Aisyah, seorang istri yang selalu hidup dalam tekanan dari mertuanya, kini menghadapi tuduhan lebih menyakitkan—ia disebut mandul dan dianggap tak bisa memiliki keturunan.
mampukah aisyah menghadapi ini semua..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rencana bulan madu kedua
Malam itu, setelah makan malam, Farhan dan Aisyah duduk berdua di balkon kamar mereka. Angin malam yang sejuk menyelimuti suasana tenang di antara mereka.
Farhan merangkul Aisyah dan mengecup pelipisnya. “Sayang, aku sudah lama kepikiran sesuatu.”
Aisyah menatap suaminya dengan penasaran. “Apa itu, Mas?”
Farhan tersenyum kecil. “Aku ingin kita pergi honeymoon lagi. Kita butuh waktu untuk berdua, jauh dari semua masalah.”
Mata Aisyah berbinar mendengar itu. “Serius, Mas? Aku juga ingin pergi liburan sama kamu… Tapi, bagaimana dengan toko? Dan ibumu pasti tidak akan tinggal diam.”
Farhan menggenggam tangan istrinya erat. “Jangan pikirkan mereka. Aku ingin kita bahagia. Aku akan urus semuanya. Yang penting, kamu mau kan pergi bersamaku?”
Aisyah tersenyum hangat dan mengangguk. “Tentu saja aku mau. Ke mana kita akan pergi?”
Farhan berpikir sejenak. “Aku ingin tempat yang tenang, yang bisa bikin kita merasa jauh dari semua tekanan. Mungkin ke pulau atau luar negeri?”
Aisyah tertawa kecil. “Aku percaya pilihannya Mas pasti yang terbaik.”
Farhan menatap istrinya dengan penuh cinta. “Aku hanya ingin melihatmu bahagia, Sayang. Aku janji, kali ini tidak ada yang bisa mengganggu kita.”
Mereka berdua saling menatap dengan senyum penuh harapan. Perjalanan baru akan segera dimulai, dan kali ini, mereka ingin menikmati kebersamaan mereka sepenuhnya.
Beberapa hari setelah rencana mereka diputuskan, Farhan mulai mengurus segala hal untuk keberangkatan. Ia sudah mencari tempat yang cocok untuk honeymoon kedua mereka. sebuah villa mewah di tepi pantai yang jauh dari keramaian kota.
Di sisi lain, Aisyah sibuk mengatur toko bunganya agar tetap berjalan selama ia pergi. Meskipun hatinya bahagia, ada sedikit kegelisahan yang mengusik pikirannya.terutama soal ibu mertuanya dan Rania.
Suatu malam, saat mereka sedang berkemas, Aisyah duduk di tepi ranjang sambil melipat pakaiannya. Farhan datang menghampiri dan memeluknya dari belakang. “Sayang, kamu terlihat gelisah. Ada apa?”
Aisyah menghela napas dan menoleh menatap suaminya. “Aku hanya khawatir… Bagaimana kalau ibumu marah karena kita pergi? Bagaimana kalau Rania malah semakin dekat denganmu saat aku tidak ada?”
Farhan tersenyum kecil dan mengecup kening istrinya. “Dengar, Sayang. Aku tidak peduli dengan semua itu. Aku hanya peduli padamu. Ini adalah waktu kita berdua, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu.”
Aisyah mengangguk pelan, merasa sedikit lebih tenang. “Aku percaya padamu, Mas.”
“Bagus. Sekarang ayo selesaikan packing-nya, karena aku ingin segera membawa istriku ke surga kecil kita.” Farhan mencubit hidung Aisyah gemas, membuat istrinya tertawa.
Setelah semua persiapan selesai, mereka beristirahat lebih awal. Namun, di sisi lain, ibu Farhan yang mengetahui rencana mereka tampak tidak senang.
Di rumahnya, ibu Farhan duduk bersama Rania, ekspresi wajahnya terlihat dingin. “Mereka benar-benar akan pergi berdua. Ini tidak bisa dibiarkan.”
Rania tersenyum tipis, matanya penuh dengan ambisi. “Lalu, apa yang akan kita lakukan, Tante?”
Ibu Farhan menghela napas panjang, lalu berkata, “Kita harus mencari cara agar perjalanan itu tidak berjalan lancar. Aku tidak akan membiarkan perempuan itu semakin mengikat Farhan.”
Rania tersenyum licik. “Aku siap membantu, Tante.”
Tanpa mereka sadari, Aisyah dan Farhan akan menghadapi tantangan baru dalam perjalanan mereka. Apakah rencana mereka akan tetap berjalan lancar? Atau justru ada sesuatu yang akan mengguncang hubungan mereka?