Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Ketika pintu hendak di tutup , seseorang mencegat nya dan alangkah terkejutnya Emily melihat siapa yg berada di depannya saat ini .
"Selamat pagi ...Pak Satria ".
Sapa Sebastian dengan menundukkan kepala nya .
"Ya..."
Hanya jawaban singkat yg keluar ,khas sekali seorang Satria. Sedangkan Emily terasa terpojokkan , suasana di dalam lift terasa canggung .Padahal ada lift khusus untuk pimpinan.
"Apakah saya mengganggu kalian.."?
Seperti membaca fikiran nya , Emily menggeleng dengan cepat begitu pun dengan Sebastian .
"Tidak Pak.."!
Lift berhenti ,kini tinggallah mereka berdua menuju lantai paling atas di gedung itu . Emily merasa canggung suasana di dalam lift benar benar dingin .
"Apakah tidur dengan nyenyak.."?
Selama beberapa menit hening kini suara Satria terdengar.
"Iya...Pak.."!
"Bagus ....Hari ini kita jalani laktasi.."
Glek...
Emily menelan saliva susah payah ,apakah harus secepat itu..?
"Jam istirahat nanti saya tunggu kamu di mobil.."!
Tepat setelah berkata seperti itu lift terbuka , Satria melangkah lebih dulu .
"Gila ...Ini gila ." Apa gak ada waktu buat gue persiapan dulu gitu..!"
Tidak Emily , persiapan itu sebenarnya sebelumnya menerima syarat gila ini tapi nyatanya ini benar benar sepenuhnya siap .
Emily buru buru keluar dari lift ketika pintu hendak tertutup lagi .
"Fokus Emily fokus ,ini semua demi duit . Gajian harus bisa beli hape sama ngontrak,muak gue tinggal sama mereka berdua .Duit duit Mulu yg di fikirkan.."
Saat ini dirinya sudah ada di parkiran , seperti yg di janjikan oleh sang Bos .Walau pun saat ini ia mengakui jantung nya berdetak lebih kencang.
Terlihat mobil yg menyala di ujung sana ,sudah di pastikan itu adalah Bos nya .Hingga semakin mendekat terlihat jelas wajah Satria .
"Kenapa lama sekali ? Kamu tau setiap saya memanggil harus langsung jawab ,tidak perduli kamu sedang apa..!"
"Anjir....Baru juga gue duduk udah di omelin.."
"Maaf ...Pak ponsel saya rusak.."!
Emily menunjukan ponsel pintarnya yg tidak bisa menyala .
"Kenapa baru bilang..!"Memang rusak baru tadi malam ,pak.."
"Oke...kita mampir dulu "
Kening Emily mengerut .
"Kemana Pak..?"
"Beli ponsel untuk mu "
Mobil melaju meninggalkan basement tak menghiraukan Emily yg saat ini masih dengan keterkejutan nya .
"Pak...Biarkan saja saya yg beli sendiri nanti, saya tidak ingin merepotkan."
"Ini tidak merepotkan, memang mau saya.."!
Tidak bisa menolak akhirnya Emily memilih menurut saja pada bos nya ,karena ia takut semakin menolak akan menimbulkan kemarahan darinya.
*****
Emily terasa kikuk di dalam ruangan dokter , terlebih bersama sang Bos di sampingnya .Sudah lima menit mereka menunggu dalam keheningan tetapi dokter yg sudah Satria reservasi itu belum juga keliatan kehadirannya .
"Maaf yah lama.."
Seorang wanita muda memasuki ruangan. Ia mengambil tempat duduk tepat di depan ke dua pasien nya lalu memulai membuka catatan sekilas pasien nya dalam buku tamu.
"Its oke.."
Jawab Satria mengalihkan pandanganya dari ponsel nya.
"Mba Emily yah..Mari ikut saya..?"
Dokter muda itu menggiring Emily ke ruangan pemeriksaan meninggalkan Satria di sana seorang diri.
"Ini pertama kalinya ya..?"
Tanya dokter itu ,dengan senyum manis. Tangannya terampil mempersiapkan alat pemeriksaan .
"I..Iya Dok "
"Tidak perlu tengang,, rileks aja ya .!"
Emily mengangguk ,saat ini dirinya sudah terbaring di atas ranjang.
"Maaf yah,, boleh di buka kancing teratas nya .."!
