Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 - Hanya Ingin Menyentuh Sheina
Cahya telah kembali duduk bergabung bersama El setelah urusannya di dapur selesai. Kedatangannya kembali tak membuat El yang sedang fokus dengan ponsel di tangannya beralih pada Cahya. Melihat itu, membuat Cahya akhirnya mengeluarkan suara.
"El..." Cahya bersuara seraya menjatuhkan bokong di atas sofa. El melirik kehadirannya sekilas dan kembali fokus pada ponsel. Cahya tersenyum melihatnya. Dia tidak kesal melihat sikap El seperti itu. Cahya mengerti jika El tengah sibuk membalas pesan dari rekan kerjanya.
Kini El terlihat sudah selesai berbalas pesan. Cahya gegas mengutarakan apa yang ada di kepalanya sejak tadi. "El, aku lihat Arneta kelelahan sekali membersihkan rumah ini. Aku jadi kasihan melihatnya. Kupikir ada baiknya kamu mempekerjakan pembantu agar Arneta tidak terlalu lelah."
El tidak langsung merespon perkataan Cahya. Dia diam sejenak untuk memikirkan perkataan Cahya barusan. Cahya menarik tipis sebelah sudut bibirnya. Di dalam hatinya berkata, El pasti kagum pada dirinya yang begitu perhatian pada Arneta.
"Besok aku akan meminta pihak yayasan mengirimkan pembantu ke rumah ini!" Tanpa diduga, jawaban yang diberikan El tidak sesuai dengan yang Cahya harapkan. Cahya berpikir El tidak akan peduli dengan rasa lelah Arneta. Namun, apa yang dia pikirkan salah besar!
Cahya jadi menyesal telah menyarankan hal tersebut pada El. Seharusnya, dia diam saja dan membiarkan Arneta kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah sampai akhirnya Arneta mengeluh sendiri karena hal itu.
"Kenapa El kelihatan makin perhatian aja sih sama dia?!" Gerutu Cahya dalam hati. Dia tentu saja tidak suka bila El bersikap lebih baik pada Arneta. Cahya berpikir harus membuat El kembali tidak peduli pada Arneta. Salah satu caranya tentu saja membahas masa lalu kelam Arneta.
Omongan Cahya tentang Arneta sedikit banyaknya membuat El kembali geram pada Arneta yang menurutnya bukanlah wanita baik-baik. "Apa benar dia tetap ingin bersamaku sekarang karena ingin memoroti harta yang aku punya?" El jadi berpikir demikian. Namun, dia mengingat kembali sikap Arneta beberapa waktu belakangan ini. Walau pun Bu Maria sudah tiada, Arneta tidak pernah memanfaatkan kesedihannya untuk menarik simpati El. Bahkan, Arneta sampai saat ini juga tidak pernah meminta uang dari El. Mengingat hal itu, membuat El jadi meragu jika istrinya itu benar bukanlah wanita yang tidak baik.
"Ke sini kamu!!" Malam itu, sebelum pergi bertemu dengan kedua sahabatnya, El memanggil Arneta yang terlihat baru saja keluar dari dalam dapur. Sepertinya Arneta baru saja mengambil minuman dari sana melihat gelas berisi air yang tengah Arneta pegang saat ini.
Arneta gegas mendekati El. Menatap wajah El penuh tanda tanya. "Ada apa?"
El memperhatikan kedua bola mata indah Arneta yang sedang menatapnya tanpa berkedip. Wanita itu terlihat tidak takut berhadapan dengannya. Terbukti Arneta sama sekali tidak menunduk setiap berbicara dengan dirinya.
"Aku berniat mempekerjakan pembantu di rumah ini. Tapi dia hanya akan datang di saat tertentu saja. Dia tidak akan tinggal di sini seperti pembantu pada umumnya."
Arneta mengangguk tanpa suara. Sepertinya Cahya benar sudah meminta pada El untuk mempekerjakan pembantu sehingga El langsung melakukan saran dari Cahya.
El berpikir, Arneta akan berterima kasih kepada dirinya setelah ia mengatakan hal tersebut. Namun, dugaan El salah. Wanita itu terlihat biasa saja seakan informasi yang baru saja ia katakan tidak berarti untuk Arneta. Kesal diabaikan oleh Arneta, El gegas pergi meninggalkan Arneta.
