Perjalanan hidup sebuah nyawa yang awalnya tidak diinginkan, tapi akhirnya ada yang merawatnya. Sayang, nyawa ini bahkan tidak berterimakasih, malah semakin menjadi-jadi. NPD biang kerok nya, tapi kelabilan jiwa juga mempengaruhinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Osmanthus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara iya dan tidak
Bu Tere menunggu pak Guntur pulang untuk makan siang. Karena tidak jadi memasak, jadi bu Tere membeli nasi bungkus tidak jauh dari rumahnya. Yang penting makan siang tersedia. Bu Tere sedikit bersenandung karena mengingat anak perempuan yang akan di dapatnya.
"Hai sayang" sapa pak Guntur dengan mesra ketika memasuki pintu rumah. " Lagi senang ni?" gurau pak Guntur sembari memeluk dan mencium kening istri tercinta. Mereka selalu menjaga diri kalau anak-anak ada di rumah. Tidak pantas anak-anak melihat orangtua bermesraan.
"Iya, aku ada kabar gembira" Ujar bu Tere sembari menarik tangan suami nya mengajak duduk di kursi kayu dekat meja makan mereka.
"Kabar gembira apa itu?" tanya pak Guntur heran.
"Ini, tadi aku bertemu dengan pak Randy. Aku diajak pergi ke rumah pak Simon." Tutur bu Tere.
"Lalu?" alis pak Guntur sedikit mengernyit memikirkan kira-kira apa yang akan disampaikan.
"Ternyata Ema mengalami masalah dan perlu bantuan kita." Lanjut bu Tere lagi, tapi dengan sedikit ragu.
"Bantuan seperti apa? Pinjam uang? Tenaga?" tanya pak Guntur dengan penasaran. Dia terkadang kesal dengan gaya bicara istrinya yang selalu bertele-tele, bahkan kadang sesekali dia ngedumel, lebih baik nama Tere jadi tele saja.
"Ternyata Ema hamil dan janin itu perempuan." lanjut bu Tere ragu tapi sedikit bersemangat.
"Hubungan nya dengan kita apa? Ema mau dinikahkan?" tanya pak Guntur mulai tidak sabar.
"Ema kan masih sekolah sayang, jadi dia akan melahirkan anak itu dan memberikannya kepada kita untuk dibesarkan." akhirnya bu Tere menjelaskan dengan tepat.
"Ini agak sulit loh, karena biaya anak kita berdua saja sudah berapa. Kita juga tidak tahu bagaimana nantinya anak ini. Lalu laki-laki yang melakukannya bagaimana?" cecar pak Guntur sedikit emosi.
"Laki-laki itu lari dari tanggungjawab. Kalau diributkan, maka Ema yang akan malu, makanya ditutupi dulu sementara waktu. Itulah mengapa mereka ingin menyerahkan anak Ema itu kepada kita. Karena mereka tahu aku begitu ingin anak perempuan, dan mereka juga bisa menjaga harga diri Ema" ujar bu Tere sendu.
"Kenapa anak-anak zaman sekarang tidak bisa menjaga diri mereka? Setelah kejadian begini baru tau akan aib, baru tau masa depan rusak." omel pak Guntur.
Ya, pak Guntur orangnya selalu berpegang pada tindakan yang benar, tidak mau memilih hal-hal negatif. Makanya pak Guntur juga keras perihal mendidik anak-anaknya. Kejujuran adalah hal tertinggi yang dijunjung pak Guntur.
"Ya, sekarang sudah kejadian tidak mungkin disesali. Makanya aku bertanya dulu padamu." Ujar bu Tere sembari mengambilkan nasi di piring untuk pak Guntur.
"Kita menolong Ema dan juga mendapat anak perempuan. Bukankah ini hal yang baik?" Tanya bu Tere.
"Baik sih baik, tapi biaya nya. Apalagi bayi, perlu susu juga. Belum lagi pakaian bayi dan perawatannya" jawab pak Guntur sambil menyuap nasi bungkus yang sudah disalin ke piring oleh bu Tere.
