NovelToon NovelToon
Bangkitnya Lady Antagonis

Bangkitnya Lady Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Achaa19

Karin, seorang editor buku yang sibuk, terbangun dalam tubuh Lady Seraphina Ashbourne, seorang karakter antagonis dalam novel percintaan terkenal yang baru saja ia revisi. Dalam cerita asli, Seraphina adalah wanita sombong yang berakhir tragis setelah mencoba merebut perhatian Pangeran Leon dari tokoh utama, Lady Elara.

Berbekal pengetahuannya tentang plot novel, Karin bertekad menghindari takdir suram Seraphina dengan mengubah cara hidupnya. Ia menjauh dari istana, memutuskan untuk tinggal di pinggiran wilayah Ashbourne, dan mencoba menjalani kehidupan sederhana. Namun, perubahan sikapnya justru menarik perhatian banyak pihak:

Pangeran Leon, yang mulai meragukan perasaannya pada Elara, tiba-tiba tertarik dengan sisi "baru" Seraphina.

Duke Cedric Ravenshade, musuh terbesar keluarga Seraphina, yang curiga terhadap perubahan sifatnya, mendekatinya untuk menyelidiki.

Sementara itu, Lady Elara merasa posisinya terancam dan memulai rencana untuk menjatuhkan Seraphina sebelum hal-hal di

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Bab 24: Langkah Baru

Setelah pertarungan epik melawan Lord Albrecht dan pasukannya, suasana di Duskwood akhirnya mulai tenang. Namun, meskipun mereka berhasil mengalahkan kegelapan yang mengancam dunia mereka, ketegangan masih terasa di udara. Leon, Karin, dan Eira berdiri di tengah reruntuhan benteng, kelelahan yang mendalam menghantui tubuh mereka. Mereka telah melalui banyak ujian, tetapi perjalanan mereka belum berakhir. Dunia yang mereka selamatkan kini membutuhkan mereka untuk membangun kembali, meskipun setiap langkah terasa lebih berat dari yang mereka bayangkan.

Leon duduk di atas batu besar yang tergeletak di tanah, tubuhnya dipenuhi rasa sakit yang menyiksa. "Kita telah menang, tapi aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang," katanya dengan suara lemah. Mata Leon menatap jauh ke depan, mencoba menemukan harapan di tengah kehancuran.

"Leon, kamu masih bisa bertahan," Karin berkata sambil mendekat, menyentuh bahunya dengan lembut. "Kami akan melalui ini bersama-sama. Kita akan menyembuhkan dunia ini."

Eira, yang berdiri beberapa langkah di belakang mereka, menatap langit yang cerah. "Kegelapan telah pergi, tapi kita masih harus berhadapan dengan kenyataan," katanya, suaranya penuh keheningan. "Kita perlu mengumpulkan kembali potongan-potongan dunia yang rusak ini."

Meskipun mereka berbicara tentang masa depan, ada kesedihan yang tersembunyi dalam kata-kata mereka. Mereka telah kehilangan banyak dalam perjalanan ini, dan meskipun musuh mereka telah jatuh, luka-luka yang mereka bawa tetap terasa.

Beberapa hari setelah kemenangan mereka, kehidupan di Duskwood perlahan kembali ke ritme normal. Warga yang sebelumnya terjebak dalam bayang-bayang ketakutan kini mulai merasakan kebebasan. Mereka merayakan keberhasilan Leon, Karin, dan Eira, yang telah mengalahkan kejahatan yang telah mengancam mereka begitu lama. Namun, meskipun perayaan itu terjadi, Leon merasa seperti ada sesuatu yang hilang di dalam dirinya. Sebuah kekosongan yang sulit dijelaskan.

"Kita tidak bisa terus seperti ini, kan?" Leon berkata pada Karin dan Eira saat mereka berjalan bersama menuju sebuah perkemahan yang aman. "Meskipun kita telah mengalahkan musuh, kita harus menatap ke depan. Dunia ini membutuhkan pemulihan, dan kita harus memimpin jalan itu."

Karin mengangguk, matanya berbinar. "Kamu benar, Leon. Tapi kita akan melakukannya bersama-sama. Kita akan membangun kembali, tidak hanya dunia, tetapi juga diri kita sendiri."

Eira menatap mereka dengan ekspresi serius. "Kita telah memilih jalan ini. Tidak ada lagi yang bisa menghentikan kita. Kita akan membuat dunia ini lebih baik."

