NovelToon NovelToon
Melukis Cinta Bukan Mengukir Benci

Melukis Cinta Bukan Mengukir Benci

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:756
Nilai: 5
Nama Author: Rieyukha

Memiliki kehidupan yang nyaris sempurna, Marsha memiliki segudang prestasi, ia juga terampil dalam seni lukis dan percintaan yang bahagia bersama Reno─sepupunya sendiri. Mereka telah membangun rencana masa depan yang apik, namun siapa yang akan menyangka takdir tidak selalu mengikuti semua rencana.
Marsha tiba-tiba harus menggantikan Maya─kakaknya yang kabur karena menolak menikahi Alan─pria pilihan orang tuanya berdasarkan perjanjian bisnis. Masa depan perusahaan orang tuanya yang diambang kebangkrutan sebagai konsekuensinya.
Bagai simalakama, terpaksa Marsha menyetujuinya. Statusnya sebagai pelajar tidak menunda pernikahan sesuai rencana diawal. Alan adalah pria dewasa dengan usia yang terpaut jauh dengannya ditambah lagi ia juga seorang guru di sekolahnya membuat kehidupannya semakin rumit.
Menjalani hari-hari penuh pertengkaran membuat Marsha lelah. Haruskah ia berhenti mengukir benci pada Alan? Atau tetap melukis cinta pada Reno yang ia sendiri tidak tahu dimana ujung kepastiannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rieyukha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ADA SYARATNYA

Sebulan kemudian. Harris sudah kembali dari rumah sakit, ia hanya memerlukan perawatan selama lebih dari sepekan, pemulihan dirumah lebih kurang dua pekan dan hari ini ia sudah kembali bekerja seperti biasanya. Kabar baik ini tentu saja membuat Marsha merasa jauh lebih lega, karena seingat Marsha ini adalah sakit terpanjang Harris selama ia tahu.

"Selamat Pagi Paaak," sapa Marsha semangat dan  riang pada Agus, security sekolahnya.

"Pagi Neng geuliiis," balas Agus ikutan semangat dan menirukan gerakannya membuat Marsha tergelak melihatnya.

"Sarapan." Marsha meletakkan dua kotak makanan diatas meja yang berada didalam pos security.

"Terima kasih Neng," ucap Agus sambil menggeser kotak makanan itu ke sudut meja bagian dalam agar tidak terjatuh. "Riang amat hari ini, Neng. Ada menang olimpiade lagi ya?"

Marsha terkekeh mendengarnya, sejak kapan ada olimpiade diadakan setiap bulan. Baru juga tiga bulan lalu ia dan dua orang temannya dari kota lain meraih juara umum Olimpiade Sains Nasional mewakilkan provinsi tempat sekolahnya berada. Masa mau olimpiade lagi, yang ada juga rehat sebentar karena baru selesai ujian semester.

"Enggak Pak, Papa saya udah keluar dari rumah sakit, udah sehat sediakala makanya bahagia saya bertambah. Riang aja bawaannya."

"Saya doain Papanya Neng sehat selalu panjang umur yak."

"Aamiin...." doa Agus disambut kencang oleh Marsha.

"Lanjut deh Pak, biasa saya mau bersemedi dulu." pamit Marsha meninggalkan pos security. Bersemedi yang Marsha maksud adalah menghabiskan waktunya di perpustakaan sampai dengan waktu bel masuk sekolah berbunyi.

"Pak Cak, sarapan dulu!" seru Marsha pada Cakra, partner kerjanya Agus hari ini.

"Ya Neng, terima kasih." balas Cakra dari depan gerbang sekolah yang sedang bertugas mengawasi murid-murid yang baru datang.

Salah satu kegiatan rutin Marsha disekolah adalah membawakan sarapan untuk security dan cleaning service sekolahnya, dan itu sudah ia lakukan hampir setiap tahun sejak ia duduk dibangku SMP.

Alasannya adalah security dan cleaning service sekolah harus lebih pagi berada disekolah daripada para murid dan guru. Guru dan murid aja masuk pagi sekali, apalagi mereka, pikirnya. Berawal dari Maya yang ia lihat sering kesiangan dan tidak sempat sarapan, mau tidak mau harus membawa bekal atau sarapan seadanya. Membuatnya berpikir untuk membawakannya juga untuk mereka.

Flashback On

"Kamu terlalu baik sama orang dek, hampir semuanya kamu kasihani." komentar Maya kala itu,

"Emang nggak boleh kak?" Marsha merasa heran kenapa perbuatan yang menurutnya baik ini bisa menjadi tidak baik.

"Boleh banget, tapi ingat tidak semua orang perlu kamu kasihani. Jangan sampai kebaikan kamu jadi keburukan buat kamu."

"Maksudnya?"

"Ya jangan sampai kamu dimanfaatkan, bantu sesuai kemampuan kamu dan jika itu memang diperlukan. Bukan asal membantu."

Flashback Off

Di perpustakaan.

"Sha, ngapain sih disini orang pada siap-siap mau tanding, kasih support kek, ikut lomba kek."

Marsha bergidik, bulu tengkuknya meremang karena tiba-tiba Sarah datang dan berbisik di telinganya. Seketika Marsha langsung menutup buku referensi untuk pelajaran yang sedang ia baca. Marsha menghela napas pasrah, dengan terpaksa menuju pustakawan dan membuat prosedur peminjaman buku. Sarah hanya diam mengekor langkah Marsha didepannya.