"Kalau pakaian bayi, masih ada punya Joni dan Doni yang masih bagus." Sahut bu Tere "Kalau perihal biaya, aku akan mencoba jualan risol untuk menambah biaya kita"
"Lalu bagaimana cara mengurus anak ini? Kamu pasti sibuk tengah malam mempersiapkan kulit risol, karena subuh sudah harus diantar ke pasar." tanya pak Guntur.
"Aku bisa minta bantuan adikku Mita untuk menjaga dia. Bukankah Mita juga sedang perlu kerja?" usul bu Tere lagi.
"Tapi apakah Mita bisa menjaganya? Mita kan hanya sebentar menjaga Doni." sambung pak Guntur lagi sembari menghabiskan sisa nasi yang ada di piring.
"Bisa, aku akan mengajari dia nanti. Jadi aku hanya perlu memastikan, apakah kamu setuju untuk mengambil anak itu nanti?" tanya bu Tere.
"Ya, kalau itu keinginan hatimu dan kamu bisa melakukannya aku tidak melarang. Asal kamu bahagia." ujar pak Guntur sembari menyesap air putih yang ada di gelas dan menyeka mulutnya. Lalu bergegas mencuci tangan dan mencium kening sang istri.
" Asal kamu bisa mengatur nya, semua aku serahkan sama kamu saja. Yang penting jangan sampai kamu merasa terbeban dengan biaya, waktu dan kecapean" jawab pak Guntur. "Aku kembali bekerja lagi ya."
"Baiklah, hati-hati di jalan ya sayang." Bu guntur melambaikan tangan ke pak Guntur dan bersiap menjemput anak-anak pulang sekolah.
"Nanti aku akan mengabari pak Simon perihal berita baik ini. Akhirnya keinginan hatiku terkabul juga dan aku akan memiliki anak perempuan yang cantik, manis dan penurut." gumam bu Tere sembari melangkahkan kaki ke sekolah anak-anaknya.
Sepanjang jalan bu Tere mulai mengingat-ingat apa yang perlu dibeli, dia harus segera membongkar dus pakaian bayi Joni dan Doni agar tahu, apakah harus dibeli lagi yang baru. Minimal dia harus membeli kain bedong pink, beberapa helai pakaian pink, celana pink, kaus kaki pink.
"Ah, aku tidak sabar menunggu dia besar dan mengikatkan rambut nya ke sekolah." khayal bu Tere semakin menjadi-jadi.
"Doni juga akan menjadi seorang abang, tidak lagi menjadi adik paling kecil, dia akan memiliki teman juga. Aku yakin pasti mereka bisa akur. Selama ini mereka berdua selalu akur berdua." batin bu Tere.
"Dipikir-pikir sepertinya Ema dulu juga anak baik, tidak banyak ulah" gumam bu Tere lagi.
...----------------...
Ya, anak bu Tere termasuk anak yang patuh dan tidak nakal. Mereka bermain layaknya anak laki-laki, main kelereng, main petak umpet dan banyak lagi permainan di luar rumah masa itu. Mereka juga selalu mendengar apa yang dikatakan. Sedikit nakal itu biasa, tapi bukan jahat yang suka membuat orang menangis atau sampai melukai orang. Mereka benar-benar anak yang manis dan patuh kepada orangtua.
Makanya bu Tere jadi berandai-andai memiliki anak perempuan yang juga manis dan patuh seperti kedua anaknya ini. Tapi bu Tere lupa, kedua anak ini adalah anak dia dan pak Guntur, sedangkan anak yang akan diambil ini adalah anak dari Ema dan pacarnya. Tidak mungkin sama 100% kan?
Yah, mungkin...ini mungkin..anak itu bisa saja anak baik dan manis. Tapi bisa juga tidak kan? Ada 50% kemungkinan terburuk, meskipun Ema mungkin adalah anak yang baik dan penurut dulu nya di masa kecil. Tapi siapa yang tau masa depan kan? Seperti lagu "Que Sera Sera".
Sayang bu Tere terlena dengan manisnya kehidupan selama ini yang mereka jalani, sehingga lupa bahwa anak-anak juga bisa memiliki bermacam tingkah laku yang tidak bisa diprediksi orang lain. Bahkan orang tua kandung juga belum tentu kenal 100% anaknya seperti apa.