NovelToon NovelToon
Talak Di Malam Pertama (Kesucian Yang Diragukan)

Talak Di Malam Pertama (Kesucian Yang Diragukan)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir / Naik Kelas
Popularitas:8.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rositi

“Meski kita sudah menikah, aku tidak akan pernah menyentuhmu, Mbi. Haram bagiku menyentuh wanita yang tidak mampu menjaga kesuciannya seperti kamu!” Kalimat itu Ilham ucapkan dengan tampang yang begitu keji, di malam pertama mereka.

Selain Ilham yang meragukan kesucian Arimbi walau pria itu belum pernah menyentuhnya, Ilham juga berdalih, sebelum pulang dan menikahi Arimbi, pria itu baru saja menikahi Aisyah selaku putri dari pimpinan tertinggi sekaligus pemilik pondok pesantren, Ilham bernaung. Wanita yang Ilham anggap suci dan sudah selayaknya dijadikan istri.

Arimbi tak mau terluka makin dalam. Bertahun-tahun menjadi TKW di Singapura demi membiayai kuliah sekaligus mondok Ilham agar masa depan mereka setelah menikah menjadi lebih baik, nyatanya pria itu dengan begitu mudah membuangnya. Talak dan perpisahan menjadi satu-satunya cara agar Arimbi terbebas dari Ilham, walau akibat talak itu juga, Arimbi mengalami masa-masa sulit akibat fitnah yang telanjur menyebar.

(Merupakan kisah Mas Aidan, anak Arum di novel : Pembalasan Seorang Istri yang Dianggap Sebagai Parasit Rumah Tangga)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11 : Ganti Rugi Dan Kemenangan

Kubu Ilham tampak berat melalui proses sidang dadakan yang mas Aidan gelar. Pak RT dan pak RW baru saja tiba. Termasuk kades setempat, yang mana semuanya Agung yang memanggil. Kubu Ilham tidak ada usaha atau sekadar Inisiatif memanggil perangkat desa setempat. Entah memang tidak kepikiran, tidak niat, atau efek terlalu syok karen kebersamaan hangat yang awalnya penuh gelak tawa, mendadak menjadi tragedi dan sampai membuat ibu Siti selaku wanita yang telah melahirkan Ilham, pingsan.

“Alhamdullilah, Mbi. Kamu kenal orang baik ini dari mana?” bisik Agung merasa lega karena akhirnya, hak adik dan ibunya bisa didapatkan.

Arimbi menatap sang kakak yang berdiri persis di sebelahnya, memantau jalannya surat perjanjian yang tengah mas Aidan dan kubu Ilham bahas. Kubu Ilham begitu ribet dan sangat perhitungan, walau mas Aidan sudah menjelaskan segala sesuatunya secara gamblang. Malahan, ibu-ibu yang masih menjadi penonton sekaligus hakim berjamaah di sana, yang jadi kerap protes.

“Dari ibu Irma, Mas. Karena memang, Mas Aidan ini juga pengacara yang sedang mengurus kasus mas Rio, Mas. Terus selain ini, sebelum ini, Mas Aidan juga sudah bantu aku berhenti bekerja di rumah ibu Irma.” Berbisik-bisik, Arimbi menceritakan semuanya.

“Alhamdullilah kalau gitu. Alhamdullilah banget, masih ada orang berpendidikan bahkan berkedudukan yang baik seperti mas Aidan,” ucap Agung yang langsung disambut anggukan antusias oleh sang adik.

“Aku mau pakai uangnya buat bangun rumah, Mas apalagi kalau hujan sana sini sudah bocor! Belum kalau ada angin kencang, takut roboh!” semangat Arimbi, di hadapannya, Agung mengangguk dan tampak jelas siap mendukung.

“Nanti di atur, Mbi. Nanti langsung dibangun di depan ya juga masih bisa. Halaman depan kan masih cukup buat bikin rumah minimalis. Daripada yang belakang dirobohin dan kalian tidur di gubukan atau bedeng. Kalian kan enggak mungkin mau kalau suruh tinggal di rumah Mas,” balas Agung.

Meninggalkan obrolan Arimbi dan Agung yang siap menjalani lembaran baru penuh bahagia, di depan sana, mereka menyaksikan betapa Ilham merasa sangat tertekan. Wajah yang selalu tenang itu, kini pias berkeringat yang terus mengalir. Selain itu, rombongan keluarga yang tadi tampak jelas menyepelekan Arimbi dan Mas Aidan, kini tampak tidak bersemangat cenderung malu. Malahan di beberapa kesempatan, Arimbi maupun Agung, memergoki mereka melirik kecewa kepada Ilham.

