Wildan harus bekerja serabutan demi bisa terus mencukupi kebutuhan ibu dan dua adiknya, mengingat dirinya merupakan tulang punggung keluarga. Semuanya berubah saat Wildan mendapatkan job tak terduga dari seorang selebriti terkenal. Dia bahkan dibayar dengan mahal hanya untuk pekerjaan itu. Namun siapa yang menyangka? Wildan tergoda untuk terus melakukannya. Kira-kira job apa yang dilakukan Wildan? Karena pekerjaan itu pula dirinya banyak bertemu wanita cantik. Wildan bahkan bertemu dengan supermodel idolanya!
Inilah cerita tentang sisi gelap seorang fotografer, serta kehidupannya yang penuh lika-liku dan pengalaman unik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 - Kamera Yang Rusak
Wildan berpikir untuk sejenak. Menurutnya yang terbaik adalah melindungi Arman dari cewek seperti Aleta. Dari pada nanti menyesal dikemudian hari.
"Aku tidak setuju dengan usulmu. Aku tetap ingin kau putus dari Arman!" tegas Wildan.
"What?!" Aleta terperangah. Berucap dengan satu kata berbahasa inggris. "Kau tidak takut aku akan menyebarkan--"
"Enggak! Yang harusnya takut di sini itu justru kau. Apalagi kau masih sekolah, dan kau juga akan mendapat resiko bila aku membeberkan pekerjaanmu. Karena mucikari dan teman-teman psk-mu pasti akan kena imbasnya," potong Wildan.
Sekarang Aleta yang dibuat bungkam. Ia tak bisa menampik kalau pekerjaan yang dirinya lakukan lebih kotor dibanding Wildan.
"Jadi aku mohon, putuskan Arman. Lakukanlah secara pelan-pelan. Kalau kau tidak melakukannya, maka kau akan tahu akibatnya," tambah Wildan. Dia meminum minuman pesanannya sejenak. Lalu beranjak pergi lebih dulu dari cafe.
Aleta benar-benar kehabisan kata-kata. Dia menghela nafasnya kasar. Aleta merasa sedikit kesal terhadap peringatan Wildan.
Wildan sendiri merasa kalau keputusannya adalah yang paling tepat. Dia yakin Aleta menurutinya karena Wildan memiliki lebih banyak keuntungan.
Sebelum kembali ke rumah sakit, Wildan singgah sebentar untuk membeli makan malam. Selanjutnya barulah dia pergi ke rumah sakit.
Sekarang Wildan dan Tini sedang menikmati makan malam. Sedangkan Nia kebetulan sudah makan dari jatah yang diberikan rumah sakit.
Arman yang baru keluar toilet, segera ikut makan bersama Wildan dan Tini. Namun saat hendak duduk ke lantai, dia tak sengaja menyenggol tas Wildan yang ada di meja. Hingga menyebabkan tas tersebut jatuh.
Brak!
Terdengar suara retakan keras sebuah benda dari sana. Membuat Wildan sontak merasa cemas. Hal serupa juga dirasakan Arman. Lelaki itu segera mengambil tas sang kakak.
"Arman! Apa-apaan sih kamu!" omel Wildan yang bergegas mengambil tasnya dari tangan Arman.
"Maaf, Bang. Nggak sengaja," ungkap Arman.
Wildan segera memeriksa kameranya. Dia kaget sekali tatkala melihat lensa kameranya pecah. Kerusakannya terlihat cukup parah.
"Gimana dong, Bang? Aku benar-benar nggak sengaja," kata Arman yang merasa bersalah. Terlebih dia sangat tahu kalau kamera itu adalah benda kesayangan Wildan.
"Aaargghh!" Wildan hanya menggeram kesal. Jujur saja, dia ingin marah dan mencaci adiknya habis-habisan. Apalagi dirinya juga baru saja mengetahui kalau Arman berpacaran dengan seorang psk. Hal itu membuat Wildan semakin dibuat geram.
Namun Wildan memilih meredam semuanya sebisa mungkin. Dia tahu kalau kemarahan hanya akan memperburuk keadaan. Jadi untuk meminimalisir amarah, Wildan bergegas pergi keluar kamar.
Sambil mendengus kasar, Wildan duduk ke bangku panjang taman rumah sakit. Dia mulai mengutak-atik kameranya yang rusak. Cukup lama Wildan melakukan itu. Ia terlalu fokus, sampai tak sadar ada seseorang yang mendekat dari belakang. Sosok itu duduk ke bangku yang sama dengan Wildan.
"Apa kameranya rusak?" tanya sosok itu.
Wildan otomatis menoleh. Dia agak kaget sekaligus terpesona, sebab sosok yang kini duduk di sebelahnya adalah Glenda.
"Iya. Lensanya pecah." Wildan segera menjawab.
"Apa kau tak sengaja menjatuhkannya?" tanya Glenda sembari memperhatikan kamera Wildan. Dia tahu kalau jenis kamera Wildan merupakan model keluaran lama.
"Begitulah," sahut Wildan seraya tersenyum tipis. Karena kehadiran Glenda, dalam sekejap amarahnya hilang.
"Kameranya keluaran lama ya," komentar Glenda.
"Kelihatan banget ya kalau kameranya lusuh?" tanggap Wildan.
Glenda lantas menganggukkan kepala. "Tapi selusuh apapun barangnya, bukankah yang paling berarti itu adalah kenangannya?"
"Kau benar. Aku mendapatkan kamera ini waktu mengikuti acara lari marathon. Dari sana aku dapat nomor undian yang membawaku bisa mendapat kamera ini," jelas Wildan. "Tapi sepertinya sudah waktunya aku harus membeli yang baru," tambahnya sambil memandangi kamera.
Kala itu terlintas rasa penasaran dalam benak Wildan mengenai Glenda. "Oh iya. Terakhir kali kau menyinggung perihal fotomu yang diam-diam aku ambil. Ngomong-ngomong, sejak kapan kau tahu?" tanyanya.
"Sejak pertama kali. Awalnya aku sebenarnya merasa sedikit kesal, karena aku takut kau orang mesum. Namun aku diberitahu kalau kau tidak begitu," terang Glenda.
"Diberitahu? Sama siapa?" Wildan otomatis heran. Bagaimana tidak? Selama ini tidak ada satu orang pun yang tahu kalau dirinya sering memotret Glenda secara diam-diam. Lalu bagaimana gadis itu bisa tahu? Parahnya Glenda juga tahu bahwa tujuan Wildan memotretnya bukan untuk hal mesum.
kira-kira glenda tau nggak ya... secara dia kan punya kenalan makhluk halus ...
bakal perang nggak ya....
ke cililitan lewat dewi sartika
Natasha memang cantik jelita
tapi wildan lebih cints sama Glenda
ke cililitan lewat dewi sartika
Nathasya memang wanita jelita
tapi sayang wildan suka sama GLENDA
awas Dan jgn macem macem ,mata mata Glenda tak terlihat olehmu ,lebih cepat pula 🤣🤣🤣