"Aliza suka kak diva!!"
"gue gak suka Aliza!!"
"kak diva jahat!!"
"bodo amat"
apakah seorang Aliza akan melelehkan hati seorang ketua OSIS yang terkenal dingin dan cuek itu?atau Aliza akan menyerah dengan cintanya itu?
"Aliza,kenapa ngejauh?"
"kak diva udah pacaran sama Dania"
"itu bohong sayang"
"pret"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akuadalahorang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
makan bareng chapter 9
"Capek banget!!!"
Aliza berteriak kesal, merasa lelah setelah seharian beraktivitas di sekolah. Hari sudah menunjukkan pukul lima lebih, dan suasana sekolah pun mulai sepi. Dengan langkah lesu, ia menuju parkiran untuk mengambil mobilnya. Hari ini ia memutuskan langsung pulang karena tubuhnya terasa remuk.
Namun, saat tiba di parkiran, Aliza melihat Diva sedang asyik bermain ponsel di dekat motornya. Aliza berpura-pura tidak melihat dan berjalan cepat menuju mobilnya.
"Udah selesai?"
Suara Diva yang tiba-tiba memanggilnya membuat Aliza menghentikan langkah. Ia berbalik badan, melihat Diva berjalan mendekat.
"Udah. Kalau gitu, gue pulang dulu, ya," jawab Aliza singkat, mencoba menghindar.
Namun, Diva menahan langkahnya dengan memegang tas Aliza. Aliza menatap Diva, bingung.
"Kenapa lagi, Kak?" tanya Aliza heran.
"Lo mau gue traktir?" tanya Diva santai, namun penuh senyuman.
Mendengar itu, Aliza yang tadinya menatap ke arah lain langsung memandang Diva dengan mata terbelalak. Melihat ekspresi lucu Aliza, Diva tertawa kecil.
"Kenapa kaget begitu? Salah?" goda Diva.
Aliza menggeleng cepat, lalu mendekat ke arah Diva. Bukannya mundur, Diva malah diam, membiarkan Aliza mendekat.
"Jinjja?" Aliza bertanya memastikan dengan mata berbinar.
Diva mengangguk. "Iya. Mau nggak?"
Tanpa pikir panjang, Aliza mengangguk antusias. "Mau, mau! Yaudah yuk!"
Diva tersenyum kecil melihat tingkah Aliza. "Bentar, gue nitipin mobil gue dulu ke satpam, terus lo nebeng, ya?"
Aliza mengangguk setuju. Diva pun segera menuju motornya, sementara Aliza berbelok ke pos satpam.
"Bang satpam!" panggil Aliza sambil melambaikan tangan.
Satpam yang sedang berjaga langsung menoleh dan tersenyum. "Ada apa, Neng Aliza?"
"Bang, Aliza mau nitip mobil di sini, ya? Tapi kunci mobilnya Aliza bawa, oke?" jelas Aliza sambil tersenyum lebar.
Satpam mengangguk sambil tersenyum. "Siap, Neng."
"Ngomong dong, Bang, biar jelas!" canda Aliza, disambut tawa kecil satpam itu.
"Iya, Neng, tenang aja," balas satpam ramah.
Tak lama, Diva datang dengan motornya, menghampiri Aliza. Aliza segera naik ke motor Diva sambil memegang pundaknya untuk menjaga keseimbangan.
"Makasih, Bang Satpam! Nanti dikasih janda, deh!" celetuk Aliza sambil tertawa.
Diva yang mendengar langsung ikut tertawa, lalu menyalakan motornya. Satpam hanya menggelengkan kepala sambil tertawa kecil.
"Ada-ada aja itu bocah," gumam satpam sambil melambaikan tangan ke arah mereka yang pergi meninggalkan parkiran.
---
"Gavin Bodoh!"
Cesya sedang duduk di sebuah kafe, menunggu hasil balapan liar. Sepulang sekolah, bukannya pulang ke rumah, mereka malah pergi ke arena balap. Tujuan Cesya hanya satu: memastikan dia bisa putus dari Jack.
Saat Gavin sedang balapan, Cesya terus berteriak-teriak tidak jelas, berharap Gavin menang. Namun, takdir berkata lain—Gavin kalah.
"Ahk!" Gavin mengumpat kesal sambil melempar helm ke motornya. Jack yang merasa menang langsung mendekati Cesya, namun gadis itu mundur dengan tatapan marah.
