Judul novel : "MY STUDENT IS MY STUPID WIFE
Ini kisah tentang NANA DARYANANI, seorang mahasiswi cantik yang selalu mendapat bullying karna tidak pandai dalam pelajaran apapun. Nana sudah lama diam-diam naksir dosen tampan di kampusnya, sampai suatu hari Nana ketahuan suka sama dosennya sendiri yang membuat geger seisi kampus.
Bagaimana dengan Sang Dosen, apakah dia juga akan menyukai Nana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gabby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UNGKAPAN HATI JESSI
"Ini luar biasa, bagus Nana, bapak bangga padamu." Ucap pak Henry setelah melihat nilai Nana yang semakin meningkat.
"Kamu harus pertahankan nilai ini, bila perlu kamu harus tingkatkan, bapak harap saat ujian akhir semester nilaimu tidak turun lagi." kata Henry.
"Siap pak, semua ini juga berkat pak Hessel yang sudah sudi membantu saya." kata Nana.
"Iya benar, semangat ya Nana." ujar pak Henry, memberi Nana semangat, Nana membalasnya dengan senyuman.
Jessi dan teman-temannya datang keruangan pak Henry, mereka tidak terima dikalahkan oleh Nana.
"Pak, pasti nilai itu hasil kecurangan, pak Hessel pasti memberi Nana kunci jawaban lembar makanya nilai Nana hanya dalam 1 bulan bisa meningkat, itu mustahil kan teman-teman?" ucap Jessi.
"Iya pak, benar itu, gak mungkinlah mahasiswa paling bodoh sekarang berada di posisi ketiga nilai tertinggi." ucap teman Jessi juga tidak terima Nana mendapat nilai tinggi.
"Tidak pak, itu tidak benar, ini murni hasil kerja keras saya." Nana membela diri, siapa sih yang terima hasil kerja keras malah dibilang hasil kecurangan.
"Kalian tenang dulu, saya tau betul Nana belajar dengan giat dan saya menyaksikan sendiri bagaimana Nana diajar oleh pak Hessel, jadi jangan menuduh orang tanpa kalian tau kebenarannya." tegas Henry.
"Iya pak, tapi tetap saja curang kenapa harus Nana sendirian yang diizinkan les dengan pak Hessel, kami juga mau pak, kami ingin dapat nilai tinggi." kata Jessi.
"Iya pak, kami juga mau les di rumah pak Hessel ramai-ramai." kata teman Jessi serentak.
"Eh gak boleh!" ucap Nana.
"Kenapa tidak boleh? kami datangkan hanya untuk belajar." ketus Jessi.
"Ya gak boleh, aku aja lesnya di kampus." ucap Nana.
"Itu kan kamu, kalau kami beda, kami akan datang langsung ke rumah pak Hessel, benarkan guys?"
"Iya betul-betul, ayo Jes kita cari pak Hessel." ujar teman Jessi.
"Jes, kalian tidak bisa ke sana." Nana mencoba menahan Jessi dan teman-temannya.
"Kenapa tidak bisa, apa kau iri karna kau tidak bisa pergi ke rumah pak Hessel?"
"Tidak aku sama sekali tidak iri."
"Ya suka-suka kami dong, minggir sana." kata Jessi mendorong tubuh Nana yang menghalangi jalannya.
"Nana, biarkan saja." kata Henry.
"Iya pak, tapi..."
"Tapi apa Na, kenapa kamu terlihat bingung?"
"Ah, sa-saya pergi dulu pak."
"Kenapa buru-buru Na?" panggil Henry, namun Nana mempercepat jalannya.
"Ada apa dengan anak itu?" batin Henry sedikit penasaran.
*****
"Aku harus menghalangi Jessi dan teman-teman yang lain, jika tidak maka mereka akan tau hubunganku dengan pak Hessel." ucap Nana, sambil berkeliling kampus mencari Jessi tapi dia tidak berhasil menemukannya.
"Dimana Jessi, apa jangan-jangan dia sudah memberitahu pak Hessel, aku yakin pak Hessel tidak akan membiarkan mereka datang ke rumah." Nana gelisah.
"Nana..." Andrean datang mengangetkan Nana.
"Huah... kamu Drean." Nana kaget.
