Miko seorang Psikiater menangani seorang pasien wanita dengan gangguan mental depresi. Tetapi dibalik itu ternyata ada seorang Psikopat yang membuatnya menjadi depresi.
Ketika pasien tersebut ternyata bunuh diri, sang Psikopat justru mengejar Miko.
Hari-hari Miko menjadi berubah mencekam, karena ternyata psikopat tersebut menyukainya.
Setelah menghadapi si psikopat ternyata ada sisi lain dari pria ini.
Bagaimana Miko menghadapi hari selanjutnya dengan sang Psikopat?
Yuk simak kisahnya di cerita Othor. Ada beberapa plot twist-nya juga loh..yang bikin penasaran...
Jangan lupa dukungannya ya man teman...
Oiya, di cerita ini ada adegan mengerikan, ****** ****** dan kata2 'agak gimana yah'
Jadi buat dek adek yg rada bocil mending skip dulu yah....maap ya dek...
Mohon bijak dalam membaca...
*Salam hangat dari othor*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 - Mencari kebenaran
Miko tidak ingin larut dalam kesedihannya terus. Ia harus mencari tahu dan mengumpulkan semua informasi tentang siapa pembunuh yang telah menjebak suaminya.
Miko buru-buru melangkah ke lantai atas. Di dalam tasnya ada buku kecil berisi nomer telepon teman-temannya.
Seingatnya ada nomer kawan lamanya yang memiliki suami Detektif. Barangkali ia bisa meminta bantuannya.
Tapi baru langkahnya tiba di tengah-tengah anak tangga, ponselnya berderit. Miko akan membukanya nanti di kamar.
Setibanya di kamar, ia mengambil ponsel dari dalam saku bajunya. Sebuah notifikasi pesan masuk membuatnya melongo.
‘Dexton?’
-Miko, aku dengar Morino tertangkap Polisi? Aku akan segera ke kantor Polisi melihatnya-
Miko memijit keningnya. Dadanya serasa terhimpit. Ia harus mencari bukti jika Morino bukanlah pelaku pembunuhan tersebut. Tetapi ia bingung akan mulai dari mana.
Tapi, tunggu -
“Darimana Dexton tau nomer teleponku. Setahuku Morino tidak pernah memberi nomer teleponku pada pria manapun, karena sikap posesifnya”
Pertanyaan Miko harus dipendam sejenak, ia tidak sempat memikirkan hal itu.
Besoknya, beberapa petuga Polisi datang lagi kerumah Morino. Kali ini mereka lebih banyak. Dua mobil Polisi terparkir di depan rumah Morino. Mereka akan menggeledaah rumah Morino.
Seluruh penghuni rumah berjejer berdiri di halaman rumah, termasuk Miko.
Setelah meminta izin pada Miko dan menunjukan surat geledah, Mereka berhamburan menyebar kedalam rumah dan mulai mencari sesuatu yang bisa dijadikan alat bukti penguat berikutnya.
Tiga orang petugas Polisi melangkah menuju garasi. Mereka terus menyusuri dalam garasi. Miko melihatnya dari kejauhan.
Mereka terus memasuki ke dalam garasi, dan sampai mereka menemukan pintu di pojok garasi. Mereka membukanya.
Mereka masuk kedalamnya, melihat-lihat sesaat, kemudian kembali menutup pintunya dan keluar. Ketika seorang petugas dari luar melihat mereka, mereka menggeleng seolah berkata tidak menemukan apapun yang mencurigakan.
Miko menghela nafas lega. Ia mengingat beberapa hari sebelumnya, sebelum Morino ditangkap. Miko sempat melihat lagi kedalam ruang ‘mengerikan’ tersebut. Ketika itu Morino sedang keluar.
Miko tidak ingin suaminya melakukan penyiksaan lagi pada seseorang. Akhirnya ia merapihkan seluruh peralatan dan merubah ruangan menjadi gudang peralatan perkakas, alat-alat pembersih rumput, alat berkebun dan peralatan lain.
Brankar yang berada di tengah-tengah ruangan, Miko melipatnya dan menaruhnya rapih di sisi dinding, tertutup oleh meja peralatan.
Ada sedikit kengerian Miko ketika membenahi semua perlengkapan penyiksaan itu. Ia sempat membayangkan betapa Morino seorang yang sadis ketika berada di ruangan itu.
Ketika petugas Polisi melihat ruangan itu, mereka hanya mengira ruang itu hanyalah gudang penyimpanan perkakas.
Dua hari berlalu,
Miko belum diizinkan untuk bertemu Morino. Padahal ada beberapa hal yang ingin ditanyakan Miko padanya.
Akhirnya Miko mencoba mencari informasi pada Dexton, sahabat Morino. Karena ia yang terakhir kali bertemu dengan suaminya.
Miko menghubungi Dexton karena nomernya sudah terlanjur ada di ponsel Miko.
Awalnya ia hanya ingin bertanya tentang hari terakhir mereka bertemu. Tapi Dexton justru ingin menjelaskan sesuatu pada Miko dan ia ingin bertemu dengan Miko di Cafe beberapa meter dari rumah sakit Miko bekerja.
