Sekuel SEKRETARIS KESAYANGAN
~
Meira pikir, setelah direktur marketing di perusahaan tempat dia bekerja digantikan oleh orang lain, hidupnya bisa aman. Meira tak lagi harus berhadapan dengan lelaki tua yang cerewet dan suka berbicara dengan nada tinggi.
Kabar baik datang, ketika bos baru ternyata masih sangat muda, dan tampan. Tapi kenyataannya, lelaki bernama Darel Arsenio itu lebih menyebalkan, ditambah pelit kata-kata. Sekalinya bicara, pasti menyakitkan. Entah punya masalah hidup apa direktur baru mereka saat ini. Hingga Meira harus melebarkan rasa sabarnya seluas mungkin ketika menghadapinya.
Semakin hari, Meira semakin kewalahan menghadapi sikap El yang cukup aneh dan arogan. Saat mengetahui ternyata El adalah pria single, terlintas ide gila di kepala gadis itu untuk mencoba menggoda bos
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Besok kita ke KUA
Second kiss yang mendebarkan, Meira kembali ke meja kerjanya, dengan masih merutuki dirinya sendiri karena terlalu berani. Mengalihkan pikirannya yang kini dipenuhi oleh Darel, gadis itu melanjutkan pekerjaan dan menata beberapa file yang tergeletak di sana. Dia melirik arloji di tangan kirinya. Lima belas menit lagi, ada janji bersama klien, sementara Darel belum dia arahkan untuk persiapan presentasi. Agak sedikit meropotkan memang menghadapi bos baru yang belum terlalu berpengalaman. Tapi, Meira harus sabar dan telaten.
Berdiri di hadapan ruangan Darel, Meira mengatur napas sejenak sebelum kembali masuk ke sana. “Kali ini, tolong serius, ya?” pinta Meira, persis seperti seorang guru les yang akan memberi pelajaran kepada muridnya.
Darel tersenyum cukup cerah, melihat sekretarisnya itu masuk kembali. “Iya, cantik.” goda lelaki itu.
Meira tidak peduli, dia tak boleh terpengaruh. Karena ini bukan saatnya untuk main-main atau bercanda, ini serius, demi kemajuan perusahaan. Gadis itu menarik kursi, lalu duduk di hadapan Darel. Kini mereka terhalang sebuah meja besar, benar-benar berjarak.
“Kamu terlalu jauh, nanti kalau aku nggak paham, gimana?” tanya Darel, “sini aja di sebelah aku!” titahnya lagi.
Meira menggeleng cepat, jelas dia menolak saran itu. Tidak, mereka terlalu berbahaya jika berdekatan. Karena ketika mereka berdekatan, seakan ada energi magnet yang sedang berusaha saling menarik tubuh mereka.
“Waktu kita lima belas menit lagi, tolong serius, Pak!” titah Meira. “Jangan protes di panggil Pak, karena sekarang kita lagi membahas pekerjaan!” ucap Meira penuh peringatan sebelum Darel membuka mulut untuk protes.
Darel terdiam, dia menurut. Ya, baru kali ini ada orang yang berani memberinya titah hingga dia tak berkutik, selain ayah dan bunda. Bahkan dengan ayah dan bunda, dia masih bisa melawan. Tapi, dengan Meira dia benar-benar pasrah.
“Siap Bu sekretaris!” sahut lelaki itu, lalu duduk dengan rapi, seperti murid yang sedang berhadapan dengan gurunya.
Meira memulai, menjelaskan satu persatu tentang isi kontrak kerjasama yang akan mereka bahas nantinya. Darel memperhatikan dan mendengar dengan saksama, meski sesekali dia tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Meira. Bahkan, bibirnya selalu jadi sasaran Darel untuk dia tatap lama-lama. Oh indahnya…
“Nanti Pak Darel jelaskan ke mereka juga kalau kita sudah banyak bekerja sama dengan perusahaan asing, dengan kontrak yang di perpanjang setiap satu tahun sekali. Jadi, dengan kita memamerkan itu, membuat mereka semakin yakin untuk membeli produk kita dalam waktu yang lama,” jelas Meira. Sedari tadi, dia tidak menatao Darel. Meira ingin mencoba fokus dan profesional, tidak mau memikirkan yang lain-lain.
