"Cuma karna I-Phone, kamu sampai rela jual diri.?" Kalimat julid itu keluar dari mulut Xander dengan tatapan mengejek.
Serra memutar malas bola matanya. "Dengar ya Dok, teman Serra banyak yang menyerahkan keperawanannya secara cuma-cuma ke pacar mereka, tanpa imbalan. Masih mending Serra, di tukar sampa I-Phone mahal.!" Serunya membela diri.
Tawa Xander tidak bisa di tahan. Dia benar-benar di buat tertawa oleh remaja berusia 17 tahun setelah bertahun-tahun mengubur tawanya untuk orang lain, kecuali orang terdekatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Xander bangun tengah malam dan menyingkirkan kepala Serra yang entah sejak kapan menindih kakinya sampai Xander merasakan kakinya kebas. Dokter tampan itu sudah berdiri di tepi ranjang sambil menyaksikan Serra yang berhasil menguasai ranjangnya. Gadis itu menjelma menjadi gangsing ketika tidur. Posisi tidur yang semula vertikal, berubah menyilang menjadi horizontal. Gaya tidurnya sangat tidak mencerminkan parasnya yang cantik.
"Xander, kamu bodoh atau tol*l." Xander mengumpat dirinya sendiri. Dia pergi mencari wanita agar bisa menyelesaikan masalahnya, tapi sepertinya dia akan mendapat masalah baru dari gadis bertingkah ajaib itu.
Xander kemudian mengangkat tubuh Serra. Baju oversize milik Xander yang di pakai Serra tersingkap sampai celana dal@m gadis itu menyembul. Apakah Xander terangs@ng.? Jawabannya adalah iya, tapi senjatanya di bawah sana tidak bereaksi sama sekali.
Keluar dari kamar utama, Xander memindahkan Serra ke kamar tamu. Besok pagi-pagi sekali dia ada jadwal operasi, malam ini Xander ingin tidur nyenyak agar kondisi tubuhnya fit ketika menjalankan tugasnya.
Xander kembali ke kamarnya lagi dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang dalam posisi terlentang. Pandangannya mulai menerawang, menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi lampu gantung mewah.
3 tahun lalu, Xander merasa dunianya runtuh ketika alat tempurnya mendadak tidak berfungsi. Hubungannya sang kekasih bahkan nyaris berakhir. Wanita mana yang masih bersedia menjalin hubungan dengannya disaat kondisi Xander seperti sekarang. Namun karna terlalu mencintai kekasihnya, Xander menjanjikan banyak uang setiap bulannya pada sang kekasih agar tetap bertahan di sampingnya sampai keadaannya kembali normal dan mereka akan menikah setelahnya.
Bertahun-tahun Xander menyembunyikan masalahnya dari semua orang, termasuk keluarganya sendiri. Xander hanya memberitahu kekasihnya.
Sebagai Dokter spesialis bedah, Xander jelas gengsi dan malu untuk berobat. Dia takut sakitnya diketahui banyak orang dan menjadi bahan ejekan teman-temannya. Mau di taruh dimana mukanya.
"Apa mungkin ini karma.?" Tiba-tiba pemikiran itu muncul begitu saja di benak Xander. Dia tidak habis pikir kenapa alat vitalnya mendadak tidak berfungsi, padahal sebelumnya Xander mampu membuat setiap wanita yang dia gagahi bertekuk lutut, memohon agar Xander bersedia mengulangi percintaannya lagi dan lagi. Dulu Xander sehebat itu. Permainannya tidak akan pernah bisa dilupakan.
...*****...
Bunyi alarm membangunkan Xander. Pria itu langsung meninggalkan ranjang besarnya dan menghilang di balik pintu kamar mandi. Sebagai Dokter, Xander tentu disiplin waktu. Dia akan bangun 2 jam lebih awal sebelum pergi ke rumah sakit. Biasanya dia berolahraga sekitar 30 menit sebelum mandi, namun akhir-akhir ini Xander melewatkan kebiasaan sehatnya. Dia terlalu frustasi memikirkan sakitnya yang tidak kunjung sembuh.
20 menit berlalu, Xander sudah rapi dengan setelan celana panjang hitam dan kemeja lengan panjang warna biru muda, lengkap dengan jam tangan mahalnya dan sepatu warna senada dengan celananya.
"Bocah itu mati atau pingsan.!" Xander menggerutu sambil keluar dari kamarnya, dia sempat berencana mengguyur wajah Serra dengan air dingin kalau gadis itu belum bangun. Namun ketika Xander mencium aroma masakan, dia langsung pergi ke dapur.
