Istri Mungil Kesayangan Raja

Kerajaan Bulan Merah, berdiri ribuan tahun yang lalu di wilayah yang tidak berkaitan dengan dunia modern di mana Jihan hidup sebelumnya.

Kerajaan Bulan merah hanya ada dalam dongeng di dunia modern, tetapi siapa sangka, kerajaan itu dan kerajaan lainnya di dunia tersebut adalah dunia paralel yang tidak diketahui siapapun kecuali Jihan.

Percaya atau tidak, Jihan masuk ke dunia lain dan mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki hidupnya. Tetapi kini masalah lain timbul, rumor buruk tentang putri sah bangsawan Lee menjadi buah bibir di kalangan rakyat jelata bahkan kaum bangsawan.

Rien duduk dengan anggunnya di sebuah restoran paling terkenal di kota Bunga Merah, pusat ibukota kerajaan Bulan Merah, dia mengenakan topi lebar dan cadar penutup wajah untuk menyembunyikan identitasnya. Sampai saat ini sangat jarang orang yang mengenal wajah Rien dan Jihan, anak keluarga bangsawan Lee yang dikenal dijaga dengan ketat karena posisi mereka sebagai kandidat calon wanita istana sangat kuat.

Demikian dengan bangsawan lain, biasanya mereka akan menyembunyikan identitas dan wajah mereka untuk menghindari pembunuhan yang dilakukan antar keluarga sebagai jalan menyingkirkan saingan.

Dia menyeduh teh hitam yang dibawa dari negeri Timur sambil tersenyum mendengarkan bisik-bisik rumor di dalam restoran besar itu.

" Aku tidak percaya kalau putri bangsawan Lee melarikan diri dan menikah dengan seorang jagal!"

"Astaga, dia benar-benar telah menghancurkan reputasi keluarga Lee!"

"Menikah dengan Jagal adalah dosa paling besar di kerajaan ini!"

" Ckckckck... Dia memang tidak punya etika, jika dibandingkan dengan putri tidak sah saja, nona Rien justru lebih cocok menjadi penerus keluarga bangsawan Lee!"

Gosip itu terus merebak, nama Jihan dilecehkan sedang nama Rien dianggap bak seorang malaikat baik hati tanpa cacat dan cela, kekurangannya hanya satu, dia dilahirkan dari seorang selir yang dulunya adalah penari meja di restoran kontroversial!

Rien mengeratkan kepalannya," lihat saja, saat aku menjadi ratu negeri ini, tak seorangpun bisa menghina ibuku dan latar belakang kami! Selangkah lagi aku akan berhasil, begitu seleksi diumumkan, kalian semua akan berlutut saat berhadapan denganku!" Batin Rien penuh ambisi.

Ambisi ingin berkuasa dia dapatkan dari sang ibu yang merayu kepala keluarga Lee dan berhasil mencuri status mendiang ibu Jihan dari keluarga itu. Ambisi yang kuat menghasilkan tekad yang bulat, keduanya dengan tujuan masing-masing berjuang menguasai apapun yang mereka ingin meski dengan cara yang tidak benar sekalipun.

Kabar ini tersiar ke seluruh penjuru kota, menjadikan nama Rien sebagai sosok gadis yang begitu kasihan dan layak mendapatkan anugerah sebagai putri bangsawan dibandingkan Jihan yang malah melarikan diri dan mempermalukan keluarga bangsawan Lee.

Sementara itu, di lembah curam nan dalam, tubuh Jihan dibuang di sana. Perut yang terluka dan darah yang terus menetes.

Bukankah dia sudah mati?

Tidak! Gadis gila itu belum mati.

Sebelumnya saat di kamar mandi, dia dengan nekatnya menusuk perut kirinya. Beruntung dia pernah belajar ilmu forensik hingga memahami titik vital tubuhnya.

Tapi karena benturan dan cuaca ekstrim, Jihan tak kunjung bangun.

Petir menyambar, gelap gulita mulai menelan jurang mayat itu. Siapa yang akan datang ke tempat seperti ini? Tidak akan ada seorangpun yang bisa menyelamatkan Jihan.

Sudah berjam-jam dia ada di sana, hingga hujan mulai mengguyur tempat itu. Gemericik tetesan hujan di permukaan daun membuat suasana kian menyeramkan. Tanah yang tadinya kering kini basah dan berlumpur.

Jihan mengedipkan matanya, gadis gila itu akhirnya bangun dari tidurnya.

" Arrkhhhh!!!" Teriakannya begitu keras dan nyaring, jelas sekali dia berteriak karena kesakitan.

" Buset sakit juga Arrkhhhhh!!" Pekiknya sambil menekan luka tusukan yang dia buat. Jika tidak seperti itu, Rien mungkin akan curiga karena tubuh Jihan sama sekali tidak terluka. Dengan begini Jihan bisa selamat dari maut sambil merencakan pembalasan.