Bulan-bulan berikutnya penuh dengan kerja keras. Leon, Karin, dan Eira mulai menjelajahi dunia yang telah mereka selamatkan, bertemu dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia. Mereka membantu membangun kembali desa-desa yang hancur, menyembuhkan luka-luka emosional yang ditinggalkan oleh perang, dan membawa harapan baru di tengah kegelapan yang telah lama melanda.

Namun, meskipun mereka berhasil mengatasi banyak tantangan, ada kekhawatiran yang selalu menghantui Leon. "Apakah kita benar-benar bisa memperbaiki semua yang telah rusak?" tanya Leon pada Karin suatu malam, ketika mereka berdua duduk di luar tenda yang mereka dirikan di dekat desa yang baru dibangun.

Karin memandang Leon dengan senyuman lembut. "Tidak ada yang sempurna, Leon. Kita hanya bisa mencoba sebaik mungkin. Dan selama kita melakukannya bersama-sama, aku yakin kita bisa mengubah dunia ini."

Eira, yang baru saja kembali dari perjalanan jauh, bergabung dengan mereka. "Kekuatan kita bukan hanya terletak pada kemampuan kita untuk bertarung," katanya dengan bijak. "Tapi juga pada kemampuan kita untuk memberi inspirasi kepada orang lain. Kita telah menjadi simbol harapan. Dunia ini membutuhkan lebih banyak pemimpin yang bisa menginspirasi. Kita akan menjadi itu."

Namun, di balik semua upaya mereka untuk membangun dunia baru, ada pengorbanan yang tak terlihat. Leon mulai merasakan perubahan yang lebih dalam. Kekuatan Bloodstone yang telah ia gunakan untuk mengalahkan musuh kini mulai memberikan dampak yang lebih besar pada tubuhnya. Meskipun tubuhnya tampak kuat di luar, di dalam, kekuatan itu mulai merusak keseimbangannya.

Suatu malam, ketika Leon terbangun dari tiduran yang gelisah, ia merasa tubuhnya seolah-olah ditarik ke dalam kegelapan yang sama yang pernah ia hadapi saat melawan Lord Albrecht. "Aku harus mencari cara untuk mengatasi ini," bisiknya pada dirinya sendiri. Namun, ia tahu bahwa mencari solusi berarti melibatkan pengorbanan besar.

Karin dan Eira, yang selalu berada di sisinya, merasakan perubahan itu. "Leon, kita akan mencari cara untuk membantu kamu," Karin berkata dengan penuh perhatian.

"Jangan khawatirkan aku," Leon menjawab dengan senyum lemah. "Kita sudah berjuang terlalu lama untuk menyerah sekarang."

Namun, meskipun Leon berusaha untuk tetap kuat, ia tahu bahwa jalan mereka masih panjang. Keputusan yang telah ia buat dalam pertempuran terakhir—penggunaan Bloodstone—akan memiliki konsekuensi yang lebih besar di masa depan.

Dengan hati yang penuh tekad, Leon, Karin, dan Eira melanjutkan perjalanan mereka untuk membangun dunia yang lebih baik. Namun, perjalanan mereka tidak hanya akan menguji kekuatan fisik mereka, tetapi juga kekuatan emosional mereka. Mereka akan menghadapi tantangan baru yang mungkin lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan.

"Apa yang terjadi pada kita, tidak akan menghentikan kita," Leon berkata dengan penuh keyakinan, meskipun tubuhnya mulai merasa lelah. "Kita akan terus berjuang, untuk mereka yang telah kita selamatkan."

Dengan langkah-langkah kecil, tetapi penuh semangat, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Dunia baru yang mereka impikan, dunia yang bebas dari kekuatan gelap, mulai terbentuk di depan mata mereka. Namun, apakah mereka benar-benar siap untuk menghadapi semua tantangan yang ada? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Setelah berbulan-bulan bekerja keras membangun kembali dunia yang hancur, kehidupan di Duskwood mulai pulih. Namun, meskipun dunia luar semakin damai, di dalam diri Leon ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan. Kekuatan Bloodstone yang telah digunakannya untuk mengalahkan Lord Albrecht kini mulai memberi dampak fisik yang lebih nyata. Setiap hari, ia merasakan semakin banyak energi gelap yang menggerogoti tubuhnya, semakin banyak kerusakan yang ia rasakan. Ia tidak bisa lagi menahan rasa sakit yang datang dalam gelombang-gelombang yang menyakitkan.