"Selamat ya Na, aku udah lihat nilaimu sekarang di posisi ketiga paling tertinggi di kampus ini."
"Iya makasih Drean."
"Ngomong-ngomong ngapain kamu dibelakang kampus sendirian?" tanya Andrean karna tidak biasanya Nana mondar-mandir sendirian dibelakang kampus.
"Apa kamu tau Jessi dimana?"
"Kenapa mencari Jessi, bukankah kalian tidak pernah akur."
"Ada hal penting yang mau aku omongin sama dia."
"Hal penting apa Na?"
"Mereka mau ikut les dirumah pak Hessel."
"Oh itu, lalu kenapa kamu yang cemas?"
"A-aku gak cemas kok."
"Kan wajar Na, pak Hessel dosen dikelas kalian, jadi gak heran donk mereka mau diajar les oleh pak Hessel."
"Iya sih, aku pergi dulu Drean, aku harus segera menemukan Jessi." kata Nana sambil berlalu pergi.
"Nana kenapa sih, apa aku ikutin aja kali ya?" gumam Andrean penasaran.
*****
"Pak, gimana nih bentar lagi pasti mereka datang?" kata Nana mulai panik.
"Ya udah kau ngumpet di lemari aja." Jawab Hessel sambil mengarahkan Nana menuju lemari di kamarnya.
"Apa bapak sudah tidak waras? kalau aku tidak bernafas di dalam lemari gimana?"
Ting...tung...
Bel rumah pun berbunyi, Hessel dan Nana memantau ke arah jendela kamarnya, benar Jessi dan kawanan datang beramai-ramai seperti ingin demo besar-besaran.
"Cepat masuk Na." Hessel segera membuka pintu lemari untuk Nana.
"Aku gak mau, lagian ini salah bapak ngapain coba mereka semua bapak terima."
"Aku sama sekali gak setuju mereka datang, mereka tidak mendengarkanku."
"Terus bapak mau membunuhku disini?"
"Cepat masuk Nana, kita tidak punya waktu."
Hessel pun mendorong tubuh Nana masuk ke dalam lemari.
"Jangan di kunci ya pak.
"Iya ini dibuka sedikit biar udara bisa masuk."
"Awas kalau bapak kunci."
"Ya tidaklah Nana, kamu baik-baik disini dan ingat jangan berisik."
"Iya, iya, bapak pergilah temui mereka."
"Ok, ingat ya jangan berisik!"
Hessel pun pergi ke depan untuk membuka pintu, dan menerima murid-muridnya yang datang untuk mendapat les tambahan.
"Selamat sore pak Hessel." ucap mereka serentak.
"Sore, silakan masuk." Hessel mempersilahkan mereka masuk.
"Wah... rumah bapak sangat bagus, apa bapak tinggal sendiri?" tanya Jessi.
"Tidak, saya tinggal bersama ke dua orang tua dan adik saya." jawab Hessel.
"Dimana papa dan mama, bapak?"
"Ah... mereka sedang ke luar kota, mari silakan duduk dulu, saya ambil buku pelajarannya sebentar."
"Baiklah pak." kata Jessi menurut dan duduk.
"Silakan duduk teman-teman, anggap aja rumah sendiri." kata Jessi.
Hessel pergi mengambil buku di kamarnya, sambil memastikan keadaan Nana.
"Nana, kau baik-baik saja kan?" tanya Hessel berdiri di depan lemari tanpa membukanya.
"Saya baik pak, tapi tolong cepat urus mereka semua, saya pengap disini pak." ujar Nana.
"Ok, hanya 30 menit, tolong bersabarlah."
"Iya pak."
*****
30 menit kemudian
"Jika masih ada yang kurang paham, saya beri waktu 10 menit untuk bertanya." ucap Hessel.
"Sudah paham pak, karna bapak yang mengajar pasti mudah kami mencernanya, benarkan teman-teman?" kata Jessi.
"Iya benar pak." jawab mereka serentak.
"Baiklah hari ini saya akhiri cukup sampai disini dulu, besok-besok kita lanjut lesnya di kampus saja." kata Hessel menutup pertemuan dengan murid-muridnya.
Murid-murid yang lain pun pulang, sedangkan Jessi dan Arin tinggal.
"Pak, apa bapak tidak ingin bertanya." kata Arin.
"Maksudmu?" tanya Hessel.