"Ternyata begini rasanya memasak di dapur orang kaya. Kalau saja Om Dokter masih jomblo, Serra rela sujud di kakinya supaya dijadikan istri. Nggak masalah walaupun burungnya lemes, se ks toys sudah banyak di jual online." Celoteh Serra kemudian terkikik geli. Dia membayangkan hal-hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.
Xander menghampiri Serra, gadis itu fokus mengaduk nasi goreng seafood sampai tidak menyadari keberadaan Xander di belakangnya. Diam-diam Xander menyeringai, masakan Serra sepertinya enak dari harumnya yang menggugah selera. Dia bisa memanfaatkan Serra untuk jadikan koki gratis setiap dibawa ke apartemen ini.
Serra bersenandung, dia begitu bahagia pagi ini karna ponsel baru dan bisa tidur di apartemen mewah semalaman.
Nasi goreng seafoodnya sudah matang, Serra mematikan kompor dan berbalik badan untuk mengambil piring, namun tubuhnya membentur tubuh kekar Xander yang menjulang tinggi.
"Astaga Dok.!! Kenapa nggak bilang-bilang ada di belakang Serra, bikin kaget saja." Serra menggerutu dengan wajah masam, tapi ketika ingat darimana ponsel mahalnya berasal, ekspresi Serra berubah 180 derajat dengan senyuman manis.
"Serra bikin nasi goreng buat sarapan. Kita sarapan dulu ya, Serra juga udah lapar. Dokter ke rumah sakit jam berapa.?" Serra menyerocos dengan kebawelannya, tapi tangannya cekatan mengambil piring, lalu memasukan nasi goreng buatannya dia atas 2 piring yang dia ambil tadi.
"Gimana Dok.? Nasi goreng buatan Serra enak nggak.?" Serra bertanya dengan antusias. Dia sampai menunggu Xander selesai mengunyah suapan pertama.
Xander tampak berfikir sebentar sebelum mengangguk pelan. "Not bad." Jawabnya singkat.
Serra mengulum senyum. Meski bukan jawaban yang memuaskan, tapi dia cukup bangga. Melihat kehidupan mewah Xander, tentu saja pria itu sudah terbiasa menyantap makanan mahal dan enak dari berbagai restoran terkenal. Jadi Serra cukup senang ketika masakannya bisa di terima oleh Xander.
...******...
Mobil Xander berhenti di pinggir jalan dan Serra bersiap untuk turun. Serra sendiri yang meminta diturunkan di pinggir jalan. Dia tidak mungkin minta di antar pulang sampai di depan rumah Tantenya.
"Makasih ya Dok I-Phone sama uangnya. Boleh Serra pakai kan uangnya.?" Tanyanya meminta ijin. Takutnya nanti Xander menyuruhnya mengembalikan uang itu lagi karna Xander belum mengijinkannya menggunakan uang itu.
Xander mengangguk. "Itu uangmu, terserah mau kamu apakan."
"Siap Dok. Serra turun dulu, bye bye Dokter ganteng." Sebuah kecupan mendarat di pipi Xander dan Serra langsung keluar dari mobil mewah itu sebelum Xander menegurnya.
"Bocah itu.!" Gerutu Xander sambil menggeleng. Dia melihat Serra berlari masuk ke dalam gang yang sebenarnya muat untuk mobil berlalu lalang, tapi Serra menolak di antar sampai depan rumah.
...******...
"Gila.! Kakek-kakek mana yang berani ngasih I-Phone 15 pro max dan uang 5 juta ke kamu.?! Dia pasti tajir banget kan.?!" Manda, sahabat dekat Serra dibuat penasaran pada sosok laki-laki yang menjadikan Serra sebagai simpanannya.
"Hustt.! Mulut mu minta di tampol. Siapa bilang dia kakek-kakek, kamu pasti nggak percaya kalau aku bilang dia masih muda, ganteng, kekar. Dia Dokter dan umurnya baru 27 tahun." Jelas Serra sambil senyum-senyum tidak jelas.
"Demi apa.?!! Kamu serius.??" Seru Manda. Serra langsung membekap mulut sahabatnya lantaran khawatir ada yang mendengar obrolan mereka. Apalagi sekarang jam istirahat, banyak murid yang berlalu lalang di sekitar taman.
"Bisa pelan nggak.?! Nanti kedengaran orang lain." Lirih Serra sewot.
"Sorry, aku syok sedikit. Bentar, kita harus panggil Nabil dan Marisa, mereka harus tau kalau sekarang Serra punya I-Phone 15 pro max." Kata Manda antusias. Dia kemudian menghubungi dua sahabat mereka yang beda kelas untuk datang ke taman.