“Aku jadi penasaran, seperti apa wanita suci yang Ilham nikahi. Masa iya, Tuhan kasih wanita suci buat tukang fitnah bahkan parasit sekelas Ilham?” ucap Arimbi diam-diam menahan napas sembari mengawasi istri Ilham yang sesekali mengontrol sidang, tapi wanita yang ia ketahui bernama Aisyah itu juga akan kembali masuk ke kamar ibu Siti diamankan setelah pingsan sekaligus histeris.

“Gagal pesta ini!” bincang ibu-ibu di belakang Arimbi.

Mendengar itu, Arimbi langsung tersenyum geli. “Masa iya semacam pesta pernikahan gagal, katanya mertuanya yang sekarang, pimpinan tertinggi sekaligus pemilik pondok pesantren, kaya raya dan sangat terhormat, aku beneran enggak ada apa-apanya?” batinnya. Walau tentu saja, tak beda dengan ibu-ibu di sana, Arimbi juga tak kalah penasaran dengan kelanjutan drama Ilham dan pernikahan yang pria itu jalani. “Namun bentar deh, ... mau kaya raya dan terhormat seperti apa pun, kalau Ilham bikin malu, pasti ceritanya memang jadi beda. Kecuali, kesabaran orang tuanya memang seluas samudra. Paling hanya main tegur-tegur lembut!” batinnya lagi yang langsung maju mendekati mas Aidan karena pria itu memanggilnya.

Arimbi menjadi bagian dari sidang baru dan siap menerima serah terima ganti rugi. Arimbi diminta nomor rekening karena seratus juta uang ganti rugi akan diberikan dengan cara transfer. Pembayaran dilakukan dengan transfer dari beberapa nomor rekening lantaran setiap transaksi rekening apalagi mbanking, memiliki batas.

Tak perlu repot-repot, Arimbi langsung membuka aplikasi mbanking di ponselnya, hingga tak lama kemudian, nominal yang dulu sempat ia berikan kepada Ilham dengan maksud menabung untuk masa depan mereka, satu persatu kembali menjadi bagian dari rezekinya.

“Alhamdullilah ya Alloh, alhamdullilah!” batin Arimbi sampai gemetaran melihat setiap nominal yang masuk.

“Sekarang semuanya sudah beres. Surat tanah pun sudah Arimbi terima dan kita tinggal mengadakan pengukurannya saja. Jadi jangan sampai, setelah ini masih ada drama!” tegas pak Hasyim selaku bapak Ilham, yang walau sudah renta, mendadak emosional menatap Arimbi penuh kebencian.

“Untuk urusan itu, Bapak tenang saja. Karena dari awal, yang berdrama juga putra Bapak. Alasan sidang ini terjadi karena Mbak Arimbi sedang memperjuangkan haknya. Bayangkan saja, uang sebanyak itu, andai Bapak yang ada di posisi Mbak Arimbi,” ucap Mas Aidan yang sebenarnya belum selesai, tapi di hadapannya, pak Hasyim sudah sewot sambil pergi.

“Sudahlah berisik! Bikin onar saja!” kecam pak Hasyim.

Mas Aidan terkesiap kemudian menatap Arimbi, dan semua yang ada di sana, tanpa terkecuali ibu-ibu yang kompak berseru, “Tuh, Ham. Dengar, ... itu sebenarnya kata-kata dari Bapakmu, lebih pantas buat kamu. Berisik, bikin onar, bikin malu!”

Setelah merasa puas, ibu-ibu tadi bubar, tak jadi rewang. Terlebih mereka yakin, acara pesta pernikahan juga batal. Kalaupun sampai masih ada, biarkan Ilham sekeluarga bayar orang saja.

Arimbi keluar dari rumah orang tua Ilham dengan air mata kemenangan. Sidang kal ini benar-benar selesai. Rumah Ilham yang awalnya sempat ramai oleh orang rewang, juga langsung sepi karena semuanya kompak pulang. Tampak para aparat desa yang langsung menyikapi Mas Aidan dengan sangat hangat. Mereka sampai menyinggung kabar pak Kalandra, wakil rakyat kesayangan di kota mereka dan memang merupakan papahnya Mas Aidan.

