Amira Khairinisa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23.
Setelah selesai shalat, seperti biasa Amira selalu berdzikir dan membaca Al-Qur'an serta berdoa.
Karena setiap Amira terbangun dan juga sudah melaksanakan shalat, Amira jarang sekali kembali tertidur, dan menghabiskan waktunya untuk menunggu adzan subuh dengan cara mengaji atau belajar, seperti saat ini.
Namun, situasi belajarnya saat ini berbeda dari sebelumnya, yang awalnya dia suka belajar di meja belajar, namun kali ini dia harus membawa bukunya ke lantai bawah.
Tepatnya di ruang tengah, di mana saat ini suaminya itu tengah tertidur.
Amira yang sudah sampai di lantai bawah pun langsung duduk di sofa, dan dia langsung belajar tanpa bersuara, karena dia takut menganggu Fajar yang sedang tertidur dengan pulasnya.
...🖤🖤🖤🖤🖤...
" Fajar, bangun, waktunya shalat subuh." panggil Amira setelah dirinya sudah melaksanakan shalat subuh, dia pun dengan suara lembut dan pelan membangunkan Fajar.
Walaupun terdengar begitu lembut, tetapi suara itu berhasil menarik Fajar dari alam bawa sadar nya.
" Kenapa kamu tidur disini?" tanya Amira, saat Fajar sudah membuka kedua kelopak matanya dengan sempurna.
" Saya terlalu cape kalau harus naik ke lantai atas." jawab Fajar dengan suara berat khas baru bangun tidur.
Amira pun langsung mengangguk pelan, entah kenapa, kini dia muncul rasa sakit ketika mendengar alasan Fajar seperti itu.
Alasan Fajar kalau dia tidur di sofa itu karena hanya sebuah kelelahan saja, tanpa Amira tau bahwa itu semua berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi.
" Jadi, yang nyelimutin aku tadi bukan kamu?" tanya Amira, dengan rasa sedikit kecewa di hatinya.
Kali ini entah kenapa dia sangat berharap, jika Fajar lah yang melakukan itu untuk dirinya.
" Saya yang nyelimutin kamu tadi." jawab Fajar jujur.
Dia mendadak menjadi tidak rela jika Amira berpikiran kalau orang lain lah orang yang sudah menyelimuti dirinya.
" Bukanya tadi kamu bilang, kalau kamu tadi cape untuk ke lantai atas?" tanya Amira, dengan kedua alisnya yang terangkat merasa bingung.
Perlu di tegaskan kembali bahwa selimut itu berada di lantai atas, sehingga Fajar orang yang pasti akan mengambil selimut itu dari kamarnya Amira, dan langsung menggunakan selimut itu untuk dia menyelimuti Amira.
" Ya, saya cape kalau harus bolak-balik karena udah ngambilin selimut kamu di atas, jadi saya lebih memilih untuk tidur di sini daripada harus balik lagi ke atas." jelas Fajar tanpa menatap Amira.
" Kenapa gak naik lift?" tanya kembali Amira, karena dia mengingat kalau rumah itu tersedia fasilitas lift juga.
" Males." jawab singkat Fajar, yang membuat Amira semakin bingung.
" Mau ke mana?" tanya Amira begitu melihat Fajar yang langsung bangkit dari sofa itu.
" Shalat, mau ikut?" tanya balik Fajar, sambil menaikan salah satu alisnya.
Dan Amira pun langsung menggelengkan kepalanya.
" Enggak, aku udah tadi."
" Lain kali kalau mau shalat bangunin saya terlebih dahulu, biar saya yang jadi imam kamu nantinya." ucap Fajar sambil membalikkan badannya membelakangi Amira, dan mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah lift.
" Kamu mau imami aku?" tanya Amira, membuat Fajar langsung menghentikan langkahnya.
" Kalau saya enggak mau mana mungkin saya nyuruh kamu untuk bangunin saya lebih awal, kenapa?, kamu enggak mau saya imani?" tanya kembali Fajar, dengan posisinya yang masih membelakangi Amira.
" Enggak, aku mau!" jawab langsung Amira tanpa berpikir lagi.
Karena siapa juga orang, dan istri mana yang tidak mau diimani dalam shalatnya oleh suaminya sendiri?, sepertinya tidak ada.
" Oke, malam nanti saya yang akan imani kamu." ucap Fajar.
Dan diapun langsung melanjutkan kembali langkahnya hingga memasuki Area lift.
TO BE CONTINUE.