Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 ~ Perintah Menunggu ~
Baru saja Anna mengambil daftar hadir atau attendance record di ruang housekeeping. Anna langsung disapa oleh salah seorang pengawal Ny. Maria. Belum sempat Anna mengisi room assignment sheet-nya gadis itu telah diminta untuk pergi ke ruang kerja Dean Monteiro.
Floor supervisor yang juga berada di ruangan itu hanya bisa terpana. Anna bolak-balik dicari oleh Ny. Maria. Atasan langsung Anna itu merasa heran sekaligus kagum. Menurutnya Anna seorang yang sangat penting hingga dicari-cari oleh Ny. Maria.
“Sebaiknya Nona menunggu Ny. Maria di ruangan Tuan Dean,” ucap pengawal itu.
“Tapi bagaimana dengan pekerjaanku?” tanya Anna.
“Biar aku yang urus nanti. Sebelum Ny. Maria datang lebih Nona sudah berada di ruangan. Jika Ny. Maria yang menunggu dikhawatirkan Ny. Maria menjadi kesal. Ini perintah dari Tuan Dean,” jelas pengawal itu.
“Oh, perintah dari Tuan Dean?” tanya Anna mengulang ucapan pengawal itu seolah tak percaya kalau Dean Monteiro yang memberi perintah.
Dia bisa berpikir juga? Aku pikir dia tidak punya pikiran sama sekali, batin Anna.
“Baiklah, kalau begitu aku permisi dulu, Bu Rita,” pamit Anna pada supervisor.
Supervisor setengah baya itu mengangguk. Matanya tak lepas menatap Anna yang melangkah diiringi oleh pengawal Ny. Maria. Anna melangkah dengan pikiran yang berkecamuk. Membayangkan tatapan mata Ny. Maria yang tajam juga ucapan-ucapannya yang merendahkan.
Anna beberapa kali menghembuskan nafas berat. Lalu menoleh ke arah pengawal yang melangkah diam dibelakangnya. Anna tak habis pikir bagaimana orang itu bisa betah bekerja pada Ny. Maria.
“Hmm, kenapa ada ruang kerja Tuan Dean di hotel ini? Apa … dulunya Tuan Dean memang bekerja di hotel ini?” tanya Anna dengan ragu-ragu pada pengawal itu.
“Di setiap hotel yang dimiliki Tuan Monteiro, tersedia ruangan kerja untuknya. Tadinya ruangan itu milik Tn. Monteiro, sekarang diserahkan pada Tuan Dean,” jelas pengawal itu.
“Oh, apa Tuan Monteiro memutuskan untuk pensiun? Hmm, maksudku beliau tidak mengurusi bisnisnya lagi?” tanya Anna.
“Benar Nona. Sejak Tuan Dean memutuskan menikah dengan Anda. Tuan Monteiro menyerahkan bisnisnya pada Tuan Dean ….”
“Kenapa?” tanya Anna heran.
“Tadinya Tuan Monteiro tidak percaya pada Tuan Dean. Sejak Tuan Dean memutuskan untuk menikah, Tuan Monteiro mulai percaya pada Tuan Dean ….”
“Padahal Tuan Dean selalu membuat ulah. Selalu memancing kemarahan Tuan Monteiro?” ucap Anna pelan seolah berkata pada dirinya sendiri.
“Nona tidak tahu bagaimana Tuan Dean dulunya. Sekarang Tn. Dean sudah jauh lebih baik,” jawab pengawal itu.
Haah, kacau balau begitu dianggap jauh lebih baik? Batin Anna.
Anna ingin bertanya lagi tapi mereka telah sampai di ruangan Dean. Anna masuk dan masih tidak ada siapa-siapa di situ. Anna dipersilahkan duduk dan menunggu.
“Tuan Dean bilang jika Nona yang menunggu lebih dulu, mungkin kemarahan Ny. Maria tidak begitu besar lagi,” jelas pengawal itu.
Masa sih? Apa iya karena datang duluan bisa membuat kemarahan Ny. Maria mereda? Apa iya bisa melupakan kemarahan yang kemaren-kemaren? Nggak mungkin, batin Anna sambil menunduk menatap lantai.
“Nona! Aku pergi dulu. Aku akan temui floor supervisor untuk mengurus daftar hadir Nona hari ini. Silakan menunggu Ny. Maria dan Tuan Dean saja,” ucap pengawal Ny. Maria.
“Ya baiklah. Terima kasih,” ucap Anna pada pria berbadan tegap itu.
Pria itu mengangguk lalu menutup pintu ruang kerja Dean. Anna menunggu dengan hati yang deg-degan. Kali ini Anna berharap perkiraan Dean benar. Jika telah menunggu, kemarahan Ny. Maria sedikit mereda.
“Oh, sudah di sini rupanya? Kamu memang hebat membuat aku malu ya!” seru Ny. Maria begitu muncul dari balik pintu.
Kejadian yang begitu cepat hingga Anna tidak menyadari kalau telapak tangan Ny. Maria telah mendarat di pipi Anna. Dean yang muncul belakangan terpana melihat perlakuan ibunya pada Anna. Gadis yang sontak menyentuh pipinya itu menoleh ke arah Dean dengan tatapan yang bertanya-tanya.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...