk pulang ke Rumah masing-masing.

“Jak. Semangat ya, gue yakin lu bisa hajar dia. Demi mengembalikan seluruh orang.”Kata Kuni.

Rojak tersenyum mendengar kata-kata Kuni.

Setelah semua persiapan selesai, kini tibalah hari pertarungan itu. Rojak menyalakan sepeda motornya dan mulai mengendarainya menuju lokasi yang telah ditentukan. Pertarungan itu dilaksanakan di sebuah desa terpencil yang masih percaya akan adat istiadat dan hal-hal mistis. Pada saat perjalanan, Rojak sempat mendatangi Rumah Vina. Rojak memberi tahu jika ia akan bertarung dengan Noctharion.

“Lu bakal bertarung dengan Noctharion?”tanya Vina.

“Iya.”Kata Rojak.

“Gue ga salah denger? Lu bakal bertarung one on one lawan Raja Iblis itu?”tanya Vina.

Rojak mengangguk untuk sekali lagi.

Vina bernafas lalu mengeluarkannya.

“Gue cuma bisa bantu lu dari jauh saja. Tapi, lu bakal bertarung dengan apa? Secara lu sudah ga punya Regulus.”Kata Vina.

Rojak menjelaskan helm pemberian Kuni pada Vina. Vina pun bergumam mengertu sambil menganggukkan kepala.

“Sebenarnya gue ga setuju dengan ini. Tapi, jika ini adalah yang terbaik untuk lu, gue hanya bisa support saja.”

Vina menepuk bahunya.

“Janji. Gue mau lu selamat. Pergi dari tempat itu hidup-hidup. Apalagi pertarungan ini ga biasa. Dia dibantu sama setan-setan yang berkeliaran pada Malam Satu Suro. Janji untuk keluar dari sana hidup-hidup.”Kata Vina.

Rojak mengelus tangan Vina yang ada di bahunya dan membalas perkataannya.

“Gue akan berusaha. Gue akan tetap hidup demi kalian. Kalau apa-apa yang terjadi, jaga Poppy.”Katanya.

Rojak melepaskan tangan Vina darinya, dan segera bergegas.

Kembali ke perjalanan, kini Rojak sudah berada di gerbang Desa itu. Rojak melihat sekeliling. Desa itu, yang biasanya ramai di siang hari, kini terlihat sunyi. Malam itu adalah malam satu suro, malam yang diyakini penuh dengan makhluk halus. Penduduk desa telah lama meyakini bahwa keluar di malam satu suro adalah undangan bagi mereka yang tak kasat mata. Oleh karena itu, tak seorang pun berani keluar dari rumah mereka.

Namun, Rojak tak peduli. Ia tetap melaju dengan santai, menyusuri jalan berbatu di desa itu. Suara knalpot motornya bergema di keheningan malam. Tiba-tiba, dari kegelapan, sesosok iblis muncul dan menyerangnya. Dengan reflek cepat, Rojak menghindari serangan itu. Matanya menatap tajam, menyadari bahwa ini bukanlah sekadar pertarungan biasa.

Tak butuh waktu lama, lebih banyak iblis muncul, mengelilinginya dari segala arah. Mereka menggeram ganas, siap menerkamnya kapan saja. Rojak mengingat latihan sebelumnya bersama Kuni. Dengan percaya diri, ia mengatur napasnya dan bersiap untuk bertarung.

"Maju lo semua!" tantang Rojak.

Para iblis menyerangnya dengan serangan beruntun, mencoba merobek-robek tubuhnya. Namun, Rojak bukanlah orang sembarangan. Ia dengan cekatan menangkis serangan-serangan itu, membalas dengan serangan yang lebih mematikan.

"BUGH! BAGH! BUGH! BAGH!"

Dalam hitungan detik, Rojak berhasil menghabisi mereka satu per satu. Tiba-tiba, suara tepuk tangan terdengar dari kejauhan. Dari balik bayangan, seorang pria tua muncul. Ia mengenakan pakaian khas kepala desa dan tersenyum penuh arti.

"Kau bandel juga, ya," kata kepala desa itu.

"Seharusnya kau diam di rumah pada malam ini."

Rojak menyeka keringat di dahinya.

"Aku punya urusan yang harus kuselesaikan. Aku harus bertarung dengan seorang iblis yang menantangku."