"Ya maksud saya, apa bapak tidak ingin bertanya kenapa Nana tidak ikut les disini."
"Oh, iya memangnya kenapa dia?"
"Nana bilang sama saya, kalau sekarang dia sedang meriang."
"Lalu apa hubungannya dengan saya?"
"Ya bapakkan tau sendiri Nana udah lama suka sama bapak, paling tidak jenguk gitu anak muridnya biar Nana senang." jelas Arin.
"Nana ada-ada saja, dia berbohong pada temannya sendiri." batin Hessel sedikit kesal.
"Iya nanti saya temui dia, sebaiknya kalian pulang ini sudah jam 5 orang tua kalian pasti khawatir."
"Iya pak, saya pamit pulang dulu." ujar Arin sembari berpamitan dengan pak Hessel lalu berlalu pergi.
Sedangkan Jessi dia masih berdiri di depan Hessel.
"Kamu, kenapa masih disini?" tanya Hessel, satu muridnya ini sangat keras kepala.
"Saya mau lihat kamar bapak." kata Jessi.
"Kau tidak waras, saya sendirian dirumah, apa yang orang pikirkan tentang saya nanti."
"Sebentar saja pak, saya penasaran kamar seorang dosen tampan seperti bapak itu seperti apa."
"Jessi, tidak ada yang spesial dari kamar saya sama saja seperti di rumahmu, pergilah saya mau mandi.
"Saya akan menunggu sampai bapak selesai mandi."
"Jessi, hormati saya seperti oranh tuamu, kau pulanglah."
Jessi malah melangkah menaiki tangga tanpa menghiraukan Hessel yang bicara padanya.
"Hah, anak itu, bisa-bisa dia melihat Nana." batin Hessel langsung mengejar Jessi.
"Jessi, Jessi, tunggu." panggil Hessel, Jessi sudah tepat berdiri depan kamarnya.
"Pasti ini kamar bapak kan?" tanyanya, tangannya sudah bersiap-siap untuk membuka pintu.
"Jessi, biar saya yang buka, tapi saya izinkan kamu melihatnya sebentar setelah itu kamu harus pulang ya."
"Siap pak, terima kasih pak tampan." kata Jessi sambil tersenyum menatap Hessel, Hessel malah kesal melihatnya.
"Masuklah, sudah saya bilangkan tidak ada yang istimewa dari kamar saya."
"Ahhh... Enaknya kasur ini." Jessi malah nyelonong langsung merebahkan tubuhnya di ranjang Hessel dan Nana.
Di satu sisi
Nana yang terkurung di dalam lemari mendengar suara Jessi yang berada di dalam kamar mereka.
"Itukan Jessi, ah kenapa pak Hessel membiarkannya masuk, atau jangan-jangan pak Hessel dan Jessi akan..." batin Nana, pikirannya sudah kearah negatif.
"Jessi, ayo bangkit, kamu ini sangat tidak sopan." tegas Hessel, meski Hessel sudah memasang wajah sinis tapi Jessi sama sekali tidak peduli.
"Saya hanya mencoba tempat tidur bapak, itu lemari pakaian bapak ya, pintunya gak dikunci kalau ada maling masuk bapak bisa kecolongan." katanya sambil berjalan menuju lemari dimana tempat Nana bersembunyi untuk menutup lemari milik Hessel.
"Iya, iya saya lupa, biar saya yang menutupnya." kata Hessel menghalangi Jessi, dan Hessel pun mengunci lemarinya seakan dia lupa kalau Nana berada di dalam.
"Arghhh, pak Hessel mengunci pintunya,ya Allah selamatkanlah hamba, bagaimana ini aku bisa kehabisan nafas." batin Nana kebingungan dan sangat ketakutan, Nana tidak tau harus berapa lama dia menunggu Jessi pulang, dan dia bisa keluar dari dalam lemari yang gelap dan pengap setelah pintunya terkunci.
"Pak, kalau boleh saya jujur."
"Iya katakan ada apa?"
"Sa-saya suka sama bapak, iya saya sama seperti Nana dan gadis-gadis lain yang juga menyukai bapak, tapi saya yakin saya ini sangat cantik lebih dari mereka, apa bapak sama sekali tidak tertarik sama saya?" ungkap Jessi.