Seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang tidak memiliki teman sama sekali, ingin merubah hidupnya. Buku warisan nenek nya menjawab tekadnya, 7 mentor atau guru yang berasal dari dunia lain yang jiwanya berada di dalam buku mengajari nya macam macam sampai dia menjadi orang yang serba bisa.
Kedatangan seorang gadis bar bar di hidupnya membuat dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya dan membuat dirinya menjadi yatim-piatu. Ternyata, semuanya ulah sebuah sekte atau sindikat yang berniat menguasai dunia dari balik layar dan bukan berasal dari dunia nya.
Akhirnya dengan kemampuan baru nya, dia bertekad membalas dendam pada musuh yang menghancurkan keluarganya dan menorehkan luka di keningnya bersama gadis bar bar yang keluarganya juga menjadi korban sindikat itu dan tentu juga bersama ke tujuh gurunya yang mendampingi dirinya.
Genre : Fantasi, fiksi, action, drama, komedi, supranatural.
mohon tinggalkan jejak ya, beri like atau komen agar author semangat upload.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Ketika berjalan pulang, Evan berpikir keras, dia membayangkan melawan makhluk sejenis Kevin dalam jumlah banyak.
“Gila, melawan satu aja gue cape nya kayak gini karena keluar empat jurus sekaligus, kalo lebih dari satu gimana, ga bakal sanggup gue, (menoleh melihat Bella di sebelahnya) gue harus jadi lebih kuat lagi dari kemampuan gue sekarang,” ujar Evan dalam hati.
Setelah sampai di rumah, Evan duduk di sofa bersama Bella yang duduk di seberangnya, Bella menyalakan rokoknya, “fuuuh,” dia menyemburkan asap nya ke atas,
“Bel, kok kamu udah pulang sih, bukannya jam segini masih jam pelajaran ya ?” tanya Evan.
“Di sekolah aneh, aku ga tahan, tatapan temen temen sekelas jadi aneh, yang cowo ngeliat aku dengan tatapan mesum, yang cewe ngeliat aku kayak mau membunuh aku, bahkan Yuri temen baik ku aja marah marah ga jelas gitu, trus matanya sekilas menjadi merah, aku ga betah,” jawab Bella.
Evan berpikir dan merenung setelah mendengar cerita Bella, apa yang di beritahu Clyde padanya ternyata benar, karena tubuh NOS butuh darah, maka ada perubahan sikap dan perilaku di teman teman sekelas dirinya yang di tukar, mereka menjadi jauh lebih beringas dari biasanya.
“Aku duduk di sebelah kamu ya, merinding nih,” ujar Bella.
“Iya, sini,” balas Evan.
Bella langsung pindah dan menempel kepada Evan yang terlihat masih termenung dan berpikir keras.
[Gerard : Evan.]
Evan mendengar suara Gerard di kepalanya namun terdengar keramaian di balik suara Gerard yang berbicara barusan.
[Gerard : kamu fokus jual rumah dulu dan jangan sekolah untuk sementara sampai suasana terkendali, para makhluk itu akan terus seperti itu sebelum mereka makan daging merah, bilang pada istri mu jangan pergi keluar rumah dan tetap di rumah, tiap hari ayunkan pipa besi itu selama di rumah, untuk makan pesan saja, aku sudah memberi mu uang di bawah bantal mu. Gitu saja, suasana di sini lagi sedikit hectic, selama urusan di sini belum selesai, kamu sendirian, sabar ya.]
“Hah....disana memang ada apa sih bos ?” tanya Evan khawatir.
[Gerard : Tidak perlu tahu, sudah ya.]
Sambungan terputus, Evan tertegun tidak mengerti, kemudian dia menoleh melihat Bella di sebelahnya yang sedang bersandar pada nya dan menghisap rokok,
“Bel, mulai hari ini, kita di rumah dulu aja sementara, besok pagi aku ke sekolah sebentar untuk membayar habis itu aku langsung pulang lagi, untuk makanan kita pesan online aja,” ujar Evan.
“Iya, aku ngerti, tadi makhluk apa sih ? aku masih gemetar nih ngebayangin nya,” ujar Bella.
Karena sudah mendapat ijin dari Dimitri, Evan menjelaskan soal NOS yang datang dari luar angkasa kepada Bella, tentu saja Bella kaget setengah mati mendengarnya,
“Alien gitu ?” tanya Bella.
“Iya, makanya kita sekarang di rumah dulu sementara,” jawab Evan.
“Kok kamu tahu ? kamu tahu dari mana ?” tanya Bella.
“Aku dapat info dari sumber terpercaya,” jawab Evan tanpa menyebut guru guru nya.
Bella berpikir, dia mematikan rokoknya dan merangkul lengan Evan dengan erat. Evan masih bisa merasakan tangan Bella yang gemetar memegangnya.
“Ya udah aku percaya, tapi kamu bisa melawannya kan ?” tanya Bella.
“Susah payah, aku keluarin semuanya cuman buat melawan satu, kalau ada lebih dari satu, aku pasti kalah,” jawab Evan.
“Tapi pedang tadi itu apa ? rasanya aku liat pipa yang kamu bawa berubah menjadi pedang, trus api ungu itu apa ?” tanya Bella.