Kepala desa itu bergumam, matanya menatap Rojak penuh perhitungan.

"Kalau begitu, daripada banyak bicara, mari kita mulai."

Rojak terkejut. Sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut, kepala desa itu membuka mulutnya lebar-lebar. Dari dalam mulutnya, cahaya hitam pekat keluar dan membentuk sosok raksasa mengerikan. Rojak mengenalinya.

"Noctharion..." gumamnya.

Noctharion menatap Rojak dengan mata berkilau merah. Ia merapalkan mantra, menyebabkan seluruh desa bergetar. Makhluk-makhluk halus yang sebelumnya bersembunyi kini bermunculan, memenuhi desa dengan kehadiran mereka yang mengerikan.

Mereka mengelilingi Rojak, siap menerkamnya. Namun, Rojak tetap tak gentar. Ia mengambil helmnya, mengangkatnya ke atas kepalanya lalu berteriak, "Hatsudou!" Dengan suara bergaung, ia memasang helm itu, lalu menarik tuas berbentuk tanduk kumbang badak di sisinya.

"Lever up!"

Dalam sekejap, zirah abu-abu menyelimuti tubuhnya. Kini ia telah siap bertarung.

"Keren. Sudah berevolusi kamu meski tanpa Regulus." kata Noctharion.

"Gausah banyak bacot! Ayo lawan aku, Raja brengsek!" tantang Rojak.

Noctharion mengangkat tangannya, memberi perintah kepada pasukan makhluk halusnya.

"BUNUH BOCAH INGUSAN ITU!" perintah Noctharion.

Mereka langsung menerjang Rojak. Namun, Rojak sudah bersiap. Rojak memunculkan morning star arm lalu muncullah bola duri di kedua tangannya. Untuk mempercepat waktu pertarungan, Rojak mengangkat tangannya ke atas dan berteriak.

"Rain of Spike!" teriaknya.

Duri-duri tajam melesat ke udara, lalu jatuh menghujani pasukan iblis. Mereka menjerit kesakitan sebelum menghilang menjadi debu. Noctharion menyerap roh mereka, menyebabkan tubuhnya membesar dan kekuatannya meningkat pesat.

Iblis itu kini berevolusi ke bentuk terkuatnya.

Rojak menggenggam senjatanya erat. Ia tahu, pertarungan sesungguhnya baru saja dimulai.

"Pertarungan sebenarnya baru saja dimulai, bodoh!" ucap Noctharion.

Pertempuran berlanjut. Nochtharion, dengan kecepatan yang mencengangkan, melesat ke arah Rojak, serangan demi serangan dilancarkannya. Rojak, dengan bantuan kecerdasan buatan di helmnya, berhasil menghindari sebagian besar serangan, namun beberapa pukulan telak mendarat di tubuhnya, membuat zirah logamnya penyok dan retak.

"Sial!" umpat Rojak dalam hati, merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya.

"Aku harus bisa mengimbanginya."

Dengan tekad yang membara, Rojak mengayunkan morning star arm, rantai berduri melesat ke arah Nochtharion. Raja Iblis itu dengan mudah menghindar, namun Rojak tidak menyerah. Dia terus menyerang, memanfaatkan setiap celah dalam pertahanan Nochtharion.

Pertarungan sengit itu berlangsung selama berjam-jam. Rojak, dengan bantuan kecerdasan buatan di helmnya, mulai bisa memprediksi pergerakan Nochtharion. Dia menyerang dengan presisi, memanfaatkan setiap kelemahan Raja Iblis itu.

"Tidak mungkin!" raung Nochtharion, terkejut dengan kemampuan Rojak.

"Bagaimana bisa manusia sepertimu mengimbangiku?"

Rojak tidak menjawab, dia terus menyerang, mendorong Nochtharion mundur. Dia teringat akan latihannya bersama Kuni, sejak beberapa hari yang lalu.

"Ingat, Rojak." kata Kuni dalam ingatannya.

"Kau jangan terlalu percaya diri. Seperti yang sudah-sudah dia bukanlah lawan yang biasa. Dan ingat, teknologi helmmu masih purwarupa. Kau harus mengandalkan dirimu sendiri."