"Ngapain lo deket-deket, mokondo?!" bentak Cesya, membuat Jack melotot kesal.
"Gavin kalah. Berarti kita nggak putus, sayang," ujar Jack santai.
Plak!
"Sayang pala lo peang!" Cesya menampar Jack keras, membuat semua orang di sekitar mereka terkejut. Suasana di tempat itu mendadak hening, semua mata tertuju pada Cesya dan Jack.
"Gue pengen putus! Lo udah selingkuh berapa kali, hah?! Gue nggak bisa maafin lo lagi kali ini!" tegas Cesya. Ia lantas menarik Gavin. "Ayo, Vin, kita pulang!"
Gavin hanya mengangguk sambil menahan emosi.
"Awas lo, Cesya!" ancam Jack.
"Apa lo bilang?!" Gavin yang tadinya diam langsung berteriak marah, tapi Cesya memaksa mereka pergi. Wajahnya memerah, menahan tangis yang sudah tidak terbendung lagi.
"Nangis aja. Nggak usah ditahan," ujar Gavin lembut.
Cesya akhirnya menangis di pelukan Gavin. "Hiks... Gue jelek kalau nangis... hiks..." isaknya sambil menyembunyikan wajah di punggung Gavin.
"Malah makin cantik kalau lo nangis," goda Gavin.
"Hiks..." Cesya menangis makin keras.
"Hahahaha," Gavin tertawa pelan sambil menenangkan Cesya.
---
Di kafe lain
Diva dan Aliza baru saja tiba di sebuah kafe bergaya elegan dan estetik. Aliza terlihat takjub saat masuk ke dalamnya.
"Pesan dulu, baru masuk," ujar Diva sambil menarik tangan Aliza yang terlalu semangat ingin melihat-lihat.
Aliza melihat menu di papan atas dan langsung antusias. "Ah! Ada Korean food!" serunya.
"Topokki, lemon tea, kulit ayam, sama... cheeseball," ujar Aliza semangat saat memesan. Setelah selesai, dia menoleh ke Diva. "Kebanyakan, ya?"
"Nggak kok. Udah selesai pesan?" Diva memastikan.
Aliza mengangguk. Diva kemudian memesan kentang goreng, sushi, dan es Americano. Setelah memesan, mereka memilih duduk di lantai atas.
Di sana, pemandangan kafe semakin indah dengan lampu-lampu kuning yang memberikan suasana hangat dan romantis. Aliza duduk sambil memandangi view di luar jendela.
"Banyak juga yang nongkrong di sini, ya," ujarnya kagum.
Diva mengambil ponselnya dan memotret Aliza yang sedang tersenyum. Aliza yang menyadari itu pun tertawa kecil dan mendekat ke Diva.
"Kakak foto aku?" goda Aliza.
Diva tersenyum canggung.
"Hehe, kakak tau fungsi kamera belakang juga ternyata," ledek Aliza sambil mengambil ponsel Diva.
"Eh, sini balikinnya," ujar Diva sambil mendekat.
Mereka akhirnya mengambil foto bersama. Aliza tidak bisa berhenti tertawa karena ekspresi Diva yang lucu di kamera.
"Udah, yuk makan. Nanti laper," ujar Diva setelah puas berfoto.
Keduanya mulai makan sambil sesekali saling mencicipi makanan masing-masing. Diva diam-diam memperhatikan Aliza yang tampak ceria. Meski baru beberapa hari kenal, Diva merasa sangat nyaman bersama Aliza.
"Lo cantik, Za," batin Diva sambil tersenyum kecil.
Ketika saus dari makanan Aliza tak sengaja menempel di wajah Diva, Aliza malah tertawa keras.
"Hahaha! Kena saus!" ujar Aliza sambil memegang perut karena tertawa.
Diva hanya tersenyum sambil mengusap saus itu dengan tangan Aliza, membuat Aliza kesal tapi tetap tertawa.
Keduanya terus bercanda, menikmati malam itu dengan tawa dan canda yang tidak ada habisnya.
---
Gimana kalian suka gak sama cerita aku??aku bingungg soalnya gak ada yang komen,pengen dikomenin kalian dongg,hehe. Makasih ya udah baca cerita aku...makin baper lohhh hehe