Suatu malam, saat mereka berkumpul di perkemahan, Leon memutuskan untuk berbicara dengan Karin dan Eira mengenai kondisinya. "Aku tidak bisa terus seperti ini," katanya dengan nada serius, mata yang biasanya penuh semangat kini dipenuhi dengan kelelahan yang dalam. "Kekuatan yang kupakai... semakin menguasai tubuhku."

Karin dan Eira yang sedang duduk di dekat api perkemahan terdiam. Mereka sudah mulai merasakan perubahan pada Leon, meskipun ia berusaha keras menyembunyikan penderitaannya. Karin, yang sudah lama mengenal Leon, mendekat dengan wajah cemas. "Leon... apa maksudmu?"

"Aku mulai merasakan sesuatu yang lebih buruk. Kekuatan Bloodstone semakin menguasai tubuhku. Aku tidak bisa mempertahankan diri selamanya." Leon menghela napas panjang. "Mungkin aku harus mencari cara untuk menghilangkan pengaruhnya. Tetapi... itu bukan hal yang mudah."

Eira, yang biasanya diam, menatap Leon dengan penuh perhatian. "Jika itu yang harus dilakukan, kami akan mendukungmu. Jangan mencoba menanggungnya sendiri."

Leon tersenyum lemah, namun senyum itu tak mampu menyembunyikan rasa sakit yang ada di matanya. "Aku tahu kalian akan selalu ada untukku, tapi ini adalah keputusan yang harus aku buat sendiri."

Keputusan itu membawa mereka pada perjalanan yang baru, jauh dari Duskwood. Mereka mulai mencari informasi tentang bagaimana mengatasi kekuatan Bloodstone yang merusak tubuh Leon. Setelah mendengar rumor tentang sebuah tempat suci yang dikatakan mampu menyembuhkan penyakit sihir, mereka memutuskan untuk mencarinya.

Perjalanan itu penuh dengan tantangan. Mereka melewati hutan belantara, melewati gunung-gunung terjal, dan bertemu dengan berbagai makhluk yang tidak ramah. Namun, semangat mereka tidak pudar. Leon bertekad untuk bertahan, meskipun tubuhnya semakin lemah, sementara Karin dan Eira terus memberikan dukungan yang tak tergoyahkan.

Suatu malam, mereka tiba di sebuah desa kecil yang dikenal dengan keberadaannya yang dekat dengan tempat suci yang mereka cari. Desa itu tampak sunyi, penduduknya lebih banyak diam daripada berbicara, seolah menyimpan banyak rahasia.

"Di mana kita bisa menemukan tempat suci itu?" Karin bertanya pada seorang penduduk desa yang tampaknya lebih terbuka dibandingkan yang lainnya.

Penduduk itu menatap mereka sekilas, lalu berkata dengan suara pelan, "Tempat itu jauh dari sini, tersembunyi di dalam pegunungan yang gelap. Hanya mereka yang benar-benar membutuhkan yang akan menemukannya."

Leon menatap Karin dan Eira, berpikir sejenak. "Ini mungkin perjalanan terakhirku," katanya, suaranya berat. "Tapi aku akan melakukannya, untuk kita semua."

Perjalanan menuju tempat suci bukanlah perjalanan yang mudah. Mereka harus melewati banyak bahaya, dari alam yang keras hingga jebakan-jebakan yang dibangun oleh makhluk-makhluk purba yang menjaga tempat itu. Namun, meskipun Leon semakin lemah, dia terus maju, dengan Karin dan Eira yang selalu di sampingnya.

Setelah berminggu-minggu berjuang, akhirnya mereka sampai di sebuah lembah yang penuh dengan kabut tebal. Di tengah lembah itu, ada sebuah kuil tua yang terbuat dari batu hitam yang bersinar lembut, seolah dipenuhi dengan energi magis. Mereka menyadari bahwa tempat itu adalah tempat suci yang telah lama hilang dari peta dunia.

"Kita sampai," Eira berkata dengan suara penuh harapan. "Ini tempat yang kita cari."

Begitu mereka memasuki kuil, mereka disambut oleh seorang penjaga tua yang mengenakan jubah putih. "Kamu mencari kesembuhan?" suara penjaga itu terdengar dalam dan penuh kebijaksanaan.

"Aku... aku ingin menghapus pengaruh sihir Bloodstone yang menguasai tubuhku," jawab Leon dengan suara rendah. "Aku tidak tahu berapa lama aku bisa bertahan, tapi aku tidak bisa terus seperti ini."

