NovelToon NovelToon
Demi Menjaga Kewarasan

Demi Menjaga Kewarasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Zia Ni

Jelita Putri Maharani adalah seorang perempuan cantik berumur 27 tahun yang menjadi piatu sejak dia masih duduk di kelas V SD.

Suatu ketika, papa Jelita sakit keras dan sebelum meninggal dia meminta putri kesayangannya itu untuk menikah dengan Rico Putra Permana, pria tampan berumur 30 tahun anak dari sahabat papanya dengan maksud agar Jelita ada yang menjaga.

Namun siapa sangka, 2 bulanan setelah pernikahan, Jelita mulai melihat sifat asli suami, mertua dan adik iparnya yang membuat emosi Jelita makin lama makin naik.

Bagaimanakah kisah selengkapnya? Yuk simak novel ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 3 Pikiran Licik

Kegiatan pindahan dilanjutkan keesokan harinya karena keluarga Baskoro sudah merasa lelah, ditambah lagi barang-barang yang diangkut tinggal jenis mebeuler.

Sore itu tampaklah Bik Sumi dan Wati sedang menyiapkan makan malam di dapur, sementara Jelita sedang menulis daftar belanjaan yang akan dibeli di pasar esok harinya karena persediaan di kulkas sudah menipis, apalagi sekarang penghuni di rumahnya sudah bertambah 3 orang.

"Besok pagi ikut aku belanja di pasar ya, Wat," kata Jelita.

"Jam berapa, Mbak?" tanya Wati sambil mengiris wortel tipis-tipis untuk campuran sayur tumis sawi putih yang akan dimasak nanti.

"Kalau jam 4 gimana? Kamu bisa kan?" lanjut perempuan cantik berumur 27 tahun itu.

"Iya Mbak, bisa."

"Kamu lagi di sini, Ta? Kamu sedang nulis apa itu?" Dewi yang baru datang di dapur sekaligus ruang makan menghampiri menantunya.

"Besok kamu mau belanja Ta? Belanja di mana?" lanjut wanita berumur 48 tahun tersebut setelah tahu jika yang ditulis Jelita adalah daftar belanjaan yang jumlahnya lumayan banyak.

"Iya Buk, biasa di pasar," sahut perempuan cantik itu.

"Belanjanya sama Ibuk dan Rico saja ya, kebetulan Ibuk juga sudah lama gak belanja ke pasar. Paling-paling belanjanya kalau gak di penjual sayur keliling ya di toko dekat rumah," Dewi menawarkan diri karena ada maksud tersembunyi.

"Memangnya Ibuk dan Mas Rico gak capek?" Kan boyongannya masih belum selesai," ucap Jelita.

"Besok tinggal ngangkut barang-barang mebeuler Ta, itu pun kita juga ngupah 2 orang untuk bantu angkat-angkatnya," jelas ibu mertuanya.

"Terserah Ibuk saja. Coba tanya sama Mas Rico dia bisa apa gak, soalnya besok berangkat jam 4 pagi, biar Bik Sum masak sarapannya gak kesiangan," kata perempuan berumur 27 tahun tersebut.

"Aku bisa kok, Dik," tahu-tahu Rico sudah muncul di ruang makan lalu duduk di kursi yang ada di sebelah kanan istrinya.

"Besok aku gak jadi ngajak kamu ya, Wat. Kamu kerjakan saja tugasmu seperti biasa," Jelita meralat ajakannya tadi.

"Iya, Mbak."

"Malam ini gak ada lauk ayam goreng, Ta?" tanya ibu mertuanya setelah sepasang matanya tidak melihat ada daging ayam di dapur.

"Gak ada Buk, besok saja goreng ayamnya, soalnya persediaan ayam di kulkas sudah habis," jawab perempuan cantik itu apa adanya.

"Kamu sama Rico sudah 2 bulan nikah kok masih tidur di kamar terpisah sih, Ta?" Dewi mengubah pembicaraannya ke topik yang lebih serius.

"Aku masih belum sreg, Buk," kata Jelita terus terang.

"Makanya kalian berdua itu harus sering melakukan kegiatan berdua. Jalan-jalan ke mana kek, makan malam bareng, liburan bareng atau apa gitu. Biar kalian makin akrab," ucap istrinya Baskoro yang tidak direspon oleh menantunya karena Jelita sudah tahu niat tersembunyi keluarga suaminya, apalagi kalau bukan soal harta.

"Buk, besok hari Rabu aku butuh uang untuk kegiatan kuliah lo," Sisca yang baru bergabung di ruang makan sengaja berkata seperti itu karena ada kakak iparnya. Peka dengan situasi, Jelita pun langsung bangkit berdiri.

"Mau kemana, Dik?" tanya Rico.

"Aku capek Mas, mau rebahan sebentar," jawab perempuan cantik itu lalu langsung meninggalkan ruang makan.

