Yaya pikir mereka benar sebatas sahabat. Yaya pikir kebaikan suaminya selama ini pada wanita itu karena dia janda anak satu yang bernasib malang. Yaya pikir kebaikan suaminya pada wanita itu murni hanya sekedar peduli. Tak lebih. Tapi nyatanya, ia tertipu mentah-mentah.
Mereka ... sepasang kekasih.
"Untuk apa kau menikahi ku kalau kau mencintainya?" lirih Yaya saat mengetahui fakta hubungan suaminya dengan wanita yang selama ini diakui suaminya sebagai sahabat itu.
(Please yg nggak suka cerita ini, nggak perlu kasih rating jelek ya! Nggak suka, silahkan tinggalkan! Jgn hancurkan mood penulis! Dan please, jgn buka bab kalo nggak mau baca krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertiannya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Rafi masuk ke unit apartmentnya dengan senyum merekah. Dihempaskan tubuhnya ke atas sofa. Sebelah lengannya menutup mata. Dengan senyum yang tak kunjung surut tentunya.
"Apa aku waktu itu salah liat ya? Atau itu emang cuma sekedar cincin biasa?" gumam Rafi tampak berpikir.
Hari-hari dijalani Yaya dengan penuh semangat. Begitu pula Rafi yang kian hari kian gencar mencari perhatian Yaya. Apalagi setelah mengetahui kalau Yaya sedang membangun restoran di sana. Hal itu Rafi anggap kesempatan emas untuknya.
Seperti siang ini, di kala rekan sekoasnya sibuk makan bersama di cafetaria rumah sakit, maka Rafi justru pamit pergi. Semua orang sampai penasaran termasuk Nora.
"Ra, Rafi mau kemana?" tanya salah seorang teman mereka.
Nora mengedikkan bahunya. Ia pun tidak tahu.
"Bukannya loe deket banget ya sama Rafi, kok bisa nggak tau?"
Mendengar pertanyaan itu membuat Nora mencebik. Ia memang menyukai Rafi, oleh sebab itu ia selalu memepet Rafi kemanapun pergi. Tadi pun ia berencana ikut, tapi entah kenapa, baru kali ini Rafi melarangnya. Bahkan kini ia terkesan menjaga jarak.
"Sepertinya Rafi ada gebetan baru deh soalnya aku waktu itu liat dia balas pesan sambil senyum-senyum gitu," cetus teman lainnya.
Nora mendelik tajam. Ia tentu tidak terima kalau sampai ada yang mendekati Rafi.
"Udah, jangan khawatir. Pepet terus aja si Rafi. Selama janur kuning belum melengkung, siapapun bebas mendapatkan Rafi." Salah satu teman Nora mencoba menyemangatinya.
...***...
Siang ini Yaya ada janji temu dengan salah seorang desain interior yang akan bekerja sama dengannya mempercantik tampilan restorannya nanti. Konsepnya tidak berbeda. Tetap mengusung tema Nusantara. Hanya saja desain kali ini disesuaikan dengan ciri khas daerah tersebut.
Desain interior yang Yaya temui merupakan seorang laki-laki. Namanya Hari. Usianya tampak beberapa tahun di atas usia Yaya.
"Mbak, aku ke toilet dulu ya," ujar Anjani sesaat setelah pembahasan masalah desain selesai. Tampak pak Hari sedang membereskan laptop dan beberapa perintilan berkas ke dalam tas.
Yaya mengangguk. "Buruan kalau nggak makannya kami habisin," seloroh Yaya.
"Dih, kayak perut Mbak muat aja makan makanan sebanyak itu." Anjani terkekeh pun Hari.
"Kalian tampak akrab sekali. Tidak seperti atasan dan bawahan," ujar Hari seraya meraih gelasnya untuk minum.
"Sebagai atasan kita harus bisa humble ke bawahan supaya kerja pun jadi lebih menyenangkan," ujar Yaya sembari menarik piring yang belum lama dihidangkan pramusaji. "Makan, Pak."
"Panggil Hari saja." Hari menjawab seraya mengangguk.
"Oke."
Yaya dan Hari pun memulai makan siang mereka sambil berbincang. Tentu saja yang mereka bahas adalah seputar masalah pekerjaan. Sesekali mereka tertawa. Tanpa mereka tahu, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka.
"Ternyata doyan pria yang lebih tua," gumamnya sambil tersenyum sinis sebelum kemudian ia pun berlalu dari sana.
...***...
Sejak kemarin, Nurlela tak henti-hentinya kepikiran tentang Yaya. Apalagi setelah mengetahui fakta kalau Yaya merupakan pengusaha restoran.
"Sialan! Kenapa aku baru tau sih?" kesal Nurlela.
"Mama yakin, dia benar-benar owner Kampung Kita Resto?"
"Di foto-fotonya jelas tertulis seperti itu kok. Masa' beritanya bohong."
"Tapi 'kan bisa aja dia melakukan itu atas perintah atasannya. Dia pura-pura jadi bos gitu."
"Iya kah?"
Ellena mengangguk pasti.
"Apa perlu kita cari tau ke sana?"
"Boleh juga. Kita buktikan bersama aja. Dia beneran pengusaha resto atau cuma mau ngaku-ngaku aja."
"Mama benar. Ayo, kita berangkat sekarang aja."
"Ayo!"
...***...
Maaf pendek! 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Kepala othor sedang gk bisa dikondisikan. Sakit banget. Udah berobat pun, msh aja sakit. Terima kasih atas pengertiannya.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰 ...