Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22.
Harimau itu semakin dekat dengan tubuh Lingga Sari dan siap untuk menerkam, dan bagai ingin mencabik cabik tubuh molek nan mulus Lingga Sari..
Di saat sudah berjarak kurang dari satu meter dari tubuh Lingga Sari, Harimau itu sudah mengendus endus aroma tubuh Lingga Sari. Harimau itu tidak lagi mengaum, akan tetapi kini harimau itu justru melangkah mundur.. dan terus mundur.. meninggalkan Lingga Sari. Lingga Sari terus melanjutkan bertapa nya.
Sementara itu di lain tempat, Windy kini sedang mengikuti dua pemuda yang dia temukan di kost tiga gadis manis. Windy merasa nyaman bersama dua pemuda itu, karena baginya aura kedua pemuda itu dirasa seperti aura Ayah nya. Jika dua pemuda itu melakukan sembahyang Windy pun ikut sembahyang di belakang mereka.
Mereka kini berada di dalam hotel di suatu kota kecamatan untuk menghadiri pesta pernikahan salah satu penghuni kost tiga gadis manis yang bernama Fatima dan Ndaru, Ndaru adalah saudara kembarnya Dewa, sahabat dari salah satu pemuda yang disukai oleh Windy, yang disebut oleh Windy Kakak Pung Pung itu.
“Ahai... enaknya aku mengikuti mereka.. mereka orang baik baik dan rajin sembahyang seperti Ayah.. dan bisa jalan jalan.. naik mobil.. dan sekarang tinggal di tempat yang bagus.. mereka sebut ini hotel.. “ suara imut Windy sambil melangkah masuk ke dalam satu kamar hotel yang ditempati oleh dua pemuda tampan yang diikuti oleh Windy.
“Hi.... hi.... hi..... dan aku bebas tidak disuruh suruh seperti di Kerajaan Sang Ratu. “ suara imut Windy sambil tertawa kecil lalu dia menoleh noleh mencari tempat untuk membaringkan tubuh mungil nya.
Windy lalu melangkah di meja nakas yang ada di antara dua tempat tidur di dalam kamar hotel itu.
“Ahhh perutku kenyang juga meskipun aku mengambil makanan sisa sisa.. kan aku tidak boleh mencuri.. kalau mengambil yang sudah dibuang kan ga pa pa.. hi....hi.... hi.....” suara imut Windy yang kini membaringkan tubuhnya di atas karpet di bawah meja agar dia tidak terinjak oleh dua pemuda yang diikutinya.
“Aku tidur di sini saja biar tidak diinjak atau diduduki Kakak Kakak itu.” Suara imut Windy sambil mengusap usap perut mungilnya yang sedikit membuncit karena kekenyangan.
Dan lama lama Windy pun tertidur pulas, hari ini dia cukup puas ikut jalan jalan naik mobil rombongan yang menghadiri pernikahan di luar kota, bisa makan enak, dan tidur di kamar hotel meskipun hanya di atas karpet di bawah meja, buat Windy sudah sangat nyaman dan bisa tidur pulas..
Sedangkan di lain tempat di rumah Juragan Sukron. Tepatnya di kamar pengantin, Juragan Sukron tersenyum manis pada Mona sambil memberi kan satu kunci.
“Sayang ini kunci gembok tempat makam itu. Sekarang boleh ya aku membuka gembok kamu itu..” ucap Juragan Sukron sambil menyerahkan kunci pada Mona yang berbaring di tempat tidur.
“Maaf Ama Juragan jangan sekarang aku belum melihat sendiri tempat makam itu.” Ucap Mona akan tetapI Mona tetap menerima kunci itu.
“Percaya lah pada ku Mona, tempat makam umum itu sudah aku beli lunas.”
“Iya Ama tapi aku harus lihat sendiri tempat makam itu sudah dipagar tembok tinggi belum.”
“Sayang.. pembuatan pagar tembok sudah dalam proses, aku juga sudah pesan pintu pagar besi baja yang kuat dan tinggi.” Ucap Juragan Sukron yang kini duduk di tepi tempat tidur sambil menatap Mona yang tiduran di tempat tidur sambil mengusap usap layar hand phone baru nya.
Mona tetap diam saja..
“Sayang .. aku juga sudah pesan tiket pesawat dan hotel di Bali.. untuk bulan madu kita berdua.. kalau kamu tidak mau akan diambil dua kakak kamu itu..” ucap Juragan Sukron sambil tersenyum menatap Mona lagi..
“Dua kakak ku siapa?” tanya Mona masih mengusap usap layar hand phone baru nya tidak juga menoleh ke arah suaminya.
“Itu istri pertama dan istri keduaku. “ ucap Juragan Sukron sambil tersenyum.
Mona kini menoleh ke arah suaminya sambil berkata..
“Jangan kasih ke mereka berdua. Kapan berangkat nya.” Ucap Mona lalu kembali lagi mengusap usap layar hand phone barunya.
“Tiga hari lagi , jadi kamu mau Sayang bulan madu ke Bali?” tanya Juragan Sukron dan kedua matanya berbinar binar.
“Iya tapi besok pagi aku akan lihat tempat makam itu.” Ucap Mona..
“Iya Sayang.. iya... iya...” ucap Juragan Sukron sambil mengangguk anggukkan kepalanya sangat senang sekali hatinya..
“Enak aja dua istri tua Ama Juragan mau memakai tiket ku...” gumam Mona.. Juragan Sukron tersenyum senang sebab sudah ada lampu hijau untuk segera belah duren montok..
Karena malam ini Juragan Sukron belum boleh belah duren dengan istri ke tiga nya. Juragan Sukron bangkit berdiri dan melangkah pergi meninggalkan kamar pengantin itu untuk menuju ke kamar istri tua nya..
Waktu pun terus berlalu pagi hari pun telah tiba. Mona sudah merias wajahnya dengan make up tebal. Dia memakai blues baru nya juga celana jeans ketatnya.. tidak lupa batu akik terbungkus kain putih dia taruh di dalam beehaa nya..
Mona memakai kaca mata hitam tidak lupa membawa tas tangan baru nya pula. Mona sudah siap siap pergi untuk melihat tempat makam yang sudah dibelikan oleh suaminya.
Mona cepat cepat melangkah keluar dari rumah, tampak mobil fasilitas dari Sang suami sudah siap dengan sopir di halaman rumah.
“Ke mana Mon? Ke kota lagi? Ke mall atau ke salon?” tanya sopir yang dulu teman sekolah dasar Mona.
“Ke tempat makam aku mau cek tempat itu .” Ucap Mona dengan nada dingin sambil membuka pintu mobil. Sopir pun cepat cepat masuk ke dalam mobil dan tidak bertanya tanya, sebab kabar Mona yang minta tempat makam sudah sampai di telinga nya dan dia juga sudah dapat kabar jika Mona suka main dukun.
Mobil pun pelan pelan berjalan keluar dari halaman rumah Juragan Sukron dan terus melaju menuju ke tempat makam.
Beberapa menit kemudian mobil sudah sampai di tempat makam. Terlihat banyak orang sudah mengerjakan membuat pagar tembok.
Bibir Mona tersenyum senang. Dan setelah mobil berhenti Mona cepat cepat turun dari mobil dan melangkah menuju ke tempat orang orang bekerja.
“Mana pak mandor nya?” tanya Mona dengan nada ketus.
“Itu itu Pak Mandor di sana ada di dalam.” Jawab salah satu orang yang sedang mengaduk ngaduk semen dengan pasir.
Tanpa mengucap kan terima kasih, Mona cepat cepat berjalan ke dalam tempat makam untuk menemui Pak Mandor.
Sesaat Mona melihat seorang laki laki setengah baya yang terlihat pakaian nya lebih rapi dan terlihat sedang memberi perintah pada orang yang sedang bekerja membuat pagar dari dalam.
Mona melangkah cepat cepat mendekati orang itu.
“Pak Mandor, selesaikan pekerjaan ini dalam waktu dua hari! Kalau kurang tenaga tambah tenaga nya!” perintah Mona.