Miko menyetujuinya, karena ini menyangkut informasi tentang Morino. Miko segera membawa mobilnya ke tempat yang dituju.
Ternyata Dexton sudah berada disana. Pria itu berpenampilan seperti Morino. Dengan khas blazer panjangnya dan cerutu di sela bibirnya.
“Maaf membuatmu menunggu” Miko yang buru-buru menghampiri meja untuk mereka, langsung menggeser kursi untuk duduk disana.
“Tidak masalah” ucap Dexton agak santai.
“Maaf, aku rasa langsung ke intinya saja. Jadi bagaimana? Apa ada yang ingin kau sampaikan mengenai suamiku? Aku yakin bukan dia yang membunuh Key” ucap Miko yang tak bisa berlama-lama untuk berbasa-basi.
“Ya, memang bukan dia yang membunuh Key, si anak Duta besar” Asap putih agak tebal keluar dari sela bibir Dexton.
“Lalu, apa kau tahu sesuatu atau petunjuk tentang siapa yang membunuhnya?” kali ini Miko agak serius.
“Ya, mungkin. Bahkan mungkin aku tahu siapa yang berada dibalik semua ini”
Mata Miko spontan membelalak kaget. Ia memajukan badannya ke sisi tengah meja.
“Kau tahu? Kenapa kau tidak melapor pada Polisi?”
“Ini terlalu riskan. Aku juga belum bisa memastikan. Hanya baru menduga. Musuh Morino terlalu berat. Kalaupun aku melaporkan semua pada Polisi, itu percuma saja. Pembunuhnya akan tetap menginginkan Morino di penjara. Apakah Morino bersalah atau tidak” ungkap Dexton.
“Benarkah begitu? Lalu siapa pembunuh sebenarnya? Aku harus tahu. Walaupun aku juga belum tentu bisa mengungkap kebenaran pada Polisi atau Pengadilan. Setidaknya Morino tahu siapa pelakunya”
“Tapi aku juga belum yakin, Miko. Ini semua baru prasangkaku. Aku juga akan memastikannya lebih dalam”
“Ya, baiklah. Tapi siapa yang ada di pikiranmu?”
“Mereka adalah keluarga Oneil. Osborn Oneil, Ayah Helena”
“Apa!”
Miko menumpukan kedua telapaknya di sisi kepala dan menunduk sambil menggeleng.
“Oh tidak. Mereka benar-benar membalas dendam”
“Aku juga takut jika prasangkaku ini belum tentu benar. Tapi aku bisa menyimpulkan, karena Osborn memiliki dendam pada Morino”
“Apa dugaan ini bisa menjadi alibi untuk bisa di priksa oleh Polisi? Barangkali dugaanmu benar, Dex”
“Aku rasa percuma. Mereka adalah mafia terkuat di Negerinya. Morino bukan apa-apa dibanding mereka, kecuali-”
“Kecuali?” Alis Miko mengangkat.
“Ah, sudahlah. Yang penting kau sudah tahu dugaanku”
“Hey, tidak baik membuat orang penasaran dengan kalimat yang terpenggal seperti itu” tukas Miko.
“Lupakan saja. Aku juga sudah lupa kata-katku yang tadi” ucap Dexton sambil menyesap lagi cerutunya.
“Tapi, kalaupun memang benar Osborn membunuh Key. Kenapa mereka membunuhnya? Apa hubungannya keluarga Osborn dengan Key?”
“Sebenarnya mereka memang tidak ada hubungan apa-apa. Tapi Osborn hanya memanfaatkan situasi, dan menumbalkan Key sebagai sarana balas dendam pada Morino. Karena jika Key dari keluarga Dostter yang terbunuh, maka ini adalah berita besar. Beda halnya dengan orang biasa. Maka dari itu, ketika Osborn sudah mengetahui Morino memiliki dendam pada Key, dia langsung menghabisi Key seolah-olah Morino-lah pelakunya. Miko, ini baru awal. Mereka akan terus membuat Morino sengsara”
“Tapi, bukankah tempo hari mereka sudah berdamai? Morino juga sudah meminta maaf pada Helena. Aku kira itu sudah cukup, dan masalahnya sudah selesai?”
Dexton tertawa ringan.
“Kau dan Morino sama-sama naif. Kasihan Morino, dia belum terlalu mengenal siapa Osborn. Osborn tidak akan semudah itu memaafkan seseorang yang menyakiti putrinya hanya dengan permintaan maaf. Dia akan melakukan kekejian yang bahkan tidak bisa di prediksi oleh siapapun. Keluarga mereka adalah mafia yang sangat menjunjung tinggi kekeluargaan. Jika ada satu keluarganya yang tersakiti, maka seluruh keluarga Oneil akan bertindak. Morino pernah menyakiti Helena, tidak mungkin mereka diam. Penyelesaian tempo hari adalah kepura-puraan untuk mengelabui Morino”