Marriage Is Scary...
Bayangkan menikah dengan pria yang sempurna di mata orang lain, terlihat begitu penyayang dan peduli. Tapi di balik senyum hangat dan kata-kata manisnya, tersimpan rahasia kelam yang perlahan-lahan mengikis kebahagiaan pernikahan. Manipulasi, pengkhianatan, kebohongan dan masa lalu yang gelap menghancurkan pernikahan dalam sekejap mata.
____
"Oh, jadi ini camilan suami orang!" ujar Lily dengan tatapan merendahkan. Kesuksesan adalah balas dendam yang Lily janjikan untuk dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Syndrome, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Skincare Time
Sepanjang perjalanan pulang, Lily dan Isaac hampir tak bisa menahan kantuk yang mulai menyerang setelah seharian di pantai. Begitu sampai di rumah, Lily langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa.
Lily menikmati keempukan sofa yang seakan menyambut kelelahan tubuhnya.
“Ah, akhirnya bisa istirahat,” gumamnya pelan, matanya hampir terpejam.
Isaac memperhatikan Lily dengan senyum lembut yang terselip di bibirnya. Tubuhnya mungkin lelah, tetapi melihat Lily bersantai dengan nyaman di sofa membuat rasa lelahnya sirna. Dia mendekat dan duduk di tepi sofa, lalu menyentuh pipi Lily dengan lembut.
“Sayang, kamu harus bersihin wajah dulu. Masih ada sisa make-up sama debu yang menempel,” ujar Isaac sambil tersenyum penuh perhatian.
Lily bergumam malas, “Nanti aja… aku ngantuk.” Namun, dia tidak membuka mata, tetap dalam posisi berbaring santai, bahkan terlihat lebih nyaman setelah mendengar suara lembut Isaac.
Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Isaac bangkit dan menuju meja rias di kamar. Di sana, dia mengambil sebotol micellar water dan beberapa kapas lembut, lalu kembali duduk di samping Lily.
Dengan lembut, Isaac mulai membersihkan wajah Lily, menyapukan kapas basah ke pipi, dahi, dan dagu, menyingkirkan sisa make-up dan kotoran dari kulitnya. Tangannya bekerja dengan telaten, gerakan yang lambat dan penuh kasih sayang.
Lily, yang masih terpejam, tersenyum kecil saat merasakan sentuhan lembut Isaac. Perasaannya menjadi hangat, merasa diperhatikan dengan penuh ketulusan.
“Baik banget, sih,” ujar Lily dengan mata terpejam.
“Iya dong, kan abis ini minta jatah,” kata Isaac sambil tertawa kecil.
Lily hanya mendengus, dia terlalu lelah untuk menanggapi candaan Isaac.
Isaac memperhatikan wajah Lily yang tampak lebih bersih dan segar. Dalam momen yang tenang itu, dia menundukkan kepala dan mengecup bibir Lily dengan lembut.
Sentuhan itu singkat, namun cukup untuk membuat Lily membuka matanya, terkejut tapi tersenyum malu-malu.
“Kenapa tiba-tiba cium?” tanya Lily sambil tersenyum, masih dalam setengah kantuk.
Isaac hanya tertawa kecil. “Karena kamu cantik natural,” jawabnya, suaranya terdengar rendah namun penuh kehangatan.
Isaac mengusap rambut Lily, memperhatikan wajahnya yang kini tampak lebih bersih dan segar.
“Kita mandi bareng, yuk,” ajak Isaac seraya berdiri, lalu mengembalikan micellar water pada tempat semula.
“Duluan aja,” jawab Lily.
Tak menghiraukan penolakan Lily, Isaac mengulurkan tangannya, mengajaknya menuju kamar mandi. Mau tak mau Lily menyambut uluran tangan itu dan berjalan beriringan menuju kamar mandi.
Di kamar mandi, mereka berdua masuk ke dalam shower, air hangat mulai mengalir dan membasahi kulit mereka, menyapu bersih sisa-sisa pasir pantai dan lelah yang mereka bawa.
Dengan lembut, Isaac menyapukan jari-jarinya melalui rambut Lily, membilasnya dengan hati-hati. Sambil sesekali tertawa bersama, mereka berbagi cerita dan menikmati waktu dalam suasana yang begitu intim namun penuh kasih sayang.
Ketika semua lelah terasa sirna, mereka pun menyudahi mandi dan berbalik untuk kembali ke kamar.
Setelah berpakaian dengan rapi, Lily dan Isaac duduk di atas ranjang, saling berhadapan dengan produk perawatan wajah yang sudah Lily siapkan.
Lily memandang Isaac dengan senyum geli yang sudah siap untuk perawatan wajahnya malam itu.