Emily mengangguk ,ia membuka dua kancing kemejanya .Ada rasa malu walaupun kepada sesama wanita. Dokter kandungan itu mulai menempelkan alat di atas p*yudara Emily yg sudah di olesi jel.
"Proses laktasi ini tidak sakit, paling merasa tidak nyaman buat mbak. P*yudara nanti akan terasa kencang seperti di tarik. Itu tidak mengapa yah, nanti tidak usah khawatir."
Emily mengangguk , seperti alat pemompa .Awal awal ia terkejut lama lama rasanya berubah menjadi linu.
Pemeriksaan berlangsung dua puluh menit ,kini mereka berdua sudah kembali ke ruangan dokter . Satria yg melihat kedatangan mereka segera menggantungkan kembali ponselnya .
"Gimana ...Sin..?"
"Aman..... Proses laktasi paling lama akan memakan waktu empat minggu. Jadi selama empat minggu itu jika belum terlihat hasilnya, jangan di paksa ya."
Satria melirik wanita di sampingnya , Emily terlihat kurang nyaman apalagi di bagian dada. Rasa linu itu masih terasa .
"Apa gak bisa lebih cepat lagi .?"
"Kita ..Lihat aja proses nya ,Sat . Setiap orang beda beda."
Kening Emily mengerut ,benar dugaannya di awal bahwa ke dua orang ini pasti saling mengenal.
Mengingat Satria yg ingin cepat cepat ia jadi bergidik ngeri ,satu langkah sudah di laluiasih ada banyak hal yg harus ia lalui .
"Kamu tidak perlu pakai br* lagi "
"Hah..."
"Jika tidak nyaman tidak perlu pakai untuk saat ini "
Ulang Satria sembari melirik ke arah dada wanita di sampingnya .
Emily tidak habis pikir ,ia merasa malu lantaran saat ini mereka berada di lorong rumah sakit . Bagaimana jiga ada orang yang mendengar nya.?
"Mengerti ucapan ku.?"
"Iya ..Pak..!"
Sepertinya tidak ada kata lain selama bersama bos nya ini jika tidak kata ia maka baiklah .
"Kata dokter gak sakit , tapi sumpah ini sakit banget.."
Emily tak perduli untuk saat ini yg ia inginkan segera pulang bahkan tidak berselera jika kembali ke kantor.
Mereka berdua sudah ada di parkiran , Emily duduk di samping kemudi .Selanjang jalan hanya melihat padatnya jalanan kota . Gedung gedung berlomba ,siapa yg paling tinggi dia lah yg paling gagah .
Semakin lama Emily ,semakin merasa asing dengan arah jalan .Ini bukan arah ke kantor nya atau pun ke rumah nya .Apakah bos nya ini ingin makan siang terlebih dahulu..?
"Pak ...kita mau kemana..?" tanya Emily memberanikan diri .
"Makan siang lalu beli ponsel "
"Ponsel "?
Ia membeo.
Emily kira tidak jadi karena tujuan mereka langsung ke rumah sakit. Sampai lah pada salah satu mall ternama , jujur saja dirinya belum pernah ke sini dalam seumur hidup nya.
Pertama masuk saja sudah di sambut ala ala Raja dan Ratu. Interior mall di dekorasi serba warna gold and white menambah kesan mewah . Banyak brand brand ternama saling menawarkan produk nya .
Satria membawanya ke lantai tiga saat keluar dari lift ,barulah terlihat surganya elektronik di sini .Semua brand yg hanya Emily lihat di majalah majalah terpangpang semua di sini .
"Gila... kalo gini gue gak bisa nolak "
Mata Emily melebar kala Satria membawanya ke dalam toko brand yg sangat ia kenal .
"Kau ..pilih apa yg kamu mau " Ujar Satria .
Di belakangnya sudah ada dua pramuniaga yg siap membantu mereka .
"Tapi Pak ... Saya bingung .."
"Jangan bingung ,pilih yg kamu suka anggap saja ini hadiah dari keberanian kamu ".
Ujar Satria mengecil di akhir kata nya , sembari melirik dua gundukan Emily.
Sejujurnya benda itulah yg sedari kemarin mengganggu pikiran nya, tangannya gatal sekali ingin mencicipi .Tetapi ia teringat ucapan Sintia , dokter kandungan yg ia temui tadi , prosesnya empat minggu.
"Jika tidak mau pilih biar....