Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Decklan berdecak kesal melihat Pika yang tetap menarik Chaby dan membawanya ke meja mereka. Ia sangat tahu dan jelas sekali terlihat dari matanya kalau gadis itu memang masih takut bertemu mereka.
"Hai semuanya!" seru Pika heboh. Decklan menatapnya datar, Bara diam saja, hanya Andra yang membalas.
Pandangan Bara berhenti ke gadis yang datang bersama Pika, Gadis itu pura-pura menatap kearah lain tiap kali ia menatapnya. Bara sebenarnya ingin minta maaf tapi terlalu gengsi, harga dirinya bisa jatuh didepan banyak orang kalau minta maaf sekarang. Pria itu akhirnya hanya memilih diam dan pura-pura sibuk dengan ponselnya. Meski sesekali ia memperhatikan Chaby dari sudut matanya.
"By, tunggu disini bentar ya, gue mau pesenin makanan." ucap Pika ke Chaby lalu menatap Decklan.
"Kak Decklan jagain temen aku yah, jangan diapa-apain." pintanya ke cowok yang hanya menatapnya malas itu. Pika sengaja menarik tangan Chaby dan membuatnya duduk disebelah Decklan sebelum pergi memesan makanan.
Chaby menunduk takut-takut, Ingin rasanya ia kabur dari situ sekarang juga tapi badannya sudah lemas karena ketakutan.
Gadis itu tidak bersuara sedikitpun dan terus menunduk, ia terlalu takut menatap Bara yang duduk berhadapan dengannya. Di sebelahnya pun ada kak Decklan yang tidak kalah menakutkan dimatanya. Ya ampun, kenapa hidupnya begini amat sih, Pika juga malah meninggalkannya sendirian dengan cowok-cowok itu.
"Lo udah nggak apa-apakan?" Andra membuka suara memecah keheningan, tatapannya lurus ke Chaby.
Bara dan Decklan ikut menatap gadis itu, menunggu jawaban. Mereka ingin tahu apa jawabannya, tapi gadis itu malah terus menunduk dan memilih diam. Ia takut salah bicara.
"Chaby?" panggil Andra lagi. Chaby menghembuskan nafas panjang.
Ia mencoba memberanikan diri mengangkat wajahnya melirik Andra, ia bahkan berusaha keras memaksakan diri untuk tersenyum.
"Lo nggak apa-apakan beberapa hari ini ?" ulang Andra.
"M.. i..iya ng..ngga..ap..apa-apa." jawabnya tersendat-sendat.
Decklan yang tak tahan melihat gadis itu cepat-cepat mengambil gelas berisi air mineral miliknya yang masih setengah isinya itu dan disodorkan ke mulut Chaby tanpa persetujuan gadis itu. Siswi-siswi di kantin yang melihat hal itu jadi ramai berbisik-bisik menatap mereka.
"Minum biar nggak gagap ngomongnya." ucapnya datar.
Ia tidak tahan melihat Chaby yang ketakutan duduk didekat mereka, seperti mereka hantu saja. Chaby yang kebingungan hanya patuh saja ketika Decklan memaksanya minum, padahal ia tidak haus.
Tak lama sesudah itu Pika muncul membuat gadis itu bernafas lega.
"Kak Decklan Chaby kenapa?"
Tanya Pika ikutan bingung juga. Kedua tangannya memegang dua mangkuk bakso yang sudah dipesan tapi matanya fokus ke Chaby yang masih tertunduk.
Decklan tidak menjawab, ia malah mengambil semangkok bakso ditangan Pika itu dan meletakannya didepan Chaby.
"Makan." katanya dengan nada memerintah.
Andra dan Pika saling menatap. Ini pertama kalinya mereka melihat Decklan bersikap begitu pada perempuan, biasanya ia tidak pernah peduli. Apalagi pria itu tadi membiarkan gadis itu minum dari sisa minumannya. Lebih anehnya lagi mereka dibuat cengo oleh sikap Chaby yang tiba-tiba berubah ceria, padahal tadi ia terus menunduk takut-takut. Lihat sekarang...
Mata Chaby berbinar-binar saat melihat makanan didepannya. Sesaat ia lupa akan ketakutannya pada cowok-cowok itu dan cepat-cepat melahap bakso itu dengan wajah senang. Ia bahkan tidak sadar empat makhluk didekatnya sedang menatapnya takjub, mereka heran karena sepiring bakso malah bisa membuat seorang Chaby sebahagia sekarang ini.
"Lo makan juga gi." ucap Andra ke Pika yang dilihatnya masih berdiri sambil memegang makanannya dan menatap Chaby dengan mulut terbuka. Pika yang sadar hanya tersenyum lalu duduk dan ikut makan.
Decklan melirik Chaby sesekali dan tertawa dalam hati. Kalau dilihat terus-menerus ternyata gadis itu sangat menggemaskan. Diam-diam ia merasa senang karena gadis disebelahnya ini menikmati makanannya tanpa rasa takut. Bara melihatnya juga tertawa kecil. Ada rasa lega dihatinya. Selama ini ia selalu memusuhi gadis itu padahal gadis itu tidak punya salah apa-apa. Dirinyalah yang terlalu egois dan selalu berpikir negatif tentang gadis itu.
"Oh ya By, nanti pulang sekolah sampein salam gue ke kak Galen yah." kata Pika dengan mulut penuh makanan. Decklan melirik adiknya itu dengan wajah galaknya seperti biasa.
"Apaan?" sembur Pika menatap Decklan tapi cowok itu tidak berkata apa-apa, hanya memperlihatkan wajah jengkelnya saja.
"Telen dulu makanannya baru ngomong." ucap Andra menasehati. Ia tahu Decklan suka emosi ke adiknya itu apalagi kalau ditantang begitu, makanya ia mencoba untuk menengahi mereka. Kan tidak lucu kalau kakak beradik itu bertengkar didepan banyak orang.
Pika baru saja mau membalas perkataan Andra tapi seseorang tiba-tiba terjungkal kedepan mereka dan membuat bakso didepan Chaby itu tumpah dan tersembur mengenai seragamnya, wajahnya bahkan sampai rambut gadis itu. Mangkoknya jatuh ke lantai hingga pecah membuat keributan dan mengundang perhatian seisi kantin.
😭😭😭😭😭😭