Jihan bangkit dari tanah, jemarinya kotor karena lumpur sedang tubuhnya diguyur hujan, sama sekali tidak ada cahaya, tempat itu gelap dan mengerikan.

Bau busuk bisa tercium dari sana pertanda jurang kematian ini sudah ada penghuni terdahulu.

Jihan merangkak dengan bersusah payah, ternyata tubuh ini tidak sekuat tubuhnya di dunia sebelumnya. Dilempar dari ketinggian menyebabkan kaki gadis itu mengalami patah tulang yang sangat parah.

" Arrkhh... Sialan... Sakit sekali.." rintihnya sambil merangkak mengamankan diri ke bawah pohon besar yang bisa dia lihat melalui cahaya kilatan petir.

Pilihan yang buruk baginya, tetapi tidak ada tempat selain pohon besar raksasa itu. Dia hanya berharap petir tidak akan menyambar pohon itu.

Jihan bersandar, nafasnya terputus-putus, rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya merasa lemah.

" Sialan ! Aku tidak bisa mati di sini, rencanaku baru dimulai!" Gumamnya.

Setelah dua minggu bangkit dari kematian, Jihan beradaptasi dengan dunia itu dan sudah mempelajari seluk beluk keluarga bangsawan Lee.

Jihan di dunia ini selalu mendapatkan perundungan, bahkan kekasihnya memutuskan hubungan dengannya setelah bertemu dan dihasut oleh Rien. Sama seperti di dunia lain, dia mati juga karena Rien dan orang-orang yang mendukungnya.

Sakit memang, tetapi Jihan sudah bertekad untuk membalas dendam pada mereka, oleh karena itu, dia tidak boleh mati di sini.

Jihan hanya berharap petir itu tidak menyambar pohon besar ini dan dia berharap bisa mendapatkan obat di sini, meskipun itu sangat mustahil.

Kilatan petir kian menggila, bak lidah-lidah api yang menyambar tanah. Sekujur tubuh Jihan menggigil kedinginan, dia menatap ngeri pada cuaca ekstrim ini.

Pyaaar!!!

"Aaarkhhh!!!" Pekikan Jihan bersamaan sambaran petir itu menggelegar. Sebuah pohon besar di hadapan Jihan terbakar akibat sambaran ganas dari langit yang mengamuk.

Api berkobar melahap pohon besar disertai guyuran gerimis dan suhu dingin yang ekstrim. Api itu kian membesar, melahap pohon raksasa itu dan mulai membakar ranting-ranting lain.

Jihan terperangah, dia sama sekali tidak ketakutan, " Alam benar-benar menjagaku!" Ucapnya dengan senyuman tipis di bawah gerimis itu.

Kini tempat itu menjadi lebih terang, Jihan bisa melihat jurang itu benar-benar dalam, pepohonan di sana juga sangat banyak. Tetapi ada yang aneh, tugu di puncak tebing itu terlihat sangat familiar di mata Jihan.

Dia berusaha bangkit berdiri, mencoba melihat lebih jelas lagi.

" Ahh... Tidak mungkin!" Ucapnya ragu kala melihat tugu itu.

" Wilayah Perbatasan Kerajaan Bulan Merah dan Kerajaan Azurethra" gumamnya membaca tulisan di tugu tersebut.

Manik mata Jihan membulat sempurna, kedua tangannya membungkam mulutnya saking syoknya dengan fakta di mana dia berada saat ini.

Jihan, berada di jurang kematian sebuah perbatasan dengan wilayah kerajaan Azurethra, sebuah kerajaan yang diselimuti dengan kabut biru, memiliki wilayah lautan terluas dibandingkan Kerajaan lain di dunia itu.

Azurethra biasa disebut dengan Negeri kabut biru, tempat di mana orang berbakat dengan kemampuan hebat dilahirkan. Mereka menjadi negara maritim terbesar di dunia itu.

Rajanya dikenal haus darah, rumor mengatakan bahwa raja yang memimpin sekarang telah membunuh seluruh keluarganya untuk duduk di atas tahta. Bahkan sampai detik ini, sang raja belum menikah karena semua yang dijodohkan kepadanya akan berakhir dengan tebasan di lehernya.

Sang raja bernama Min Guang Lin yang berarti raja yang kuat, berbakat dan hebat. Tetapi nama itu sangat ditakuti oleh semua orang. Sang raja dirumorkan memiliki penyakit gila, di mana saat bulan purnama tiba dia akan menebas siapapun yang ada di sekitarnya.

" Ya Tuhan, apa yang akan terjadi padaku, aku masuk ke Negeri Kabut Biru yang melegenda itu!" Ucap Jihan dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca. Dia meremat kepalanya sendiri, menatap tajam ke arah tugu perbatasan itu.