NovelToon NovelToon
Mentari Di Balik Kabut

Mentari Di Balik Kabut

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Percintaan Konglomerat / Fantasi Wanita
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Fika Queen

Roseane Park, seorang mahasiswi semester akhir yang ceria dan ambisius, mendapatkan kesempatan emas untuk magang di perusahaan besar bernama Wang Corp. Meskipun gugup, ia merasa ini adalah langkah besar menuju impian kariernya. Namun, dunianya berubah saat bertemu dengan bos muda perusahaan, Dylan Wang.

Dylan, CEO tampan dan jenius berusia 29 tahun, dikenal dingin dan angkuh. Ia punya reputasi tak pernah memuji siapa pun dan sering membuat karyawannya gemetar hanya dengan tatapan tajamnya. Di awal masa magangnya, Rose langsung merasakan tekanan bekerja di bawah Dylan. Setiap kesalahan kecilnya selalu mendapat komentar pedas dari sang bos.

Namun, seiring waktu, Rose mulai menyadari sisi lain dari Dylan. Di balik sikap dinginnya, ia adalah seseorang yang pernah terluka dalam hidupnya. Sementara itu, Dylan mulai tergugah oleh kehangatan dan semangat Rose yang perlahan menembus tembok yang ia bangun di sekelilingnya.

Saat proyek besar perusahaan membawa mereka bekerja lebih dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fika Queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 9

Keesokan harinya, suasana di kantor menjadi semakin tegang ketika sebuah kabar mengejutkan tersebar. Data penting perusahaan bocor ke luar, dan Dylan dipanggil langsung oleh manajemen pusat untuk memberikan penjelasan. Selama rapat darurat, ia menerima laporan bahwa kebocoran itu terkait dengan salah satu komputer yang digunakan Rose.

Setelah rapat selesai, Dylan kembali ke ruangannya, pikirannya dipenuhi oleh kekhawatiran dan rasa tidak percaya. Ia memanggil Rose melalui telepon internal untuk datang ke ruangannya.

Rose memasuki ruangan dengan ekspresi ragu, tetapi ia mencoba untuk tetap tenang. “Ada yang bisa saya bantu, Pak Dylan?” tanyanya dengan nada profesional, meski ada kegelisahan yang tak bisa disembunyikan di matanya.

Dylan menatapnya serius. “Rose, aku ingin bicara soal ini,” katanya sambil menunjukkan laporan di tangannya. “Ada indikasi bahwa data perusahaan telah bocor melalui akses komputermu. Aku tahu ini mungkin kesalahpahaman, tapi aku perlu mendengarmu langsung. Apa kau sadar ada yang aneh belakangan ini?”

Rose terdiam, ekspresinya berubah dari bingung menjadi panik. “Apa? Tidak mungkin, Pak Dylan! Saya tidak pernah membuka atau membagikan data perusahaan ke siapa pun!”

“Aku percaya padamu, Rose,” kata Dylan, nada suaranya lebih lembut. “Tapi ini masalah besar. Kita harus mencari tahu siapa yang sebenarnya ada di balik ini. Mungkin ada seseorang yang mencoba menjebakmu.”

Rose mengangguk pelan, tetapi pikirannya berputar liar. Ia teringat bahwa seminggu lalu ia pernah meninggalkan mejanya sebentar saat istirahat makan siang, dan komputernya saat itu tidak terkunci. Namun, ia tak ingin menyalahkan siapa pun tanpa bukti. “Saya bersedia membantu menyelidikinya, Pak. Apa pun yang diperlukan.”

Dylan merasa lega mendengar jawabannya, tetapi ia tahu ini belum cukup. “Baik, kita akan segera memeriksa log akses dan melibatkan tim IT. Aku ingin ini ditangani secepat mungkin.”

Beberapa hari kemudian, hasil investigasi menunjukkan bahwa seseorang telah mengakses komputer Rose menggunakan akun login-nya. Namun, rekaman CCTV memperlihatkan hal yang mengejutkan. Dylan terdiam ketika melihat rekaman itu di mejanya: seorang pria yang ia kenal baik masuk ke ruangan Rose, memanfaatkan ketidakhadirannya. Itu adalah Junho.

Pikiran Dylan berkecamuk. Apa yang sebenarnya direncanakan Junho? Dan mengapa ia kembali, tetapi justru membawa masalah yang semakin menjerat Rose? Di sisi lain, ia merasa tidak mungkin Rose mengetahui tentang ini, karena ekspresinya saat dituduh sangat tulus.

Sore harinya, Dylan memutuskan untuk tidak langsung memberi tahu Rose. Ia ingin berbicara terlebih dahulu dengan Junho. Ia menemukan kontak lama Junho di file pribadinya, lalu mengirim pesan singkat: “Kita perlu bicara. Temui aku di kafe tempat biasa kita bertemu dulu.”

Kini, Dylan berada di tengah dilema yang jauh lebih besar. Tidak hanya soal perasaannya kepada Rose, tetapi juga soal kepercayaan dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin. Dan ia tahu, apa pun yang terjadi selanjutnya, akan mengubah segalanya.

***

Malam itu, Dylan duduk di sudut kafe, menunggu Junho dengan segelas kopi yang sudah dingin. Pandangannya lurus ke depan, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Ketika Junho akhirnya datang, ia tampak tenang seperti biasanya, seolah tak ada yang salah. Ia duduk di hadapan Dylan, menganggukkan kepala kecil sebagai sapaan.

“Langsung saja, Junho,” ujar Dylan tanpa basa-basi. “Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau mencuri data perusahaan melalui akses Rose?”

Junho menatap Dylan, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis. “Jadi, kau sudah tahu,” ujarnya tenang. “Kupikir akan butuh waktu lebih lama sebelum kau menyadari.”

“Jawab pertanyaanku,” desak Dylan, matanya tajam. “Apa motifmu? Dan apa yang kau inginkan dari semua ini?”

Junho menghela napas, menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Kau ingin tahu kenapa? Sederhana, Dylan. Karena aku ingin Rose kembali padaku.”

Dylan terdiam sejenak, mencerna jawaban itu. Ia merasa marah, tetapi ia menahan diri. “Apa hubungannya dengan mencuri data perusahaan? Apa kau pikir ini akan membuat Rose menghormatimu?”

Junho tersenyum miring. “Bukan soal hormat, Dylan. Aku ingin kau terlihat buruk di mata Rose. Aku ingin dia tahu bahwa orang yang dia percayai, orang yang mungkin dia mulai cintai, adalah seseorang yang gagal menjaga kepercayaannya. Itu bagian dari rencanaku.”

“Rencana?” Dylan menahan emosi, tangannya mengepal di bawah meja. “Kau tidak hanya menjebakku, kau juga menyeret Rose ke dalam ini. Apa kau tahu betapa dia terluka karena ini?”

Junho mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap Dylan dengan dingin. “Dia tidak akan terluka jika kau menjauh darinya. Aku hanya ingin dia tahu bahwa aku masih ada untuknya. Bahwa aku, meskipun dengan cara yang berbeda, lebih mengenalnya daripada siapa pun, termasuk kau.”

Dylan mendengus, mencoba tetap tenang meski amarahnya sudah di ujung. “Apa kau pikir Rose akan menerimamu setelah tahu kau memanfaatkan kepercayaannya? Kau sudah mencemarkan namanya, membuatnya terlihat seperti pengkhianat di perusahaan ini.”

Junho menatap Dylan tajam, tetapi ada kilatan keraguan di matanya. “Dia tidak perlu tahu. Tidak jika kau tutup mulut. Aku melakukan ini bukan untuk melukai dia, Dylan. Aku hanya ingin memperbaiki sesuatu yang hilang.”

“Memperbaiki?” Dylan menekan suaranya agar tetap tenang. “Junho, jika Rose tahu soal ini, dia tidak akan pernah memaafkanmu. Kau tidak hanya merusak kariernya, kau juga menghancurkan kepercayaan yang dia punya untukmu. Apa itu yang kau sebut memperbaiki?”

Junho terdiam, untuk pertama kalinya ekspresinya berubah serius. “Aku tahu risikonya,” gumamnya. “Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku kehilangan dia, Dylan. Aku tidak bisa berdamai dengan kenyataan itu.”

Dylan menarik napas dalam, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Junho, jika kau benar-benar peduli pada Rose, kau tidak akan melakukan ini. Kau tidak akan menjadikannya alat untuk membalas dendam atau memuaskan egomu. Jika kau ingin dia bahagia, kau harus membiarkannya memilih jalannya sendiri, meskipun itu berarti dia tidak bersamamu.”

Junho menunduk, tampaknya terpengaruh oleh kata-kata Dylan. Tetapi, ia segera mengangkat kepala lagi, mencoba mempertahankan kesombongannya. “Kita lihat saja, Dylan. Kau boleh mengatakannya sekarang, tetapi aku tahu kau juga takut kehilangan dia.”

Dylan berdiri, menatap Junho dengan tegas. “Aku memang takut kehilangannya, tapi aku tidak akan mengorbankan dia untuk ego atau rencanaku sendiri. Jika kau terus seperti ini, aku tidak hanya akan melindungi Rose, aku juga akan memastikan kau bertanggung jawab atas semua yang sudah kau lakukan.”

Junho tidak menjawab, hanya menatap punggung Dylan yang perlahan meninggalkan kafe. Ketika Dylan melangkah keluar ke udara malam yang dingin, ia tahu satu hal pasti. Ia tidak bisa membiarkan Rose menjadi korban dalam permainan ini. Ia harus melindunginya, apa pun yang terjadi.

Di apartemennya, Rose menatap gelang anyaman di tangannya, pikirannya dipenuhi kebingungan. Ia belum tahu bahwa dunia di sekitarnya sedang berubah, bahwa kebenaran tentang Junho dan Dylan sedang menuju padanya seperti badai yang tak terelakkan.

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!