“Oke,” sahut Darel singkat.
“Oke? udah ngerti belum?” tanya Meira ragu.
Lelaki itu tertawa, “Mei, kamu meragukan kemampuanku?” lelaki itu mencirbir kesal.
“Bukan begitu, soalnya—“
“Apa?”
“Dulu, dengan almarhum Pak Warsono, aku harus menjelaskan berkali-kali,” terang Meira, mengingat masa lalu.
“Hahaha.” Darel kembali tergelak, dia menyibakkan rambutnya sendiri, “Tolong bedakan lelaki muda dan lelaki tua, Mei.”
“Oh iya,” sahut Meira singkat.
Darel kini mengerti, mengapa Meira sering dibangga-banggakan oleh ayahnya. Kemampuan wanita ini tidak perlu diragukan lagi. Pantas saja ayah menganggapnya aset penting perusahaan yang harus benar-benar dijaga.
“Hm.” entah apa maksudnya tiba-tiba lelaki itu berdehem, seakan mengusir kecanggungan yang terjadi ketika mereka saling berdiam seperti ini.
“Bersiap ya Pak, mereka sedang menuju ke sini.” Meira mengingatkan. “Saya tunggu di luar,” lanjutnya.
“Meira.” Darel kembali memanggilnya, dan sialnya cara lelaki itu memanggil terdengar sangat mesra di telinga Meira. Ini gawat, mungkinkah kelamaan jomlo jadinya gampang baper?
“Ya?” Meira kembali menoleh.
“Besok, apa ada jadwal yang penting?”
Mendapat pertanyaan itu, Meira terlihat berpikir dan mengingat. “Nggak ada, Pak. Minggu depan, jadwal kita benar-benar padat, kemungkinan akan ada meeting setiap hari,” jelas Meira.
“Kalau begitu, besok luangkan waktu kamu, ya?” pinta Darel.
Meira mengerutkan dahinya, “Untuk apa?”
“Mengurus persiapan pernikahan, besok kita ke KUA.” tegas Darel.
“Hah?! secepat itu?! jadi, pernikahan itu benar-benar serius?” Ya jelas Meira terkejut, sebab dia menganggap semua ini hanyalah candaan orang kaya yang sedang gabut. Tapi, Darel kembali mengingatkannya dengan tanda keseriusan yang langsung mengajaknya ke KUA. Benar-benar di luar dugaan.
“Jadi, kamu pikir, aku bercanda? orang tuaku juga bercanda?”
“Bu-bukan begitu, aku kira nggak bakal secepat ini.”
“Ingat utang almarhum bapak kamu, Meira. Ingat ibu dan adik kamu yang sedang butuh pertolongan kamu. Mereka berharap dan nggak punya banyak waktu.” Darel mengingatkan, dengan tampangnya yang cukup serius.
“Ta-tapi—“
“Butuh dua ratus juta, kan?” Darel menaikkan alisnya, bertanya dengan nada angkuh seolah, hanya dialah yang bisa membantu Meira.
“Aku nggak mau merepotkan keluarga kamu, Mas.” pembiacraan ini di luar konteks pekerjaan, maka Meira kembali berbicara tidak formal.
“Aku nggak akan melibatkan mereka, tenang aja. Kamu pikir, aku nggak punya uang sebanyak itu, sampai harus melibatkan ayah dan bunda?”
Meira terdiam, keadaan ini benar-benar membuatnya dilem, dia harus menikah dengan Darel demi dua ratus juta.
🌸🌸🌸