Kata-kata Kuni bergema di benak Rojak, memberinya kekuatan tambahan. Dia memusatkan seluruh energinya, mengayunkan morning star arm dengan kekuatan penuh, menghantam wajah Nochtharion.

Nochtharion terhuyung mundur, darah mengalir dari hidungnya. Dia menatap Rojak dengan amarah yang membara.

"Kau akan membayar ini, manusia!" geramnya.

Tiba-tiba, zirah Rojak mulai berkedip-kedip, sistem kecerdasan buatan di helmnya mengalami malfungsi. Rojak mencoba menembakkan duri dari zirahnya, namun semuanya meleset.

Nochtharion tertawa terbahak-bahak, mengejek Rojak yang malang.

"Buahahahaha! Lihat dirimu, manusia bodoh! Teknologi rendahanmu telah mengkhianatimu!"

Dengan gerakan secepat kilat, Nochtharion melesat ke arah Rojak, melancarkan serangan dahsyat yang disebut Darkness Destroyer. Zirah Rojak hancur berkeping-keping, helmnya terlepas dari kepala, dan Rojak terpental jauh, tubuhnya berlumuran darah.

“AAARGGGHH!”

Rojak terhuyung karena serangan dahsyat dari Noctharion. Noctharion kemudian menyiksanya dengan memukulnya habis-habisan. Rojak pun hanya bisa pasrah sambil memuntahkan banyak sekali darah akibat serangan brutal dari Raja Iblis itu.

Noctharion kemudian mengeluarkan pedang milik Malgrion, anak buahnya tapi tidak becus sehingga ia bunuh.

"Aku pikir kau lebih kuat dari ini." ujar Noctharion seraya menghunus pedang milik Malgrion. Mata pedang itu berkilat, dipenuhi aura gelap yang mengancam.

"Malgrion, panglimaku yang tidak berguna, bahkan untuk membunuh satu orang sepertimu saja ia gagal."

Rojak mengepalkan tangan. Selama ini ia telah bertarung melewati banyak rintangan, namun kini harapan itu terasa sirna. Kekuatan Noctharion jauh melampaui batasnya. Tetapi ia tidak bisa menyerah, tidak di saat ini.

Tanpa berpikir panjang, Rojak menerjang.

“HIYAAAAH!”

Dengan sisa tenaga yang ia miliki, ia melompat dan menghantam dada Noctharion dengan tendangan penuh tenaga.

“BUGH!”

Sang Raja Iblis terdorong ke belakang. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Rojak meraih pedang yang tergeletak di tanah. Namun, saat ia mengangkatnya, sesuatu yang aneh terjadi.

Energi gelap menyusup ke dalam tubuhnya. Ia bisa merasakan banyak sekali iblis yang tinggal di dalam pedang itu. Ia tersentak, tubuhnya gemetar sesaat.

"Merasa ada sesuatu yang aneh, bukan?" Noctharion tersenyum sinis.

"Banyak iblis yang tinggal di dalam pedang itu. Mereka akan menguasai tubuhmu dan pada akhirnya membunuhmu sendiri."

Namun Rojak tidak mendengarkan ancaman itu. Ia tahu, satu-satunya cara untuk mengalahkan Noctharion adalah dengan menggunakan kekuatan yang sama. Maka, dengan segenap kekuatan yang tersisa, ia menusukkan pedang Malgrion ke jantung Noctharion.

“CROT!”

Tusukan itu menembus dada sang Raja Iblis. Sesaat kemudian, jeritan mengerikan terdengar. Iblis-iblis yang ada di dalam pedang itu tiba-tiba berbalik menyerang tuannya sendiri. Noctharion meronta, tetapi Rojak tidak memberinya kesempatan. Dengan penuh amarah, ia menarik pedang itu lalu menebas tubuh Noctharion berkali-kali.

Darah hitam mengalir di tanah. Noctharion berteriak kesakitan, kekuatan iblis di dalam tubuhnya mulai menghilang. Namun Rojak tidak puas hanya dengan pedang. Ia melemparkan senjatanya dan beralih ke tangan kosong. Pukulan demi pukulan mendarat di wajah dan tubuh Noctharion.

Hingga akhirnya, tubuh Noctharion ambruk. Iblis-iblis yang ada di dalam dirinya keluar satu per satu, menjerit sebelum menghilang. Sang Raja Iblis terkapar, kehilangan seluruh kekuatannya.

