Tentang seseorang siswa laki-laki bernama Yunan, dia adalah pewaris dari Angkasa Grup. Namun, dia merasa diperlakukan tidak adil oleh ayahnya, semenjak sang ayah menikah lagi. Ayahnya lebih berpihak kepada ibu tiri dan kakak tirinya, yang berambisi mengusai perusahaan. Sementara ibu kandungnya telah meninggal dunia saat dia masih kecil.
Yunan hidup urak-urakan, dia sering mengikuti balapan motor liar di jalanan, bahkan dia sering bermasalah di sekolah. Saat ini dia menjadi siswa kelas 3 SMA di sekolah milik ayahnya. Banyak gadis-gadis yang memuja ketampanannya, mereka menyebutnya pangeran sekolah.
Tidak ada guru yang berani menghukumnya, selain guru biologi, guru cantik itu sama sekali tidak segan kepada Yunan yang notabenenya anak dari pemilik sekolah. Sehingga Yunan sangat kesal kepada guru itu.
Namun bagaimana jika ada sebuah kejadian tak terduga yang membuat Yunan dan guru biologi itu tiba-tiba menjadi sepasang suami-istri? Dan mereka harus merahasiakannya dari siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepakat
"Tentu saja, harus. Bahkan kita bisa melakukan lebih dari ini, akan aku tunjukan kalau aku sudah dewasa, bukan suami bocah yang seperti kamu pikirkan."
Dara menelan salivanya mendengar perkataan Yunan, apa Yunan tersinggung dengan perkataannya? Padahal dia menasehatinya sebagai bentuk perhatian darinya untuk sang suami.
Yunan terkekeh melihat Dara terlihat gugup seperti itu, apalagi wajahnya nampak memerah. "Kenapa gugup seperti itu? Bukankah kamu sudah melihatnya?" godanya.
Yunan memang tidak bisa bersikap dingin terlalu lama pada sang istri.
Dara menjadi salah tingkah ditanyai seperti itu, tapi Dara memilih berpura-pura tidak mengerti dengan pertanyaan dari Yunan. "Me-melihat apa?"
Yunan menggigit bibir bawahnya, dia malah gemas memandangi Dara yang terlihat salah tingkah, dia tak bisa melepaskan padanganya dari Dara. "Besok aku akan berusaha keras untuk mendapatkan nilai 100. "
"Emm... ya aku harap begitu, tapi boleh aku tau hadiah apa yang kamu inginkan dariku? Biar aku nanti belikan apapun yang kamu mau." Dara bertanya seperti itu dengan hati berdebar-debar.
Yunan nampak malu-malu mengatakannya, "Aku ingin..." Kemudian dia melanjutkan bicaranya dengan sebuah bisikan pada Dara.
Seketika mata Dara membulat setelah mendengar hadiah apa yang diinginkan oleh Yunan. "Emm... tapi Yunan..." Dara merasa bingung harus menjawab apa.
"Kau sudah berjanji akan memberikan hadiah apapun yang aku mau, dan aku juga suami kamu, aku berhak untuk memintanya." goda Yunan sambil tersenyum, dia masih merangkul pinggang Dara.
Dara tidak mungkin mengingkari janjinya, lagian bisa saja besok Yunan mendapatkan nilai 90 ke bawah. "Hmm... oke, tapi kamu harus ingat, aku akan memberikannya jika kamu mendapatkan nilai 100. Hanya 100, gak boleh kurang dari itu."
Semoga dia tidak mendapatkan nilai 100_ kata hati Dara.
Yunan tersenyum lebar, dia harap bisa mendapatkan nilai 100 dan menjadikan Dara miliknya seutuhnya. Siapa tau dengan begitu, Dara tidak akan pernah pergi meninggalkannya.
"Apa kita harus beli lingerie?"
"Emm... gak usah, biar...!"
"Aku ingin hadiah aku sangat spesial. Aku ingin merasakan satu hari saja kamu benar-benar menjadi istri aku."
Tanpa Yunan berucap cinta pun, dari sikap dan pandangannya dia sudah menunjukkan perasaannya pada Dara, dan Dara pun menyadari bagaimana perasaan Yunan padanya. Tapi dia lebih nyaman seperti ini, tak ada kata cinta yang terucap dari mereka. Agar Dara tidak merasa bersalah jika dia akhirnya harus meninggalkan Yunan, dia pasti akan meninggalkan bekas luka pada suami bocahnya itu.
...****************...
Setelah mengobati luka di wajah Yunan. Malam ini Dara dan Yunan pergi ke Mall, Yunan ingin membelikan lingerie untuk Dara.
Dara menelan saliva ketika memandangi lingerie-lingerie yang ada disana, dia membayangkan bagaimana dia memakai pakaian haram itu di depan Yunan. Pasti sangat terlihat seksi.
Yunan ingin meminta haknya sebagai seorang suami jika dia mendapatkan nilai 100, walaupun Dara mengiyakan, tapi dia juga kebingungan apa laki-laki seusia Yunan tau itu bagaimana caranya membuat anak.
"Nah ini cocok sekali untukmu!" Yunan memperlihatkan lingerie yang berwarna biru pada Dara.
"Hmm... boleh juga." Dara mengangguk pasrah.
Seorang pelayan toko disana menghampiri Yunan dan Dara, dia tersenyum ramah. "Gak sekalian pakaian dalamnya, Mbak?" tanyanya pada Dara.
Yunan mengiyakan, "Boleh."
Tapi Dara langsung menolak, dia sangat malu jika Yunan melihat pakaian dalam wanita di hadapannya. "Oh gak usah, aku hanya ingin membeli lingerie ini aja."
Dara merebut lingerie berwarna biru dari tangan Yunan.
Pelayan toko tersebut tersenyum memandangi Yunan. "Wah adiknya ganteng banget, Mbak. Sangat pengertian sekali sama kakaknya, sampai mau memilihkan lingerie untuk kakaknya. Suaminya dimana mbak?"
Pelayan toko tersebut mengira Yunan adalah adiknya Dara.
Yunan merasa tersinggung karena di kira adiknya Dara, tapi dia memilih diam saja, walaupun tidak mengenakan hati.
"Cowok ganteng ini suamiku, Mbak." Dara mengatakannya sambil menggandeng tangan Yunan.
Dara paham pasti Yunan tidak enak hati di kira adiknya Dara, karena itu dia memilih untuk mengakui Yunan adalah suaminya, dia berani seperti itu karena dia tidak mengenal pelayan toko tersebut.
Hati Yunan berbunga-bunga dengan perlakuan Dara, dia tersenyum memandangi istrinya yang cantik itu.
"O-oh suami? Maaf ya Mas, Mbak. Saya pikir kalian adik kakak." Pelayan toko tersebut meminta maaf.