Penjaga itu menatap Leon sejenak, kemudian mengangguk. "Sihir itu kuat, dan untuk menghapusnya, kamu harus menghadapi ujian terakhir."

"Apa ujian itu?" Karin bertanya, suaranya cemas.

"Ujian ini adalah ujian dari hati," jawab penjaga itu. "Kamu harus siap menghadapi ketakutan terbesarmu dan menerima konsekuensinya. Hanya dengan begitu, kamu bisa membebaskan dirimu dari pengaruh Bloodstone."

Leon menatap penjaga itu, merasakan beratnya keputusan yang akan datang. Dia tahu bahwa ujian ini bukan hanya untuknya, tetapi juga untuk seluruh perjalanan yang telah mereka jalani bersama. "Aku siap," katanya dengan keyakinan.

Leon dibawa ke pusat kuil, di mana sebuah altar besar terletak di tengah. "Tempatkan dirimu di altar ini, dan hadapi ketakutanmu," penjaga itu memerintahkan.

Leon naik ke altar dengan langkah yang goyah, merasa seolah-olah dunia mengerut di sekelilingnya. Begitu ia duduk, dunia di sekitarnya berubah. Ia terperangkap dalam sebuah bayangan gelap, di mana ia kembali ke masa lalu, saat pertama kali ia bertemu dengan kekuatan Bloodstone. Di sana, ia menghadapi bayangan dirinya yang lebih gelap—sebuah versi dari dirinya yang telah kehilangan segalanya karena kekuatan itu.

Namun, dalam bayangan itu, Leon menyadari sesuatu yang penting. "Kekuatan ini tidak bisa menguasai diriku selamanya," katanya dalam hatinya. "Aku tidak takut lagi. Aku adalah diriku sendiri, bukan bayangan ini."

Dengan itu, bayangan gelap itu mulai menghilang, dan tubuh Leon merasa ringan. Kekuatan Bloodstone mulai melepaskan cengkeramannya, dan energi gelap yang telah menguasainya mengalir keluar dari tubuhnya. Saat ia membuka matanya, penjaga itu tersenyum bijak. "Kamu telah berhasil. Sihir itu kini telah terhapus."

Leon merasa tubuhnya kembali normal, tanpa ada beban berat yang menggerogotinya. "Aku... aku berhasil," katanya dengan suara penuh syukur.

Karin dan Eira segera mendekat, wajah mereka penuh kelegaan. "Kita melakukannya, Leon," Karin berkata sambil tersenyum. "Kamu bebas."

Dengan pengorbanan yang begitu besar, Leon akhirnya bebas dari cengkeraman Bloodstone. Namun, perjalanan mereka masih jauh dari selesai. Dunia ini masih membutuhkan penyembuhan, dan mereka bertiga tahu bahwa mereka akan selalu bersama untuk menuntaskan tugas mereka—untuk menjaga kedamaian yang telah mereka perjuangkan bersama.

1
Aster
Kenapa semua orang takut pada pilihan karin?, Seakan-akan mereka sudah tau masa depan, dan takut Karin mengubah nya?
Aster
Dia tiba-tiba berubah, siapa yg tidak penasaran, hemmm
Aisyah Suyuti
menarik
Frando Wijaya
entah knp gw jd alergi denger kta takdir....
Frando Wijaya
cih 😒....gw dh duga bkl terjadi yg sgt menjengkelkan
Frando Wijaya
HA! seakan2 Tau masa dpn apa yg bch ini lht.... bner2 konyol....segituny ingin antagonist jd boneka? HA! bner2 bch krg ajar tdk Tau malu
dea febriani: ijin promosi cerita silhoute of love
total 1 replies
Frando Wijaya
....... mencurigakn 😒😒😒
Frando Wijaya
ini jls2 ada seseorang yg awasi antagonist harus di takdirkn hidup antagonist
Frando Wijaya
gk heran putri kandung sendiri saat mati gk sedih....heh 😏....sampah bht
Frando Wijaya
semua berawal keslhan bpk antagonist sialan itu...yg sdh biarkn anakny mati gara2 Dia
Cha Sumuk
MC ceweknya kurg cerdas jg lemah
Achaa19
bagus
Hikam Sairi
mulai baca
Retno Isma
semangat nulisnya thorrr....💪💪💪💪
Rahman Hayati
masih lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!