Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Kini semuanya sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan. Abimana memulai pembicaraan lebih dulu.
"Maaf Abah, di daerah sini yang ada pusat perbelanjaan dimana ya ?" tanya Abi di sela sarapannya.
"Ada di ujung desa, di sana ada jalan utama lalu mengarah ke kanan. Lurus saja nanti akan menemukan gedung besar pusat belanja." sahut Abah Yusuf.
Aisyah hanya diam tak menanggapinya secara langsung. Namun dalam hati ia sungguh sangat penasaran dengan pertanyaan Abimana.
"Memangnya ada apa nak Abi ?" tanya Abah Yusuf.
"Ah tidak, aku hanya ingin mengajak Abah dan keluarga untuk berbelanja dan makan bersama di luar. Rasanya hanya ingin membahagiakan kalian selama aku di sini." kata Abi memberi senyum simpulnya.
"Ooh seperti itu. Abah ikut Umi saja, jika Umi setuju maka Abah akan ikut. Bagaimana Umi ?" sahut Abah Yusuf dan menanyakan pada istri tercintanya.
"Jika tidak merepotkan nak Abi, insyaallah Umi bersedia." sahut Umi Aisyah bijaksana.
"Baiklah kalau begitu, terimakasih sudah bersedia. Setelah sarapan aku akan menyiapkan semuanya." kata Abi.
***
Abimana dan Aisyah masih berada di kamar. Sedangkan Abah Yusuf, Umi Nisa dan Ibrahim sudah menunggu di ruang tamu. Bahkan supir juga sudah menyiapkan mobil untuk keluarga Aisyah atas perintah Abimana. Namun dua pasangan pengantin baru itu belum juga kelihatan batang hidungnya.
"Apa jadi pengantin baru akan selalu berjam-jam jika berada di dalam kamar Mi ?" tanya Ibrahim yang kesal karena sudah hampir satu jam menunggu.
"Tidak, mungkin mereka berdua sedang ada kesibukan sedikit." sahut Umi Nisa menutupi.
Sedangkan Abi dan Aisyah di dalam kamar masih saja bermesraan. Lebih tepatnya Abi yang menjahili Aisyah masih ingin berlama-lama untuk berduaan.
"Mas, ayo kita sudah di tunggu. Nanti Abah bisa marah. Abah tidak suka menunggu, dan tidak suka orang yang tidak tepat waktu." kata Aisyah lembut dan menunduk yang duduk di pangkuan Abi atas kemauan nya.
"Baiklah, cium aku sekali lagi. Rasanya sulit sekali melepaskan bibir ini dari bibirmu Aisyah. Aku ingin terus seperti ini." ujar Abi memeluk pinggang Aisyah yang ada di pangkuannya.
Kini Aisyah menuruti perintah suaminya untuk menciumnya sekali lagi.
Tak lama kini keduanya sudah turun dari tangga. Ibrahim yang melihatnya menjahili keduanya.
"Wah, Raja dan Ratu kita baru datang. Ck..ck.." Ibrahim menahan kesalnya karena menunggu sampai satu jam.
"Ibrahim.. jaga ucapanmu." kata Abah Yusuf.
"Maaf Bah membuat lama menunggu. Tadi tidak sengaja ada telfon dari klien di Australi. Mau tidak mau aku harus menerimanya. Karena ini meeting penting di perusahaan. Maafkan saya sudah membuat Abah dan Umi menunggu lama." kata Abi tersenyum simpul.
"Tidak apa-apa nak Abi, yang penting tidak ketiduran di kamar." sahut Abah membuat Abi menahan malu nya.
"Ya sudah ayo Bah, Umi. Kita jalan sekarang." ajak Abi dengan sopan mempersilahkan yang lebih tua berjalan lebih dulu.
Kini semuanya sudah berada di dalam mobil. Abimana menyuruh supir untuk menunggu di pesantren sambil istirahat. Sedangkan Abi yang menyetirnya. Abah Yusuf duduk di samping Abimana. Aisyah, Umi Nisa dan Ibrahim duduk di belakang. Selama perjalanan tak ada pembicaraan. Abah Yusuf masih menahan kesalnya karena menunggu cukup lama. Abi yang tahu suasana sudah mulai tidak enak, memulai pembicaraan lebih dulu.
"Mm Abah, saya sudah menyiapkan sesuatu untuk Abah dan Umi sebuah hadiah istimewa. Jika Abah dan Umi sudah tahu. Saya harap Abah dan Umi tidak menolaknya." ujar Abi dengan suara hangat nya agar suasana kembali hangat.
"Apa itu nak Abi ?" sahut Abah Yusuf.
"Nanti di pusat belanja Abah dan Umi akan tahu." kata Abi lagi sesekali melirik menatap mertuanya dengan senyuman karena sambil menyetir.
Sedangkan Aisyah hanya diam lebih memilih melihat ke arah luar jendela menyimak pembicaraan. Ibrahim yang biasanya banyak bicara juga lebih banyak diam karena masih kesal dengan Abimana.
