"Aku mencintai Humairah, gadis cantik yang mempunyai suara indah dan merdu itu."
Shaka begitu bahagia saat kedua orangtuanya akan menjodohkannya dengan gadis yang dia kagumi. Dia merasa takdir benar-benar menyatukannya dengan Humairah, gadis sholeha, yang memiliki wajah cantik tersembunyi dan hanya dia yang beruntung mendapatkannya.
Gabungan: Sahabatku Ambang Pernikahanku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~Part 3
Shaka mengusap rambutnya kasar. Di sekitaran sekolah, dia tidak menemukan Humairah.
"Lo udah ketemu?" tanya Arvi tiba-tiba menghentikan motornya tepat samping mobil Shaka.
Shaka menggeleng.
"Yaudah cari lagi."
Mereka pun kembali berpencar. Shaka menuju halte bus, berharap Humairah ada di sana.
Saat sibuk mencari keberadaan gadis tersebut. Hujan turun, membasahinya. Dia pun mendapatkan telpon dari sang mommy.
"Kamu di mana?" tanya sang mommy
Shaka kala kabut saat mommynya menanyakan, dirinya di mana.
"M-ommy di mana?" Bukannya menjawab, Shaka malah bertanya balik.
"Mommy masih ada di studio pemotretan, mommy tanya kamu di mana. Kamu sudah ada di rumah kan? Ainun, Arvi dan Humairah juga udah ada di rumah?"
"I-ya mommy."
"Kenapa nada bicaramu gagap, sayang?"
"Enggak apa-apa mommy. Udah dulu ya, mom. Love you." Shaka mematikan sambungan telpon.
Shaka meninggalkan mobilnya di dekat halte bus. Dan berjalan untuk mencari Humairah. Ia harus mencari gadis itu sebelum mommynya pulang.
"Nyusahin aja jadi cewek."
Shaka berlari saat melihat seseorang berjalan di depannya. Pakaiannya sama persis dengan Humairah, dan berharap orang itu adalah Humairah.
"Hu-mairah," teriak Shaka. Nama itu berhasil keluar dari mulutnya.
Terlihat dua preman mendekati orang itu. Hal itu membuat Shaka menghentikan langkahnya dahulu, memastikan apakah orang yang dikira Humairah, benar-benar gadis tersebut?
"Tolong," teriak orang itu.
Suara itu familiar ditelinga Shaka. Shaka pun berlari ke arah kedua preman yang tengah menganggu gadis tersebut.
Bug!
Shaka menendang salah satu diantara mereka. Membuat mereka mengalihkan pandangannya ke arah Shaka.
"Siapa kamu!"
Salah satu preman berusaha memukul balik Shaka. Namun, tenaganya kalah kuat oleh Shaka.
"Lepasin cewek itu!" perintah Shaka.
"Bro, kita bisa nikmati sama-sama. Lo juga mau nikmati kan sebenarnya?"
Shaka mengepalkan tangannya. Sekali gerakan, Shaka menarik tangan Humairah sehingga gadis itu berada di dalam pelukannya.
Tepat waktu, Arvi datang. Arvi pun membantu mereka, hingga preman itu pergi.
Tubuh Humairah bergetar hebat. Mungkin begitu ketakutan.
"Tenang, udah aman," ucap Shaka berusaha menendangkan Humairah.
Entah kenapa, tiba-tiba saja merasakan kekhawatirkan mendalam kepada gadis tersebut.
"Gue izin gendong lo boleh? Gue enggak bakal macam-macam, gue gendong lo ke mobil." Tanpa menunggu jawaban Humairah, Shaka mulai menggendong gadis tersebut menuju mobilnya.
Arvi membantu membuka kan mobil. Shaka mendudukan Humairah, dan segera ikut masuk ke dalam mobil.
"Maafin gue," ucap Shaka membuat Humairah yang masih dengan badan bergetar menoleh.
Gadis itu hanya mengangguk saja. Shaka pun mukai melajukan mobil.
Telat sedikit saja, Humairah akan kenapa-napa, dan dia akan di marahi habis-habisan oleh sang mommy.
Shaka tidak langsung membawa gadis itu pulang dengan kondisi basah kuyup. Shaka berhenti di sebuah butik.
"Lo ganti baju dulu, baju lo basah. Lo nanti kedinginan, dan nanti mommy akan curiga sama gue!"
Humairah hanya menurut. Dia turun dari mobil, dan mengikuti langkah Shaka masuk ke dalam butik.
Humairah kira Shaka benar-benar mencarinya karena merasa khawatir dan bersalah. Ternyata takut dapat marahan dari ibunya.
Humairah diberikan handuk oleh karyawan di sana.
"Ada pakaian gamis?" tanya Shaka.