Walau acara sidang sudah selesai, Mas Aidan tak langsung pergi. Ia rela kembali nyeker melewati jalanan becek menuju rumah Arimbi untuk memastikan, kabar kemenangan sidang Arimbi, juga menjadi kebahagiaan untuk ibu Warisem. Benar saja, Ibu Warisem yang sedang menjemur setiap daun pisang yang diambil dari pekarangannya, sampai sujud syukur ketika Arimbi yang berseru kegirangan menyampaikan kemenangan mereka.

“Kalau mamah papah, termasuk mbah uti sama mbah kakung tahu, mereka pasti juga menangis. Sungguh, alasan seorang laki-laki sampai menangis dan itu sedang aku alami, bukan karena kami lemah. Karena pada kenyataannya, kisah mbak Arimbi ini miris bahkan tragis. Bayangkan andai empat ratus juta lebih ini tidak diperjuangkan, apalagi tadi mereka yang di sana juga sudah sangat menyepelekan hanya karena bukan mereka yang korban. Tapi ya sudah lah, ... seperti biasa, ambil positifnya dan jangan ditiru yang negatifnya,” batin mas Aidan.

“Jangan ditransfer lebih. Ditransfer pas saja,” ucap Mas Aidan sengaja memberi Arimbi peringatan. Ia paham orang seperti Arimbi sangat baik dan paling anti hutang budi apalagi sampai menyusahkan hidup orang lain.

“Tapi, Mas. Mas kan sudah bantu saya,” balas Arimbi menatap mas Aidan dengan perasaan serba salah.

“Justru saya akan marah kalau Mbak Arimbi sampai kasih lebih. Itu sudah menjadi hak penuh Mbak Arimbi, dan hadirnya saya di sini, juga sudah jadi kewajiban saya.Orang tua saya sengaja mendidik saya agar saya menjadi orang yang berguna untuk orang lain, bukan malah menyusahkan hidup orang lain. Cukup ambil positifnya, dan buang negatifnya. Jadikan apa yang sudah terjadi sebagai pembelajaran agar kita lebih berhati-hati,” yakin mas Aidan. Ia menutup kebersamaan mereka dengan perasaan yang benar-benar hangat. Berharap, kebahagiaan akan senantiasa membersamai keluarga kecil yang baru ia tinggalkan.

“Sehat-sehat, yah, Bu. Saya permisi dulu. Mbak Arimbi, tolong jaga Ibunya baik-baik!” pamit mas Aidan.

Agung langsung mengawal mas Aidan sampai depan, dari Mas Aidan cuci kaki di sumur dan memakai sepatunya lagi, hingga pria itu pergi menggunakan motor maticnya. Sementara ketika Agung memastikan suasana rumah Ilham, di sana mendadak sepi dan para tamu pun tampak tidak nyaman menahan kecewa.

1
Anonymous
ojanku tamat 😂
Anonymous
q yg baca aja cekikikan 🤣🤣🤣
Anonymous
tabrak aj ojan 🤣🤣
Noryta Agustikakinata
sukurin
Noryta Agustikakinata
ubtubg mama ilham dak pingsan
Noryta Agustikakinata
harus lapor polish
Anonymous
mampus 🤣🤣
Anonymous
laki" gak tau diri ilham iku 🙄🙄
Sami
seru kasian chole,,,semoga beriring nya waktu suaminya bucin
Eka Meilyan Sari
Luar biasa
Fe
sumpah aku ga habis fikir sama para pembaca yg hanya melihat dari sisi buruknya saja.. namanya novel kan dunia halu.. masak harus kamu yg nentuin kalo org muslimah harus kaya gimana, ya suka2 authornya lah.. kan yg penting enggak merugikan orang lain kan.. ada kok di dunia nyata kerja jadi guru di ponpes kelakuan minus kan.. tetep semangat ya kakak author
Fe
weh pak Haji ojan kamu belum tau kalau aisyah ga pakek cadar ditambah lagi pas nyengir.. behh pingsan deh kamu ntar wkwk
Fe
ini mah kaya kisah nyata.. bener2 kaya yg real gitu gasih malah bagus loh..
Fe
🤣🤣🤣🤣🤣
Fe
tukang tipu kena tipu wkwk kasian amat lu ham
Eva Nietha✌🏻
🤣🤣🤣 kocak ojan
Meita Fitriani
Luar biasa
riana irma
🤣🤣🤣🤣🤣🤣......om jin.......
riana irma
wkwkwkwk.....masyaallah /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
riana irma
🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!