“Uh...um...itu hasil dari ilmu yang ku pelajari haha,” jawab Evan.
“Hmm keren sih, bisa ajari aku ?” tanya Bella.
“Mau ngapain ?” tanya Evan.
“Aku ga mau merepotkan kamu seperti tadi, kalau aku bisa melawan, aku pasti akan melawan, jadi tolong, ajari aku,” jawab Bella.
“Uh....gimana ya, tapi ga sekarang ya,” ujar Evan.
“Iya, sekarang aku jadi mau, ketegangan barusan merangsang sesuatu yang lain hehe,” ujar Bella.
“Masih pagi,” ujar Evan.
“Mang kenapa ?” tanya Bella.
“Blugh,” Bella langsung menomplok Evan di sofa dan menciumnya dengan mesra. Sementara di dalam buku, Li Tian, Gerard, Clyde berlutut di depan Qing Yun, Cassey dan Sasha yang sedang melihat ke arah buku hologram besar di tengah ruangan.
“Hmm jadi mereka menonton ini ya, hmm hasrat muda,” ujar Sasha yang suaranya seperti robot.
“Hah begitu rupanya, rupanya mereka juga belajar dari murid mereka,” tambah Cassey sambil memegang gagang kacamata nya.
“Grrrr pantes betah berhari hari di dalam ruang ini,” tambah Qin Yun.
“Yah sebenarnya ini informasi rahasia sih, tapi ya sudahlah, benar tidak sayang,” ujar Julia yang menghisap lolipop sambil menoleh melihat Dimitri yang mengacungkan jempol pada dirinya.
“Grrr Dimitri pengkhianat, bilang menjaga rahasia, tapi cerita sama istrinya, udah tau istrinya bermulut ember,” gumam Li Tian, Gerard, Clyde dalam hati sambil melirik Dimitri yang meletakkan tangan di belakang kepalanya dan menoleh ke arah lain sambil bersiul dengan geram.
******
Sore harinya, “wuk...wuk...wuk,” Evan terus mengayunkan pipa nya di halaman belakang rumahnya yang khusus untuk tempat mencuci pakaian dengan bertelanjang kaki. Bella menatap nya sambil jongkok di depan pintu, dia memperhatikan otot otot lengan Evan yang keluar semua seakan akan mau pecah ketika mengayun pipa.
“Tok,”
“Tok,”
Terdengar suara pintu rumah mereka di ketuk, Bella berdiri dan Evan menoleh, kemudian Bella memberikan Evan handuknya dan keduanya berjalan masuk, Bella langsung masuk ke dalam kamar sementara Evan membukakan pintu nya. Ternyata yang datang seorang pria paruh baya gemuk, berkacamata bersama seorang pemuda yang berusia sekitar 20 tahunan berwajah preman,
“Maaf saya dapat info dari pak RT katanya rumah ini di jual ya ?” tanya sang pria paruh baya.
“Oh iya benar,” ujar Evan.
“Nama saya Purwanto, ini anak saya Arga, saya biasa memborong tanah tanah atau rumah rumah yang di jual di sekitar sini, boleh saya masuk ke dalam dan melihat bagian dalam nya ?” tanya Purwanto.
“Duh musti gimana nih, pak RT nya mana sih, gue jadi bingung nih,” ujar Evan di dalam hati.
“Evan,”
Evan menoleh melihat pak RT sedang berlari ke arah rumahnya, kemudian dia berdiri di depan Evan dan memperkenalkan Purwanto juga anak nya Arga sekali lagi, setelah itu pak RT mengatakan kalau Evan harus mengijinkan mereka masuk agar bisa melihat bagian dalam rumah. Evan mau tidak mau mengijinkan, Purwanto dan Arga langsung melihat lihat bagian dalam rumahnya, mereka membuka pintu kamar mandi dan pintu belakang untuk melihat bagian dalam nya, tapi ketika mereka ingin membuka kamar satu satunya.
“Um...maaf, tapi sepupu saya sedang tidur,” ujar Evan menghalangi pintunya.
“Ga bisa mengintip aja ?” tanya Purwanto.
“Um...tapi jangan masuk ya,” jawab Evan.
Evan membukakan pintunya dan memberi kode pada Bella agar pura pura tidur. Bella langsung melompat ke ranjang dan menyelimuti dirinya. Arga mengintip ke dalam dan memeriksa sekeliling, kemudian dia menatap ke arah ranjang, tiba tiba Arga menyeruak masuk dan membuka lebar pintu kamarnya,
“Bella ?” tanya Arga.
Mendengar suara yang di kenal nya memanggil namanya, Bella menoleh, wajahnya langsung terkejut melihat Arga berdiri di depan pintu dan di sebelah Evan.
“Kak Arga ? ngapain lo kesini ?” tanya Bella yang langsung duduk di ranjang dan menutup tubuh nya menggunakan selimut.
Evan langsung masuk ke dalam dan duduk di sisi ranjang, kemudian dia mendekatkan wajahnya ke telinga Bella,
“Kamu kenal dia ?” tanya Evan.
“Um...aku pernah cerita aku pacaran sama beberapa preman selain si Surya demi mencari perlindungan kan, salah satunya dia hehe, maaf sayang hehe,” jawab Bella.
“Alamak,” ujar Evan menepuk keningnya.