"Apa dia memiliki sifat seperti bunglon yang suka berubah-ubah?" Batin Arnet bermonolog.
Beberapa saat berselang, Erik telah tiba di sebuah coffe shop tempat ia berjanji untuk bertemu dengan kedua sahabatnya. Melihat mimik wajahnya yang nampak masam, membuat Ezra gegas bertanya.
"Ada apa dengan wajahmu. Apa kamu habis bertengkar dengan Arneta sehingga wajahmu kusut begitu?"
Lidah El berdecak. "Kenapa bawa-bawa nama dia? Gak penting banget tahu gak!"
Jawaban El membuat Ezra yakin jika El benar habis bertengkar dengan Arneta. Karena biasanya, El tidak akan bersikap seperti itu jika membahas Arneta.
"Kenapa lagi dengan Arneta? Perasaan dia selalu bersikap baik kepadamu. Dia gak mungkin buat kamu jadi kesal." Timpal Ben. Dia suka sekali jika membahas Arneta di depan El. Menurutnya, semakin mereka sering membahas Arneta, membuat El semakin memikirkan istrinya itu.
El memilih tidak merespon. Pasalnya, jika terus dilanjutkan, akan membuat percakapan mereka tentang Arneta semakin panjang. El tidak suka bila mereka terus membahas tentang Arneta. Namun, apa yang El inginkan tidak terwujud. Pasalnya, Ezra dan Ben begitu semangat membahas tentang Arneta. Apa lagi perkembangan hubungannya dengan Arneta.
"Kenap kalian suka sekali membahas dia sih? Apa jangan-jangan kalian ini suka kepadanya?" Tuduh El kesal.
"Enggak. Gak mungkin kami suka dengan istri sahabat kami sendiri. Kami suka membahasnya agar kamu bisa segera membuktikan jika tuduhan kamu tentang Arneta itu benar atau tidak!" Sahut Ezra seadanya.
El bergeming beberapa saat. Dia cukup terganggu dengan perkataan Ezra barusan. "Apa maksud kamu?" El meminta penjelasan agar memastikan maksud Ezra.
"El, selama ini kamu selalu saja menuduh Arneta wanita murahan bukan? Sementara Ben, dia sudah menjelaskan jika kemungkinan Arneta tidak semurah itu. Kupikir, kamu harus memastikan apakah Arneta itu benar adalah wanita murahan atau tidak sebelum kamu menyesali tuduhan kamu sendiri." Jelas Ezra.
El memandang Ezra dengan tajam. Dia tidak suka diatur oleh siapa pun. Namun, El tetap saja ingin mendengar kelanjutan perkataan Ezra.
"Untuk memastikan apakah tuduhan kamu itu benar atau tidak, kamu harus melakukan hubungan layaknya suami istri dengan Arneta. Setelah kamu memastikan hal tersebut, baru kamu bisa mengambil kesimpulan apakah kamu sudah salah menuduh dia selama ini atau tidak." Sambung Ezra. Wajahnya terlihat sangat serius saat mengatakannya. Seolah, apa yang ia katakan barusan adalah jalan terbaik yang harus dikerjakan oleh El.
"Jangan sembarangan bicara kamu! Siapa juga yang mau menyentuhnya. Kamu pikir aku mau menyentuh dia apa?!" Sentak El.
Ezra dan Ben menghela napas dalam-dalam secara bersamaan. Nyatanya, El masih saja bersikap keras kepala. Tidak mau mendengarkan saran dari mereka sebagai sahabatnya.
"Walau pun hubungan aku dan dia baik-baik saja sekarang. Namun, tidak akan membuat aku mau menyentuhnya. Bagaimana pun juga, aku akan tetap teguh pada prinsipku untuk melakukannya dengan satu wanita yang sangat aku cintai. Wanita yang tak lain adalah Sheina." Tegas Erik. Wajahnya terlihat sendu setelah menyebutkan nama wanita yang sudah pergi dari hidupnya itu. Ben dan Ezra jadi prihatin pada El yang masih saja berharap pada Sheina yang sudah pergi entah kemana dan sampai sekarang tidak pernah terdengar sedikit pun kabar tentang dirinya.
***
*Gedegbgntsamael*
tapi penasaran sama hubungan el dan evan.apa el merasa orang tuanya bertindak tidak adil padanya yaa karena emang anak angkat,, semoga kedepan mereka berdua selalu rukun dan saling menjga