"Ada Tuan muda."
"Tolong ambilkan dan berikan kepada gadis ini."
Ternyata butik itu adalah milik mommynya. Humairah sempat heran, sebab baru melangkah ke dalam butik, mereka di sambut begitu baik.
"Nona, mari ganti pakaian anda."
Humairah mengangguk. Dia mengambil gamis itu dan masuk ke ruang ganti. Dan begitu pun dengan Shaka.
Humairah jadi bingung, cadarnya basah. Karyawan tidak memberinya sepasang cadar.
Dia mengintip, tidak ada karyawan di sana. Ia menggigit bibir bawahnya. Mau tak mau, Humairah memakai cadarnya yang tadi, kebetulan masih serasi dengan gamis dan hijab yang digunakannya.
"Udah?" tanya Shaka.
Humairah mengangguk, mereka pun melangkah meninggalkan butik.
...----------------...
Shaka bernapas lega, saat mommy dan daddynya belum ada di rumah.
"Makasih ya Tuhan."
Shaka merebahkan badannya di ranjang miliknya. Hingga tak terasa kantuknya datang.
Malam hari, Shaka terbangun. Ternyata hari sudah malam, dan sepertinya dia tertidur begitu lama.
"Suara siapa itu?" Shaka keluar dari kamarnya. Dia mendengar seseorang sedang mengaji, dan suaranya begitu indah dan adam di pendengarannya.
"Apa ada pengajian di rumah? Mommy sama daddy udah pulang?" Shaka bertanya-tanya.
Suara itu berasal dari kamar Humairah yang terletak di samping kamarnya. Sebab penasaran Shaka pun mengintip.
Shaka membelalakkan matanya, saat melihat wajah gadis tersebut.
"Ternyata dia cantik juga," gumam Shaka. "Suaranya indah." Shaka baru pertama kali memuji seseorang selain mommynya.
Humairah menatap ke pintu, sebab merasa dia sedang di lihati. Shaka pun buru-buru pergi dari sana.
Gadis itu berdiri, membuka pintu lebar-lebar. Ternyata tidak ada seseorang.
"Astaghfirullah, kebiasaan aku mah. Enggak nutup pintu kamar pas di kampung, jadinya kebawaan sampe sekarang." Humairah menutup pintu kamarnya.
Shaka menurungi anak tangga, wajah Humairah terbayang-bayang dalam pikirannya.
"Shitt... Gue kenapa malah mikirin gadis aneh itu?" Shaka mengerutuk sendiri.
"Kamu kenapa ngedumel gitu?" tanya sang mommy yang berada di ruang tamu.
Shaka mengalihkan pandanganya ke arah sang mommy.
"Sana makan, mommy tadi bangunin kamu, tapi kamu keknya lelap banget."
Shaka duduk di samping sang mommy. Menaroh kepalanya di bahu wanita yang sedang menjahit.
"Udah jam berapa mommy?" tanya Shaka.
"Udah jam sembilan malam."
"Berarti aku tidur udah lama?"
Saat sedang asik bercerita dengan mommynya. Suami mommynya itu datang duduk diantara mereka berdua.
"Shaka, kamu itu udah besar. Jangan dekat sama mommymu, mending kamu cari pacar sana, jangan manja-manja sama istri daddy."
"Apaan sih daddy."
"Astaga mas. Aku lagi menjahit ini, kamu ke sanaan dikit."
"Kamu udah enggak sayang aku?"
Shaka menghela napas panjang. Dia meninggalkan keduanya. Dia ke kamar kembarannya.
"Udah bangun lo," ucap Arvi yang tak mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
Shaka tidur di ranjang kembarannya itu. Arvi pun hanya melirik ke abangnya itu. Memang kebiasaan cowok itu.
"Aaa," teriak seorang bocah membuat keduanya menoleh.
"Apaaan."
Ainun mendekati Shaka naik ke atas ranjang. Shaka pun memeluk adiknya itu.
"Aaa..."
"Kenapa?" tanya Shaka.
"Aa kapan sih punya pacar? Terus ajak pacarnya Aa ke rumah."
Shaka menatap adiknya itu.
"Kenapa emang kalau Aaa enggak punya pacar?" tanya Shaka.
"Iya takut lo belok," sela Arvi yang tiba-tiba nimbrung.
"Belok itu apa?" tanya Ainun menatap kedua abangnya.
Shaka menatap tajam ke arah Arvi membuat Arvi menggaruk telingannya.
"Anak kecil enggak boleh tau."
"Pelit." Ainun melipat kedua tangannya.
"Udah belajar?" tanya Shaka.
"Udah dong."
"Yaudah sana tidur."
"Aaa Aka, aaa sama kak Humairah aja," ucap Ainun tiba-tiba.