"Lo ya Sar, bisa datang pagi-pagi cuma waktu begini." keluh Marsha sembari berjalan bersisian menuju kelas.

"Mau gimana, class meeting itu seru tahu, Sha." Sarah mencoba membela diri.

"Bukan itu maksud gue, ini membuktikan kalau lo bisa bangun lebih pagi, kenapa nggak tiap hari aja datang kaya gini."

"Gue bukan lo, mulai deh nona perfeksionisme." Sarah memutar bola matanya mengejek yang hanya kembali ditanggapi helaan napas pasrah oleh Marsha.

"Di meja lo ada gift lagi tuh, masih cokelat. Apa nggak di kasih tahu aja lo nggak makan cokelat."

"Buat apa?"

"Biar diganti sama yang lain lah Sha, yang bisa lo nikmati gitu."

"Nggak ah, harusnya dia stop kirim bingkisan gitu, gue aja nggak tahu dia siapa dan mau apa."

"Ya elah Sha, masih tanya juga?" Marsha menoleh heran pada Sarah. "Ya jelas dia suka lo lah, ada oon-nya juga ya lo." dengkus Sarah gemas pada sahabatnya.

***

Marsha memperhatikan tulisan di kartu ucapan yang diselipkan pada cokelat yang ia terima lagi hari ini. Sudah hampir dua bulan, tidak setiap hari namun cukup sering ia menerima bingkisan tanpa tahu siapa pengirimnya. V, hanya itu yang tertulis dibawah setelah kata-kata manis atau pun kata motivasi. Hari ini lebih singkat.

Semoga hari-harimu menyenangkan. ~V~

V: [Hai, lagi apa?]

Marsha: [Hai, Thanks. Bisa stop aja nggak. Gue nggak nyaman.]

V: [Maaf. Please jangan tolak ya. Aku usahakan, semoga suatu hari bisa langsung ketemu kamu.]

Marsha bergeming, ia tidak membalas pesannya lagi. Berkali-kali di kasih tahu masih saja mengirim sesuatu, di blokir dia akan menghubungi lagi dengan nomor yang lain. Sampai hari ini sudah tiga kontak yang Marsha blokir yang mengaku atas nama V.

Tok! Tok! Tok!

Marsha menoleh kearah pintu kamarnya, "Ya?"

"Permisi Non," ARTnya muncul dari balik pintu, "Nyonya minta Non Marsha kebawah sekarang."

"Hah?" Marsha mengernyit, "Iya bentar Bi, aku bereskan ini dulu." Marsha menunjukkan barang-barang dari V yang menumpuk di mejanya.

Sesuai ucapannya hanya sebentar setelah selesai ia menyimpan semua barang dari V dan yang lainnya ke dalam lemari khusus. Hanya barang, tapi kalau makanan ia selalu membagikannya pada teman-temannya dikelas terutama jika itu cokelat.

Marsha kaget dan aneh melihat semua keluarga dari pihak Papanya berkumpul, kecuali Reno dan Maya. Wajahnya terlihat serius membuat perasaan Marsha semakin tidak enak.

"Ada apa ini Ma?"

"Duduk dulu sini," panggil Nadia lembut, Marsha menurut dan duduk disebelah Mamanya.

"Ada apa sih? Kok pada tegang gitu mukanya," tanya Marsha curiga, Marsha menoleh pada Hana di depannya, "Tante, Kak Reno mana?" biasanya Reno pasti ikut hadir jika kedua orang tuanya berkunjung kerumahnya.

"Lagi ada urusan kayaknya Sha, tadi katanya nggak bisa ikut kesini."

Marsha mengernyit, ini bukan kebiasaan Reno yang ia kenal. Paling tidak ia pasti akan memberi kabar padanya, toh tadi sore mereka masih saling memberi kabar. Marsha mengeluarkan ponselnya ingin menghubungi Reno, menanyakannya langsung, suasananya juga dingin banget membuat Marsha tidak nyaman.

"Sha," Nadia bersuara sambil menurunkan ponsel Marsha yang dihadapannya, Marsha menoleh aneh pada Mamanya, menunggu ia melanjutkan ucapannya. "Perusahaan Papa bangkrut."

"Hah!?" hanya wajah kaget yang bisa Marsha tunjukkan, ia seketika linglung.

"Masalah keuangan. Perubahan pasar dan teknologi menjadi penurunan pendapatan hingga perusahaan kehilangan pangsa pasar." Candra selaku direktur keuangan di perusahaan keluarganya itu menerangkan pada Marsha, "Pendapatan yang menurun secara drastis tidak menutupi biaya operasional perusahaan, Marsha." lanjutnya lagi.

"Terus hubungannya dengan Marsha apa, Om?"

"Ada rekan bisnis Papa kamu yang ingin membantu Sha,"

"Bagus dong Om, terus kenapa pada tegang gini sih?" Marsha semakin bingung.

"Mereka minta syarat Sha." Nadia berkata dengan lembut, merangkul Marsha disampingnya.

"Syaratnya ada hubungannya sama Marsha?" Marsha mulai merasakan debaran di dadanya, dari raut yang ia lihat sepertinya bukan syarat yang menyenangkan untuk disampaikan padanya. Nadia mengangguk, Hana didepannya tampak menatap iba pada keponakannya yang mulai terlihat semakin tidak nyaman.

"Apa?" tanya Marsha dengan suara serak.

"Kamu harus menikah dengan anaknya."

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!