“Sebelum tidur, kita harus pake skincare dulu biar besok makin glowing,” ujar Lily seraya mengeluarkan beberapa produk untuk dipakai.
Isaac hanya mengangguk pasrah. Dia menurut dengan apapun yang akan Lily lakukan pada wajahnya.
“Oke, pertama, kita mulai pake masker,” ujar Lily sambil mengambil kemasan masker. Dia mencolek sedikit krimnya dengan jari, lalu mendekat ke wajah Isaac.
“Yang rapi, loh,” Isaac mengingatkan dengan wajah serius, meskipun sebenarnya dia berusaha menahan senyum.
“Tenang aja. Aku jamin, hasil akhirnya bakal bikin kamu betah ngaca,” jawab Lily sambil terkikik, mulai mengaplikasikan masker lembut itu di wajah Isaac.
Dengan telaten, dia mengoleskan masker secara merata di dahi, pipi, hidung, dan dagu suaminya. Isaac mengangkat alisnya saat Lily menekan lembut di sekitar hidung dan tulang pipinya, menghilangkan ketegangan di wajahnya.
“Rasanya dingin ya,” komentar Isaac sambil memejamkan mata, menikmati perhatian Lily.
Setelah selesai dengan Isaac, Lily mengaplikasikan masker yang sama di wajahnya. Isaac menyaksikan dengan tertarik, merasa aneh namun menikmati setiap momen.
Ketika mereka sudah selesai mengaplikasikan masker, Lily berkata, “Oke, sekarang kita harus tunggu sampe maskernya kering, baru kita bilas.”
Mereka berdua menunggu dalam diam, sesekali saling melempar senyum sambil menonton acara ringan di TV. Beberapa menit kemudian, Lily memeriksa wajah Isaac.
“Nah, udah kering, ayo, bilas.”
Mereka berdua pergi ke wastafel kamar mandi dan mulai membilas masker dari wajah masing-masing. Isaac berkali-kali membasuh wajahnya sambil sesekali tertawa karena sisa masker yang menempel di kulitnya, sementara Lily menunjukkan cara membilas yang benar.
Setelah selesai, mereka kembali ke tempat semula dan Lily mengambil botol kecil berisi serum bening.
“Sekarang, ini bagian yang penting, serum,” kata Lily sambil membuka tutup botol dan mengambil beberapa tetes serum di tangannya.
Lily mendekatkan tangannya ke wajah Isaac dan dengan lembut memijatkan serum di pipi, dahi, dan leher Isaac. Sentuhannya lembut dan menenangkan, Isaac hanya memejamkan matanya, merasa nyaman dengan setiap gerakan Lily.
“Biar kulit kamu lembab dan sehat,” jelas Lily sambil tersenyum.
Begitu selesai dengan Isaac, Lily mengaplikasikan serum di wajahnya sendiri, mengulangi gerakan memijat lembut yang sama.
Lalu dia melanjutkan ke langkah berikutnya, pelembab. Mengambil krim kecil dari jar, Lily mengoleskan krim itu di wajah Isaac dengan gerakan memutar yang ringan, memastikan setiap sudut wajah Isaac terhidrasi sempurna.
“Aku adalah Malika, yang kau rawat dengan sepenuh hati,” goda Isaac sambil membuka matanya sejenak dan tersenyum tipis.
“Dan aku adalah Pak Tani, yang akan merawatmu hingga pantas kujual,” jawab Lily polos, membuat keduanya tertawa.
Setelah itu, Lily menyelesaikan rutinitas skincare malam lainnya. Ketika skincare selesai, kulit mereka terasa segar dan lembut. Isaac meraba pipinya dengan takjub.
“Wow, kulitku jadi halus banget,” komentarnya sambil terkekeh.
“Halus dan tampan,” jawab Lily sambil tersenyum puas.
Malam itu, mereka menutup skincare routine dengan perasaan nyaman, puas, dan penuh tawa. Merawat kulit bersama ternyata bukan hanya tentang skincare, tetapi juga tentang saling berbagi kehangatan dan keintiman di setiap sentuhan lembut dan perhatian kecil yang diberikan.
Lily dan Isaac berbaring di tempat tidur, saling mendekap dalam keheningan yang nyaman. Tangan Isaac merengkuh Lily, membiarkan mereka saling berbagi kehangatan dan perlindungan.
Lily tersenyum puas, merasa beruntung memiliki momen sederhana namun begitu berarti ini bersama suaminya.
“Makasih untuk semuanya,” bisik Lily sambil mengeratkan pelukannya pada Isaac.
“Aku yang seharusnya berterima kasih sayang,” jawab Isaac lembut.
Dalam dekapan itu, mereka tertidur, hati mereka tenang, dipenuhi cinta yang seolah tiada habisnya.
biar semangat up aku kasih vote utkmu thor