Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
Ia hidup menyedihkan dalam kemiskinan bersama sepasang anak kembarnya, padahal ayah dari anak-anaknya adalah orang terkaya di kotanya.
Semua bermula dari suatu malam yang nahas. Bermaksud menolong seorang pria dari sebuah penjebakan, Hanna justru menjadi korban pelampiasan hingga membuahkan benih kehidupan baru dalam rahimnya.
Fitnah dan ancaman dari ibu dan kakak tirinya membuat Hanna memutuskan untuk pergi tanpa mengungkap keadaan dirinya yang tengah berbadan dua dan menyembunyikan fakta tentang anak kembarnya.
"Kenapa kau sembunyikan mereka dariku selama ini?" ~ Evan
"Kau tidak akan menginginkan seorang anak dari wanita murahan sepertiku, karena itulah aku menyembunyikan mereka." ~ Hanna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
Mungkin ini menjadi hari paling membahagiakan bagi Sky. Memiliki seorang daddy adalah sesuatu yang selama ini diam-diam menjadi impiannya. Meskipun mengira daddy tidak menginginkan kehadirannya, namun ia menyelipkan sebuah doa yang dikirimkan kepada Tuhan agar suatu hari daddy-nya akan kembali dan menerimanya.
Sepanjang perjalanan pulang, ia tak pernah melepaskan genggaman tangannya. Senyum bahagia pun tak pernah memudar dari wajahnya. Apalagi saat Hanna setuju ikut mereka pulang.
“Daddy ...”
“Iya ...”
“Kenapa Daddy baru datang menjemput aku dan Star? Apa Daddy kesulitan menemukan kami?”
“Iya, Nak. Daddy agak kesulitan mencari. Maaf, Daddy tidak tahu kalau kalian lama menunggu.”
“Tidak apa-apa. Daddy tidak akan pergi lagi kan?”
Evan tersenyum seraya berbisik, “Tidak akan.” Kemudian mengecup rambut Sky yang telah menjadi candunya.
Evan melirik Star yang berada di pangkuan Hanna. Kelopak mata sayu gadis kecil itu mulai terbuka dengan lemah, meneliti beberapa orang-orang di sekitarnya tanpa ekspresi, lalu beberapa menit kemudian terpejam lagi dengan sendirinya. Tangan Evan mengulur menyentuh kening demi memastikan suhu tubuh Star tidak begitu tinggi.
“Apa kita akan membawanya kembali ke rumah sakit?” Hanna membuka suara untuk pertama kali. Sejak mobil melaju hampir 30 menit lalu, ia diam membisu.
“Tidak usah,” jawab Evan “Kita akan merawatnya di rumah saja. Aku sudah minta orang menyiapkan sebuah kamar untuknya.”
Hanna mengangguk, lalu kemudian terdiam lagi. Menyandarkan punggungnya yang terasa pegal setelah melewati hari yang melelahkan ini.
“Daddy ... apa rumahnya masih jauh?” tanya Sky mendongakkan kepala menatap daddy-nya.
“Sudah dekat, Nak. Sebentar lagi kita sampai.”
“Apa rumah Daddy sebesar rumah Ozkan dan Murad?” Imajinasinya mulai melayang-layang. memikirkan dengan jiwa polos jika daddynya memiliki rumah seperti rumah Ozkan, Sky pasti akan sangat senang.
“Memangnya rumah Ozkan kenapa?” Evan membenarkan posisi Sky, hingga duduk menyamping di pangkuannya. Kini wajah mereka saling berhadapan.
“Ozkan punya rumah yang besar, Daddy. Dia bilang padaku, punya kamar sendiri dan tempat tidur yang empuk. Di rumahnya ada akuarium berisi ikan-ikan besar yang cantik. Ozkan juga bilang, ayahnya sangat keren dan punya banyak uang. Dia membelikan mobil-mobilan keren setiap bulan.” Mendadak wajahnya terlihat sedih, lalu berkata dengan lirih, “Aku pernah mau meminjamnya, tapi dia tidak mau pinjamkan. Ozkan takut aku akan merusak mainannya.”
Evan hanya merespon dengan senyuman. Mengusap puncak kepala Sky turun ke punggung. Mengeratkan pelukan di perut Sky hingga rasanya Sky sulit bergerak. Meski begitu, Sky merasa sangat hangat dan bahagia. Namun, senyum yang terlukis di wajahnya mendadak meredup saat membaca ekspresi sedih daddy-nya.
Tangan mungilnya bergerak mengusap genangan air mata di ujung mata Evan. Ia baru saja mengira telah menyakiti perasaan daddy-nya, membandingkannya dengan ayah Ozkan.
“Tidak apa-apa kalau Daddy tidak punya rumah sebesar Ozkan atau uang sebanyak ayahnya Ozkan. Aku juga tidak apa-apa kalau tidak punya kamar, tempat tidur yang empuk dan mainan seperti Ozkan. Jangan sedih, Daddy.”
Evan membenamkan kecupan di puncak kepala Sky berulang-ulang dan menyandarkan kepala Sky di dadanya. Tangannya bergerak mengusap-usap punggung kecil itu, hingga Sky merasa sangat nyaman. Terlebih saat menyesap aroma tubuh daddynya yang sangat wangi.
“Aku akan bilang pada Ozkan nanti, Daddy ku sudah kembali. Daddyku adalah daddy terhebat di dunia.”
*****
kalo zian dah hbs tu ayael