Jangan lupa Follow IG mommy ya sayang 😘
@Mommy_Ar29 😘🤗
Rehan Arya Pranata seorang pengusaha muda dan sukses yang memiliki paras tampan dan menawan namun terkesan angkuh dan dingin. Dia harus menanggung malu saat di hari pernikahanya ia mendapati sang kekasih malah tengah bercumbu mesra dengan sahabatnya.
Jenar gadis cantik nan periang, namun harus menjalani hari-hari yang begitu berat setelah kematian sang ayah, Jenar harus bertahan meski ia selalu di siksa dan dijadikan pembantu oleh sang ibu tiri dan kedua saudaranya.
Demi melarikan diri dari pengejarnya, Jenar masuk ke sebuah rumah besar dan menjadi pembantu tuan tampan.
Apa yang menantinya? Akankah kehidupan menyedihkannya berakhir atau cinta majikannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aiden dan Jenar
Aiden begitu bahagia hari ini karena semua acara nya lancar dan sukses bahkan sekarang tak ada lagi yang menggunjing nya karena ia tak hanya datang bersama sang Papi saja,
kini Aiden merasa seperti memiliki keluarga yang lengkap,
Senyum Aiden tak pernah luntur sedari tadi, ia begitu bahagia dan antusias mengikuti acara perlombaan yang di adakan pihak sekolah dan juga memainkan setiap wahana yang ada bersama Jenar dan Bian,
Tentu saja Jenar juga tak kalah bahagia nya dengan Aiden, karena ini jalan jalan pertama nya, sungguh menyenang kan,
Tak jarang mereka bertiga ber swa foto dan Bian langsung mengirimnya ke Story WA agar Arya dan kekuarga melihat nya,
Bian yakin Arya pasti akan kebakaran jenggot kala melihat fotonya bersama Jenar dan Aiden yang seperti pasangan harmonis, Bian sadar ia salah mencintai kakak ipar nya namun ia sungguh sungguh akan mengambil Jenar bila Arya benar benar menyakitinya,
"Om om kita Foto yang disana," kata Aiden mengajak Bian berfoto di sebuah patung besar yang menjadi logo tempat wisata tersebut,
"Miss bisa tolong Fotoin Aiden gak," ucap Aiden meminta tolong kepada salah seorang guru,
"Oh tentu sayang," jawab bu guru itu lalu memfoto Aiden beserta Jenar dan Bian,
Hari yang melelahkan waktunya mereka semua pulang, Aiden yang sudah kehabisan tenaga langsung tertidur kala kepalanya menyentuh paha Jenar dan kakinya di pijit oleh Bian,
Mereka duduk bertiga ya, Jenar di dekat jendela Aiden di tengah dan Bian di ujung,
"Ckckck dasar bocah ini, tadi aja aktif banget sekarang udah tepar," kata Bian berdecih,
"Hihihihi, namanya juga anak anak mas," kata Jenar sambik terkekeh,
"Enak ya Nar jadi anak kecil, Bisa tertawa puas main kesana sini, tidak memiliki beban berat, berbeda kalau kita sudah gede pasti pusing apalagi dengan masalah Hati" kata Bian sambil tersenyum getir,
"Mas Bian salah," kata Jenar sambil memandang wajah Aiden, "Aku malah lebih suka jadi dewasa seperti sekarang,"
"Kenapa?" tanya Bian heran, bukankah ribet jadi orang dewasa, selalu di tuntut ini itu oleh orang tua dan juga masalah Hati yang sering kali bikin sesak di dada,
"Masa kecilku lebih berat daripada masa dewasaku saat ini, di masa dewasa aku seneng karena bisa mengurus diri sendiri dan bisa bekerja menghasilkan uang tanpa harus mengemis kepada ibu tiriku," ucap Jenar lirih, "Ayah ku meninggal saat aku kelas Dua SD yah seumuran dengan Aiden, di umur segitu aku harus bisa menuruti semua kemauan ibu tiriku dan juga kedua saudara tiriku, dari mulai membersihkan rumah memasak mencuci dan lain lain,"
"Bisa mas bayangin gak, apa sih yang bisa di lakukan oleh anak umur 8 tahun, sering banget Jenar ngelakuin kesalahan dan hukuman yang Jenar terkma tidak tanggung tanggung," kata Jenar kini air matanya sudah mengalir membasahi pipinya, Bian segera memeluk Jenar dengan erat, Bian merasa bersalah karena mengingatkan akan masa kecil Jenar,
"Maaf, maafin aku Nar," ucap Bian,
"Kenapa mas Bian minta maaf," kata Jenar terkekeh, "Udah ah ngapain bahas anak kecil hehehe,"
"Kamu ini bener bener mirip Bunglon ya Nar, sebentar sebentar nangis, terus sekarang ketawa begitu ckckck astaga," ucap Bian berdecak kagum akan ketrampilan Jenar yang pandai menyenbunyikan rasa sedihnya dengan tawa di wajahnya,
"Hahaha mas Bian ada ada aja deh," kata Jenar, "Ya udah Jenar tidur dulu sebentar ya mas, nanti kalau udah sampai jangan lupa bangunin Jenar," kata Jenar lalu menyandarkan kepalanya pada jendela dan mulai memejamkan matanya untuk memasuki dunia mimpi,
Perjalanan cukup jauh, memakan waktu Dua jaman bila tidak macet makanya Jenar akan memanfaatkanya untuk tidur sejenak.
***
Sedari pagi Arya hanya mondar mandir mengelilingi Apartemen nya, entah lah ia bingung mau melakukan apa, biasanya ada Jenar yang selalu mengajaknya berdebat, tapi kini Apartemen nya terasa sepi, Arya menghela nafasnya dengan kasar, baru di tinggal sehari oleh Jenar saya dia sudah merasakan kehilangan apalagi nanti kalau mereka Bercerai,
Arya merebahkan tubuhnya di ranjang sambil memainkan Handphone nya, Tatapan nya menajam dan rahangnya mengeras tatkala melihat Foto Jenar bersama Aiden dan Bian bertiga dengan Caption "My Familly" entahlah apa yang salah dengan caption seperti itu, Bukan kah mereka memang keluarga, namun Arya merasa sangat marah dan tidak terima.
"Aaarrkkkhhh," Teriak Arya sambil melempar bantal ke sembarang arah, "Kenapa sih gue ini ahhh," pekik Arya semakin kesal menyadari kemauan hatinya.
"Gak, gak boleh gue gak boleh marah kaya gini. kalau sampai ada yang tau mereka akan mengira gue suka sama bocah itu, hahaha yang bener aja," ucap Arya pada dirinya sendiri,
"Dah lah mending gue mandi, terserah bocah bocah itu mau apaan," kata Arya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk berendam,
Arya memejamkan matanya merilexkan tubuhnya di dalam Batuhtup, namun bayangan bayangan senyum dan tawa Jenar di foto bersama Bian juga Aiden membuat fikiran nya terganggu, terlebih kala Arya mengingat ingat kembali ucapan ucapan Bian tadi pagi.
sungguh itu membuatnya kesal,,,,
Udah dulu yaa, Mommy sambung nanti, , ,