Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 20
Amora menatap pria yang kini berdiri di ambang pintu. “Kak Arhan?”
Arhan mendekat, duduk di sampingnya. “Aku sudah tahu semuanya, Ara. Kenapa? Kenapa kau lebih memilih menjauh dariku?”
“Aku... Aku tidak ingin menjadi beban bagimu,” jawab Amora, suaranya lirih.
“Kata siapa? Dengar, Ara. Aku sudah mencarimu ke mana-mana. Kau adalah alasanku untuk terus berjuang.”
“Maaf. Tapi aku rasa semua ini harus berakhir. Aku yakin suatu saat Kak Arhan akan menemukan seseorang yang lebih pantas untukmu,” ucap Amora, menunduk.
Arhan tiba-tiba mengecup keningnya lembut. Amora tersentak, menatapnya dengan mata terbelalak. “Apa yang Kakak lakukan?”
“Aku tidak ingin mendengar apapun darimu lagi, Ara. Aku tidak peduli dengan kondisimu. Kita akan melewati semuanya bersama-sama. Kumohon, jangan jauhi aku lagi.”
Amora terdiam lama, lalu mengangguk pelan. “Baiklah, jika itu keputusan Kakak, Terimakasih.”
“Tidak, aku yang harus berterima kasih. Karena kau mau kembali padaku,” jawab Gibran tulus.
°°Flashback On°°
Setiap hari, Amora menjalani kehidupannya dengan bekerja keras. Selain menjadi karyawan toko, dia juga mencuci pakaian tetangga untuk menambah penghasilan.
Namun, akhir-akhir ini tubuhnya terasa lemah. Wajahnya sering pucat, dan kepalanya terasa pusing.
“Amora, kau sakit?” tanya atasannya suatu hari.
“Tidak. Aku sehat. Kenapa Kakak bertanya?”
“Wajahmu terlihat pucat akhir-akhir ini.”
Amora mencoba tersenyum. “Aku baik-baik saja, Kak.”
Namun, dalam hati dia tahu ada sesuatu yang salah. Dia memutuskan menghubungi Vio.
✉️Chat
“Vio, apakah kamu sibuk?”
“Tidak, ada apa?”
“Bisa berkunjung ke rumah setelah aku pulang kerja?”
“Baiklah. Nanti kabari aku, ya.”
"Oke..."
Setelah beberapa hari bersama, Amora akhirnya membuka kondisinya kepada Vio. Tak ingin membiarkan keadaan semakin buruk, Vio segera mengajak Amora ke rumah sakit untuk mendapatkan kepastian.
Di ruang dokter, Amora duduk dengan wajah gelisah. Vio tetap di sampingnya, berusaha memberikan dukungan.
"Sudah berapa lama Anda merasa gejalanya, Nona?" tanya dokter, menatap Amora dengan serius.
"Saya tidak tahu pasti, Dok. Tapi akhir-akhir ini kepala saya sering sakit, dan kadang saya juga mimisan," jawab Amora dengan suara pelan.
Dokter membaca hasil lab dengan ekspresi penuh pertimbangan. "Menurut hasil pemeriksaan, Nona Amora mengidap leukemia."
"Leukemia?" ulang Vio dengan nada terkejut.
Dokter mengangguk. "Benar. Dan ini sudah memasuki stadium tiga."
Amora terdiam sejenak, lalu bertanya, "Apa masih ada harapan untuk sembuh, Dok?"
"Ada kemungkinan sembuh dengan kemoterapi. Namun, itu memerlukan biaya dan ketahanan fisik yang cukup," jelas dokter.
Amora menunduk, lalu berkata, "Dokter, bisakah saya diberi obat untuk sementara waktu? Setidaknya agar rasa sakit ini berkurang."
"Amora, ini tidak bisa dibiarkan," sela Vio. "Aku bisa membantumu."
Amora tersenyum kecil, namun matanya menunjukkan kesedihan. "Tidak, Vio. Kamu tahu sendiri keadaanku. Aku yakin, aku baik-baik saja."
Setelah keluar dari rumah sakit, Vio pulang ke rumahnya, sementara Amora kembali ke tempat tinggalnya. Sepanjang malam, Amora merasa terpukul atas kenyataan yang menimpanya.
°°Beberapa bulan kemudian°°
Kondisi Amora semakin memburuk. Sedikit saja kelelahan, tubuhnya langsung merespons dengan mimisan. Namun, takdir mempertemukannya kembali dengan Arhan, yang tak pernah berhenti mencarinya.
Ketika Amora menceritakan semuanya, Arhan tak kuasa menahan air matanya. Dia merasa sangat bersalah.
"Maafkan aku, Ara," lirih Arhan, suaranya bergetar.
Amora menatapnya bingung. "Kenapa Kakak meminta maaf? Kak Arhan tidak salah apa-apa."
"Ini salahku. Andai aku tidak menikah dengan Kinanti dulu, mungkin kamu tidak akan melalui semua ini," ucap Arhan penuh penyesalan.
"Kak Arhan, sudahlah. Jangan menyalahkan diri sendiri," hibur Amora, mencoba tersenyum meski lemah.
"Kita akan kembali ke Indonesia dua hari lagi," kata Arhan, mencoba tegas.
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