"Tidak mungkin…" gumamnya sebelum akhirnya mati.

Setelah pertarungan itu, Rojak berlutut, tubuhnya lemas tak berdaya. Napasnya tersengal, dan ia merasa kehilangan hampir seluruh tenaganya. Namun ancaman belum selesai. Beberapa makhluk halus yang melihat kejadian itu mulai bergerak mendekat, mengincarnya.

Saat itu, suara sepeda motor terdengar. Vina, gadis yang selama ini ia kenal, muncul entah dari mana. Tanpa ragu, ia menyerang makhluk-makhluk halus itu, mengusir mereka dengan cepat.

"Lo gapapa?" tanya Vina sambil meraih tangan Rojak.

Rojak tersenyum lemah.

"G... Gue…menang."

Vina mengangguk dan membantu Rojak naik ke motornya. Mereka pun pergi meninggalkan desa itu, meninggalkan kegelapan yang akhirnya musnah. Pertarungan dengan Raja Iblis telah selesai, tetapi kisah mereka belum berakhir.

Beberapa hari setelah pertarungan sengit melawan Noctharion, Rojak merasa dunia kembali seperti sedia kala. Tidak ada lagi bayangan iblis atau ancaman makhluk halus yang mengintai di setiap sudut. Ia bisa kembali menjalani kehidupannya sebagai seorang remaja biasa.

Pagi itu, matahari bersinar cerah. Rojak berjalan menuju sekolah bersama Poppy dan kawan-kawannya. Mereka bercanda dan tertawa seperti tidak ada yang pernah terjadi. Namun, di dalam hati Rojak, ia masih merasa ada sesuatu yang berbeda.

"Jadi, setelah semua yang terjadi, gimana perasaan abang sekarang?" tanya Poppy sambil memakan roti yang dibawanya.

Rojak tersenyum kecil.

"Rasanya aneh. Dulu aku pikir pertarungan itu akan mengubah segalanya. Tapi, kita kembali ke rutinitas seperti biasa."

"Dan itu bagus, bukan?" Poppy menatapnya.

"Kita pantas mendapatkan kehidupan normal."

Rojak mengangguk, meskipun jauh di dalam pikirannya, ia tidak yakin apakah semua benar-benar telah berakhir.

Sementara itu, Kuni, teman mereka dari Jepang, harus kembali ke negaranya. Tugasnya sudah selesai, dan ia harus melanjutkan kehidupannya di sana. Sebelum keberangkatannya, mereka berkumpul di sebuah taman untuk perpisahan kecil.

"Kuni, lu yakin tidak ingin tinggal lebih lama?" tanya Poppy.

Kuni tersenyum dan menggeleng.

"Tugasku di sini udah kelar. Lagipula, Jepang masih menunggu kepulanganku."

Rojak menepuk bahu Kuni.

"Terima kasih untuk segalanya. Tanpa lo, aku tidak yakin bisa menyelesaikan semua ini."

Kuni mengangguk.

"Lo juga mulai lumayan lah, Jak." puji Kuni.

Tak lama kemudian, suara peringatan jika akan ada penerbangan menuju Jepang pun bersuara keras menggema di Bandara.

"Sayonara, Tomodachi."

Setelah beberapa kata perpisahan, Kuni pun pergi meninggalkan mereka. Rojak menatap pesawat yang membawa temannya terbang ke angkasa.

Rojak dan Poppy kini berjalan pergi dari Bandara.

Dan itulah akhir dari cerita ini. Sebuah kehidupan dari siswa culun yang dibully, bertemu dengan sosok monster singa putih yang merupakan pendekar dari dunia lain, bersatu, menjadi pahlawan super bernama Regulus, menghadapi beberapa gangguan dari orang yang ia benci, gencatan senjata dengan musuh melawan dukun, melawan sosok Raja Iblis hingga membunuhnya. Bahkan sang Raja Iblis yang bernama Noctharion itu harus mengambil kekuatan dalam dirinya hingga kini, ia menjadi manusia normal.

Terima kasih, Regulus.

1
Rizky Muhammad
Cerita ini bagus banget, aku sangat penasaran dengan kelanjutannya.
PsychoJuno
Bikin baper. 😢❤️
kath_30
Ceritanya keren, jangan sampai berhenti di sini ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!