Tak berselang lama, kini mereka sudah sampai di Mol terbesar di kota itu. Abi dan keluarga sudah di sambut oleh para pelayan disana. Abah Yusuf dan keluarga merasa heran setelah keluar dari mobil. Kenapa begitu semeriah ini menyambut kedatangannya. Dan tiba-tiba ada satu seorang pelayan mengalungkan sebuah kain panjang pada Abah Yusuf, Umi Nisa dan Ibrahim. Mereka yang mendapat perlakuan itu merasa heran.
"Ada apa nak Abi ? Kenapa harus seperti ini ?" tanya Abah Yusuf sudah mulai tersenyum karena di perlakukan spesial oleh menantunya.
"Kita masuk dulu bah. Nanti Abah akan tahu." kata Abimana merangkul bahu mertuanya dan membawanya masuk.
Sementara Abi mengesampingkan Aisyah lebih dulu demi kebahagiaan mertuanya.
Setelah sampai di bagian pintu utama, ada beberapa pelayan menggunakan pakaian batik membungkuk menyambut kedatangan keluarga Kiyai Yusuf.
"Assalamualaikum selamat siang Bapak dan Ibu Yusuf. Ini ada bingkisan dari kami mohon di terima ya Pak, Bu ?" ujar pelayan itu ramah dan memberikan paper bag kecil.
Abah Yusuf, Umi Nisa dan Ibrahim yang penasaran segera membuka kotak tersebut. Setelah di buka betapa terkejutnya Abah Yusuf dan yang lainnya saat melihat isi nya.
"Subhanallah.. Nak Abi ini.." Ujar Abah Yusuf tak sanggup berkata-kata karena mendapatkan hadiah yang spesial dan sangat istimewa.
Abimana yang melihat ekspresi mereka hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Sedangkan Aisyah hanya di buat kagum setelah melihat isinya namun tidak mendapatkannya.
"Umi, Abah sedang tidak bermimpi kan ?" Abah Yusuf bergetar dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Abah, Alhamdulillah akhirnya kita bisa datang kerumah Allah Bah." sahut Umi Nisa yang sudah menangis haru setelah melihat isi kotak tersebut.
Ya, Abimana menghadiahkan Umroh untuk kedua mertua dan kakak iparnya. Rencana ini sudah di rencanakan sejak tiga hari Abi tinggal disana. Saat sholat subuh berjamaah pagi itu, Abi mendengar ceramah di masjid pondok tentang haji dan umroh.
Disana hati Abimana terketuk untuk membawa kedua mertua dan kakak iparnya untuk Umroh. Dan hari inilah Abi menghadiahkan itu dengan memberi kejutan spesial. Semua anak buahnya ia kerahkan untuk mempersiapkan segalanya yang datang jauh dari jakarta.
Abimana mendekat pada kedua mertuanya dan memeluk Abah Yusuf karena Abah Yusuf sesenggukan sambil terus menatap kotak tersebut.
"Saya harap Abah dan Umi akan bahagia mendapatkan hadiah dariku." ucap Abi memeluk Abah Yusuf.
Abah Yusuf yang sudah tak sanggup bicara memeluk menantunya dengan begitu eratnya.
"Terimakasih nak. Ini memang impian Abah sejak dulu. Terimakasih." tak henti-hentinya Abah Yusuf mengucapkan terimakasih di pelukan Abi.
***
Kini suasana haru sudah berlalu. Kini semuanya sudah berada di rumah makan mewah yang sudah di pesan Abimana dengan ruangan yang spesial tentunya.
"Nak Abi, apa hanya kita bertiga saja yang berangkat Umroh ? Kau dan Aisyah apa tidak ikut juga ?" tanya Abah Yusuf penasaran kenapa pasangan pengantin itu tidak juga ikut bersama.
"Aku dan Aisyah nanti akan menyusul. Sudah aku rencanakan untuk bulan madu juga di Dubai. Agar sekalian satu arah." sahut Abi membuat Aisyah tersedak.
"Uhuk..Uhuk.."
Abimana yang terkejut melihat Aisyah tersedak langsung mengambilkan minum untuknya. Setelah dirasa sudah lega, Abi kembali bicara.
"Abah, Umi dan Ibrahim juga akan di temani Mamaku dan Papah. Mama dan Papah juga akan berangkat Umroh bersama Abah dan keluarga. Nanti akan berangkat menggunakan pesawat pribadiku agar tidak memakan banyak waktu perjalanan." kata Abi lagi membuat Aisyah terharu hampir meneteskan air matanya.
Aisyah yang menganggap suaminya itu dingin angkuh dan membenci keluarganya. Ternyata hatinya bak malaikat surga.
"Masyaallah mas Abi, semoga kebaikanmu akan mendapat balasan yang baik juga suatu saat nanti. Ais harap, mas Abi akan berubah menjadi imam yang lebih baik kedepannya." gumam Aisyah dalam hati sembari menatap suaminya lekat.
...----------------...
Bersambung...
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma