Andrea, seorang gadis yang memiliki profesi sampingan sebagai joki balap liar itu tidak pernah merasa tidur dengan pria mana pun bahkan dengan kekasihnya sendiri. Namun gadis muda itu sangat terkejut karena tiba-tiba saja hamil, sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Atau justru ada konspirasi jahat di balik ini semua?
Gerrard pria kaya raya yang sangat menginginkan seorang anak, namun Lucy yang telah ia nikahi selama 5 tahun itu tak menginginkannya karena wanita itu sudah sangat bahagia meskipun tanpa adanya anak lagipula hamil hanya akan merusak bentuk tubuhnya yang ideal. Oleh karena itu Lucy rela mencari seorang wanita pengganti yang mau melakukan inseminasi dari benih suaminya agar mereka tetap memiliki keturunan.
"Dasar gadis brandalan awas saja jika terjadi sesuatu pada bayiku," ancam Gerard ketika mengetahui wanita yang telah mengandung anaknya sedang mengikuti sebuah balap liar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~19
"Laki-laki ba ji ngan, tentu saja jika aku yang mengalaminya aku pasti akan menolak."
Andrea nampak geram mendengar cerita sang kekasih perihal Maxim yang ingin menyewakan rahim pacarnya demi uang, padahal tanpa gadis itu tahu itu semua adalah cerita Julian sendiri.
Melihat kekasihnya sangat geram Julian pun nampak kesulitan menelan ludahnya sendiri, padahal ia menggunakan sahabatnya sebagai perumpamaan. Bagaimana jika gadis itu tahu jika itu adalah masalahnya sendiri? Bisa-bisa hari ini juga ia akan di putuskan. Tidak, ia tidak bisa berpisah darinya karena ia sangat mencintainya. Meskipun ia bukan pria yang baik tapi cintanya sangatlah tulus.
"Ten-tentu saja aku juga kurang setuju dengan perbuatannya, ngomong-ngomong lain kali jika bertemu dengan Max tolong jangan bahas hal ini ya. Karena dia pasti malu dan keberatan jika masalahnya menjadi topik pembicaraan teman-temannya." Mohon Julian yang nampak sedikit gugup.
"Hm, tenang saja aku tak sedekat itu dengannya." Sahut Andrea meyakinkan, gadis itu masih nampak syok dengan cerita pria itu. Wanita bodoh mana yang rela anak suaminya di kandung oleh wanita lain, dunia ini benar-benar sudah gila pikirnya.
Beberapa saat kemudian Julian pun pamit pulang dan di sinilah kini pria itu berada, di sebuah bar bersama dengan Maxim. "Mabuk takkan membuat masalahmu beres, Jul." Ucap Maxim mengingatkan ketika sahabatnya itu tak berhenti meneguk minumannya.
"Aku tahu, tapi paling tidak aku bisa sedikit melupakannya." Sahut Julian yang terlihat sangat frustrasi.
Tiba-tiba nampak beberapa orang datang mendekati meja mereka dan Julian pun langsung mengangkat wajahnya menatap mereka.
"Ck, di sini kamu rupanya. Apa sudah ada uangnya?" Ucap Blanco to the point, sebelumnya pria itu mencari Julian di bengkelnya tapi pria itu tak ada di sana.
"Ini baru dua hari jika kamu lupa," sahut Julian acuh lantas kembali meneguk minumannya.
"Aku hanya mengingatkan saja bro, siapa tahu kamu lebih tertarik dengan opsi kedua yaitu menyerahkan Andrea padaku dan ku jamin kamu tak perlu mengembalikan uang itu dan motormu pun akan ku berikan dengan sukarela." Ucap Blanco memberikan saran namun Julian langsung menggebrak meja lantas beranjak dari duduknya menatap geram pria itu.
"Awas saja jika kamu berani menyentuhnya !!" Ancamnya seraya menarik kerah kaos Blanco dengan kasar.
"Hei bro jangan main kasar dong," Teman-temannya Blanco pun langsung memisahkan mereka.
Julian yang telah di pengaruhi alkohol pun nampak tak bisa mengendalikan emosinya hingga membuat pria itu langsung melayangkan pukulannya pada wajah Blanco dengan keras hingga membuat pria itu langsung terhuyung ke belakang.
"Kau !!" Blanco yang hampir jatuh pun nampak geram lantas memerintahkan teman-temannya untuk membalasnya.
"Beri dia pelajaran dan kau jangan ikut campur !!" Perintahnya lantas menunjuk ke arah Max agar tetap di tempatnya.
Kini Julian nampak di seret lalu di pukuli oleh mereka dan ketika Maxim akan membantu mengingat sahabatnya itu sudah tak berdaya Blanco langsung menahannya.
"Dia bisa mati !!" Teriak Max namun Blanco justru tersenyum sinis seakan perbuatannya begitu membanggakan.
"Berhenti !!" Tiba-tiba suara bariton seseorang menghentikan perbuatan kriminal mereka dan semuanya pun langsung menoleh ke sumber suara.
"Dasar pengecut beraninya main keroyokan," ucap Tom seraya melangkah mendekat. Rahangnya pun langsung mengeras ketika mengetahui siapa pemuda yang menjadi korban mereka.
Mereka yang tak mengenali pria penuh tato itu pun nampak melangkah mundur dan langsung kabur meninggalkan tempat tersebut, sedangkan Max langsung menolong Julian yang sudah tak sadarkan diri.
"Biar aku yang membawanya ke rumah sakit, dia adikku." Ucap Tom ketika Max berusaha mengangkat tubuh Julian dan pemuda itu pun langsung menurut ketika pria itu membawa sang sahabat pergi dari sana.
"Jadi dia kakaknya Julian," gumamnya. Selama ini sahabatnya itu memang jarang sekali membahas keluarganya.
Keesokan harinya....
Pagi itu Lucy nampak bangun pagi-pagi sekali karena ada janji bertemu dengan Tom, salah satu fotografernya. Hubungan mereka selama ini memang hanya sebatas rekan kerja dan pria juga sangat irit bicara hingga membuatnya kurang akrab tidak seperti dengan fotografer lainnya.
"Cantik sekali istriku pagi-pagi begini," puji Gerard ketika memeluk istrinya yang sedang merias wajahnya. Rasanya pemandangan seperti ini sangat langka mengingat wanita itu jarang sekali bangun pagi.
"Sebenarnya aku juga malas tapi ini pekerjaan penting sayang," sahut Lucy seraya menatap suaminya dari pantulan cermin depannya.
"Semangat sayang, mau ku antar?" Tawar Gerard kemudian, dan sang istri pun langsung berbalik badan.
"Bukankah kamu ada meeting pagi ini, hm?" Ucapnya seraya mengusap lembut rahang pria itu yang di penuhi bulu-bulu halus yang baru tumbuh dan terasa sedikit kasar di tangannya.
Gerard langsung menyentuh tangan wanita itu di rahangnya. "Aku bisa membatalkannya jika kamu mau," ucapnya menanggapi. Pandangan pria itu nampak penuh hasrat menatapnya.
Lucy pun langsung menarik tangannya kembali. "Tidak, kamu tak perlu melakukan itu." Sahutnya lantas mengambil tasnya dan berlalu dari hadapan pria itu.
"Ayo sayang nanti kamu terlambat !!" Ajaknya sebelum meninggalkan kamarnya tersebut.
Gerard nampak membuang napasnya, lantas dengan berat hati melangkah mengikuti wanita itu menuruni anak tangga.
"Selamat pagi sayang-sayangnya mama," ucap nyonya Kim ketika melihat anak dan menantunya itu menuruni tangga dengan bergandengan tangan.
"Duh romantis sekali kalian mama dan papa berasa ngontrak," seloroh wanita itu kemudian.
"Selamat pagi mama, papa." Sapa Lucy seraya menarik kursi untuk ia duduki.
"Selamat pagi," sapa Gerard juga.
"Pagi," sahut Tuan Adrian yang terlihat sedang membaca surat kabar pagi itu.
"Ngomong-ngomong hari ini kami akan berangkat lagi, kalian baik-baik ya di sini." Ucap nyonya Kim di tengah mereka sarapan.
"Kenapa kalian tidak tinggal lebih lama?" Gerard pun nampak kecewa karena harus berpisah dengan mereka lagi.
"Nanti kami akan sering-sering pulang," sahut sang ibu meyakinkan.
"Benarkan, pa?" Imbuhnya seraya menatap ke arah sang suami.
"Benar, apalagi ada cucu kami pasti akan lebih sering tinggal di sini." Timpal tuan Adrian dan itu membuat Lucy nampak berpandangan dengan Gerard.
"Mudah-mudahan 2 tahun lagi ya pa, jadi selama dua tahun ini kita puas-puasin liburannya dulu." Tukas nyonya Kim menanggapi namun sang suami hanya diam saja dan fokus dengan surat kabarnya.
Tiba-tiba suasana sarapan pagi itu nampak tak nyaman akibat pembahasan seorang anak dan itu membuat Lucy semakin tak sabar untuk mendapatkan seorang wanita yang akan menyewakan rahimnya. Meskipun rencananya itu belum tentu di setujui oleh mertuanya tapi paling tidak mereka pasti akan menerima jika bayi itu sudah lahir, jadi sementara waktu biarlah itu menjadi rahasianya dan suaminya saja.
mulutmu julian pinter banget ngelesnya, lu berisik kayak kaleng rombeng p😒😒😒🤭🤭🤭
entah kenapa aku sebel banget sama karakter julian yg kakak bikin ini,,,
biasamya gk sampai segininya🤭🤭🤭
Julian nikmati sekarang untuk mberikan kasih sayang yg lebih utk Andrea...Krn klo dh ketauan bahwa kehamilan Andrea adalah ulah mu Julian, siap siap ja kehilangan Andrea 😏😏😏