"Mau Mas pijitin?" lanjut Rico dengan mengikuti langkah istrinya yang berjalan menuju ke kamarnya.

"Gak usah Mas, aku gak biasa dipijit sama laki-laki," sahut Jelita yang langsung menutup pintu kamarnya kembali dan menguncinya dari dalam tanpa mempedulikan ekspresi suaminya yang terbengong menghadapi sikap dinginnya.

Sementara itu, Dewi dan Sisca semakin dongkol hatinya ketika melihat Jelita yang sengaja menghindar saat mereka butuh dukungan keuangan, tanpa tahu sebagian besar biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan rumah itu termasuk gaji pembantu dari siapa.

Karena Rico dan Jelita sudah meninggalkan ruang makan, ibu dan anak perempuannya itu pun juga ikutan demikian karena tentu saja mereka merasa tidak nyaman jika ngobrol masalah privasi keluarga dan terdengar oleh ART.

"Kamu beneran butuh biaya untuk kegiatan kuliah?" tanya Dewi dengan suara agak pelan setelah berada di kamar anak perempuannya.

"Beneran lo Buk, Sisca gak bohong," jawab gadis berumur 20 tahun itu.

"Memangnya kamu butuh duit berapa?" lanjut wanita tersebut.

"Sekitar 1 jutaan, Buk," sahut Sisca berbohong karena biaya untuk kegiatan kuliahnya sebenarnya tidak sampai 600 ribu.

"Nanti kalau Mas mu sudah gajian, minta saja ke dia. Kalau Mas mu gak mau ngasih ya minta saja ke Jelita," ucap Dewi dengan berbisik.

"Memangnya Bapak gak punya uang to, Buk?" tanya gadis itu.

"Untuk saat ini kamu jangan minta duit ke Bapakmu dulu, kebutuhan kita bulan ini lumayan banyak," wanita tersebut mengingatkan anak perempuannya.

"Tapi minta duit ke Jelita itu gak gampang lo, Buk," ucap Sisca terus terang dengan suara pelan.

"Makanya kita berusaha agar bisa dekat dengan Jelita, biar dia gak pelit sama kita," usul Dewi.

"Kenapa gak kita guna-guna saja dia, Buk?" tiba-tiba saja pikiran gadis itu ngelantur.

"Kamu kalau ngomong jangan ngawur lo, Sis. Kamu pikir biaya ke dukun itu murah? Bisa ratusan juta tahu," tegur wanita berumur 48 tahun tersebut seraya mendorong kepala anak perempuannya dengan jari telunjuk kanannya.

"Ya cari dukun yang murah saja Buk, yang penting Jelita jadi nurut sama kita," Sisca masih saja ngotot dengan idenya.

"Sudah sudah, jangan bahas soal dukun lagi, yang penting kita harus berusaha bagaimana caranya agar Jelita bisa simpati sama kita," ujar Dewi.

Jam 7.13 malam...

Setelah keluar dari kamar, Jelita pun lalu melangkah menuju ke ruang makan dan melihat menu makan malam sudah siap tersaji di atas meja.

"Bik Sumi sudah ngambil nasi, sayur dan lauk untuk 3 orang?" tanya perempuan cantik itu.

"Belum Mbak, saya gak berani ngambil duluan. Takut dibilang nyisani tuan rumah," jujur Bik Sumi dengan polosnya.

Memaklumi prinsip Bik Sumi yang menjunjung adab ketimuran, Jelita pun lalu mengambil tempat nasi, mangkok dan piring dari rak perkakas makan.

Saat perempuan cantik itu sedang memindah nasi dari magic com ke tempat nasi, datanglah bapak dan ibu mertuanya lalu langsung duduk di 2 kursi yang mengelilingi meja makan.

"Kamu ngambilkan nasi untuk siapa, Ta?" tanya Baskoro penasaran dengan masih setengah ngantuk.

"Saya kan punya 3 ART Pak, mereka juga butuh makan malam," jawab Jelita terus terang.

"Kenapa kamu yang mesti repot-repot ngambilkan sih, Ta? Mereka kan bisa ngambil sendiri," sela Dewi yang akhirnya malu sendiri karena tidak direspon oleh menantunya.

"Sedari tadi Bapak kok gak lihat Pak Seno sama sekali, dia kemana, Ta?" lanjut bapak mertuanya.

"Pak Seno saya mintai tolong untuk nggantikan Bagas di toko bahan material Pak, soalnya hari ini waktunya Bagas dapat jatah libur kerja," terang perempuan cantik itu yang kali ini gantian mencedok sayur.

1
Saad Kusumo Saksono SH
bagus
Kezia Suhartini: trimakasih untuk apresiasinya... 🙏
total 1 replies
Idahas 3105
sdh numpang gak mau bantu2 lagi
Idahas 3105
beuhhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!